KATA
PENGANTAR
Puji syukur kami
panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat dan salam pada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, dengan
perantaraan beliau kita dapat memahami Ajaran Islam secara baik dan benar.
Serta mendudukkan Nabi Muhammad SAW, sebagai tokoh pendidik yang termanshyur
sampai saat ini.
Makalah ini
kami susun berdasarkan pengkajian materi tentang potret pendidikan di
Indonesia. Makalah ini membahas tentang potret pendidikan di Indonesia saat ini
dengan berbagai permasalahan yang indikasinya akan memungkinkan lambatnya
perkembangan pendidikan di Indonesia. semua materi tersebut secara jelas
dijelaskan pada bab pembahasan.
Terselesaikannya
makalah ini tak lepas dari bantuan dari berbagai pihak, untuk itu kami
mengucapkan terima kasih kepada Dosen mata kuliah Pengantar Pendidikan yang
telah membimbing dan mengarahkan kami dalam penyusunan makalah ini. Selain itu
juga kepada teman-teman kami mengucapkan terima kasih karena telah berbagi
informasi dan pengetahuan sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Kami menyadari
penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna untuk itu kritik dan saran dari
pembaca yang sifatnya membangun masih sangat kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini. Demikian makalah ini kami susun semoga bermanfaat bagi teman-teman
mahasiswa terkhusus mahasiswa Pendidikan Matematika FKIP Universitas Halu Oleo
dan pihak-pihak lain yang membutuhkan.
Kendari, November
2015
Penyusun
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Bangsa yang maju dan
beradab akan terlihat dari pola pendidikan yang dilaksanakan oleh bangsa
tersebut. Pendidikan akan menjadi penentu gerak langkah bagi kemajuan suatu
bangsa. Dewasa ini bahwa pendidikan memang merupakan pilar yang akan menentukan
maju atau tidak suatu bangsa. Tolak ukur kemajuan memang terletak pada
pendidikan yang diselenggarakan. Oleh karenanya faktor guru,kurikulum,sarana
dan prasarana pendukung pendidikan sangat fital diperhatikan. Pendidikan bukan
hal yang acak-acakan ,dan seharusnya bukan sebagai ajang uji coba secara terus
menerus,dia harus terencana dengan baik. Semua stak holder yang terlibat
didalamnya harus benar-benar serius dalam mengemban tugas mulia ini.
Rasulullah juga telah
mengisyaratkan bahwa “ kalau ingin menguasai kehidupan didunia,haruslah dengan
ilmu,kalau ingin menguasai kehidupan akhirat,harus pula dengan ilmu,dan kalau
ingin menguasai keduanya (dunia dan akhirat) haruslah dengan ilmu. Ilmu akan
didapat dalam dunia pendidikan. Ilmu tidak akan muncul dengan sendirinya. Maka
tuntutlah ilmu dari mulai lahir sampai mati (long life education).
Menuntut ilmu itu juga melalui berbagai tahapan,tidak ada yang serba
instan,semua melalui proses dan sistem yang terintegrasi kedalam kemauan dan
akan ditopang oleh beberapa komponen sebagai pendukungnya. Komponen tersebut
bisa saja berbentuk sarana dan peralatan,dan bisa juga berbentuk tenaga ahli
atau guru.
Manusia sebagai makhluk
sosial (Zoon politicon) tidak dapat berdiri sendiri,tidak mampu
berkembang sendiri tanpa bantuan manusia lain. Tidak akan dapat belajar sendiri
menemukan pengetahuan tanpa bantuan orang lain. Maka tepat sekali bantuan
lingkungan akan membentuk pola pengetahuan seseorang. Dalam hal inilah maka
pendidikan suatu bangsa akan diwarnai oleh kebijakan yang dilakukan dalam
pengembangan pendidikan suatu negara. Pendidikan Indonesia masa lalu (masa
kolonial) diwarnai oleh kinginan penguasa,dan pada masa Orde Baru diwarnai pula
oleh kepentingan politik Orde baru. Dan begitu seterusnya,sampai sekarang
masalah pendidikan tetap menjadi kehendak penguasa. Akankah pendidikan
Indonesia terus begitu sampai nanti? Maka dalam makalah ini, kami mencoba
menganalisa fenomena yang ada tentang pendidikan Indonesia masa sekarang dan
prediksi masa datang. Semuanya merupakan analisis dari berbagai fenomena yang
menggambarkan keadaan pendidikan Indonesia.
B.
Rumusan
Masalah
Adapun rumusan masalah
dalam penulisan makalah ini yaitu Bagaimana potret pendidikan di Indonesia kini
dan esok?
C.
Tujuan
Berdasarkan rumusan
masalah di atas, maka tujuan penulisan makalah ini yaitu untuk menganalisa
keadaan pendidikan di Indonesia kini dan esok.
BAB
II
PAMBAHASAN
Potret
Pendidikan di Indonesia Kini dan Esok
Pendidikan
di Indonesia mulai menapak kearah kemajuan pada tahun tujuh puluh sampai
delapan puluhan, saat itu pendidikan di Indonsia mulai disegani oleh bangsa
lain, terutama negara tetangga. Mereka tertarik dengan kemajuan pendidikan
Indonesia. Mereka mengirim putera terbaiknya untuk belajar di Indonesia. Banyak
pelajar dan mahasiswa dari negara tetangga yang menuntut ilmu di Indonesia.
Pendidikan Indonesia masa delapan puluhan itu cukup membanggakan, dan peringkat
dunia tidak terlalu menjolok, walau masih jauh dari harapan.
Tetapi setelah tahun dua ribuan, pendidikan kita mulai kembali tertinggal
dari bangsa lain . Begitu pula peringkat pendidikan kita didunia jauh berada
dibawah negara tetangga. Betapapun
terdapat banyak kritik yang dilancarkan oleh berbagai kalangan terhadap
pendidikan, atau tepatnya terhadap praktek pendidikan, namun hampir semua pihak
sepakat bahwa nasib suatu komunitas atau suatu bangsa di masa depan sangat
bergantung pada kontribusinya pendidikan. Shane (1984: 39), misalnya sangat
yakin bahwa pendidikanlah yang dapat memberikan kontribusi pada kebudayaan di
hari esok. Pendapat yang sama juga bisa kita baca dalam penjelasan Umum
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan
Nasional (UU No. 20/2003), yang antara lain menyatakan: “Manusia membutuhkan
pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan merupakan usaha agar manusia dapat
mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran dan atau cara lain
yang dikenal dan diakui oleh masyarakat”.
Dengan demikian, sebagai institusi, pendidikan pada prinsipnya memikul
amanah “etika masa depan”. Etika masa depan timbul dan dibentuk oleh kesadaran
bahwa setiap anak manusia akan menjalani sisa hidupnya di masa depan
bersama-sama dengan makhluk hidup lainnya yang ada di bumi. Hal ini berarti
bahwa, di satu pihak, etika masa depan menuntut manusia untuk tidak mengelakkan
tanggung jawab atas konsekuensi dari setiap perbuatan yang dilakukannya
sekarang ini. Sementara itu pihak lain, manusia dituntut untuk mampu
mengantisipasi, merumuskan nilai-nilai, dan menetapkan prioritas-prioritas
dalam suasana yang tidak pasti agar generasi-generasi mendatang tidak menjadi
mangsa dari proses yang semakin tidak terkendali di zaman mereka dikemudian
hari (Joesoef, 2001: 198-199).
Dalam
konteks etika masa depan tersebut, karenanya visi pendidikan seharusnya lahir
dari kesadaran bahwa kita sebaiknya jangan menanti apapun dari masa depan,
karena sesungguhnya masa depan itulah mengaharap-harapkan dari kita, kita
sendirilah yang seharusnya menyiapkannya (Joesoef, 2001: 198). Visi ini tentu
saja mensyaratkan bahwa, sebagai institusi, pendidikan harus solid. Idealnya,
pendidikan yang solid adalah pendidikan yang steril dari berbagai permasalahan.
Namun hal ini adalah suatu kemustahilan. Suka atau tidak suka, permasalahan
akan selalu ada dimanapun dan kapanpun, termasuk dalam institusi pendidikan.
Oleh karena
itu, persoalannya bukanlah usaha menghindari permasalahan, tetapi justru
perlunya menghadapi permasalahan itu secara cerdas dengan mengidentifikasi dan
memahami substansinya untuk kemudian dicari solusinya.
A.
Permasalahan-permasalahan
Pendidikan di Indonesia
Makalah ini
berusaha mengidentifikasi dan memahami permasalahan-permasalahan pendidikan
kontemporer di Indonesia. Permasalahan-permasalahan pendidikan dimaksud
dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu permasalahan eksternal dan
permasalahan internal. Perlu pula dikemukakan bahwa permasalah pendidikan yang
diuraikan dalam makalah ini terbatas pada permasalahan pendidikan formal.
1. Permasalahan
Eksternal Pendidikan Masa Kini
Permasalahan
eksternal pendidikan di Indonesia dewasa ini sesungguhnya sangat kompleks. Hal
ini dikarenakan oleh kenyataan kompleksnya dimensi-dimensi eksternal pendidikan
itu sendiri. Dimensi-dimensi eksternal pendidikan meliputi dimensi sosial,
politik, ekonomi, budaya, dan bahkan juga dimensi global.
Dari
berbagai permasalahan pada dimensi eksternal pendidikan di Indonesia dewasa
ini, kami hanya akan menyoroti dua permasalahan, yaitu permasalahan globalisasi
dan permasalahan perubahan sosial.
Permasalahan
globalisasi menjadi penting untuk disoroti, karena ia merupakan trend abad
ke-21 yang sangat kuat pengaruhnya pada segenap sektor kehidupan, termasuk pada
sektor pendidikan. Sedangakan permasalah perubahan sosial adalah masalah
“klasik” bagi pendidikan, dalam arti ia selalu hadir sebagai permasalahan
eksternal pendidikan, dan karenanya perlu dicermati. Kedua permasalahan
tersebut merupakan tantangan yang harus dijawab oleh dunia pendidikan, jika
pendidikan ingin berhasil mengemban misi (amanah) dan fungsinya berdasarkan
paradigma etika masa depan.
a.
Permasalahan Globalisasi
Globalisasi
mengandung arti terintegrasinya kehidupan nasional ke dalam kehidupan global.
Dalam bidang ekonomi, misalnya, globalisasi ekonomi berarti terintegrasinya
ekonomi nasional ke dalam ekonomi dunia atau global (Fakih, 2003: 182). Bila
dikaitkan dalam bidang pendidikan, globalisasi pendidikan berarti
terintegrasinya pendidikan nasional ke dalam pendidikan dunia. Sebegitu jauh,
globalisasi memang belum merupakan kecenderungan umum dalam bidang pendidikan.
Namun gejala kearah itu sudah mulai Nampak.
Sejumlah SMK
dan SMA di beberapa kota di Indonesia sudah menerapkan sistem Manajemen Mutu
(Quality Management Sistem) yang berlaku secara internasional dalam pengelolaan
manajemen sekolah mereka, yaitu SMM ISO 9001:2000; dan banyak diantaranya yang
sudah menerima sertifikat ISO.
Oleh karena
itu, dewasa ini globalisasi sudah mulai menjadi permasalahan aktual pendidikan.
Permasalahan globalisasi dalam bidang pendidikan terutama menyangkut output
pendidikan. Seperti diketahui, di era globalisasi dewasa ini telah terjadi
pergeseran paradigma tentang keunggulan suatu Negara, dari keunggulan
komparatif (Comperative adventage) kepada keunggulan kompetitif (competitive advantage).
Keunggulam komparatif bertumpu pada kekayaan sumber daya alam, sementara
keunggulan kompetitif bertumpu pada pemilikan sumber daya manusia (SDM) yang
berkualitas (Kuntowijoyo, 2001: 122).
Dalam
konteks pergeseran paradigma keunggulan tersebut, pendidikan nasional akan
menghadapi situasi kompetitif yang sangat tinggi, karena harus berhadapan
dengan kekuatan pendidikan global. Hal ini berkaitan erat dengan kenyataan
bahwa globalisasi justru melahirkan semangat cosmopolitantisme dimana anak-anak
bangsa boleh jadi akan memilih sekolah-sekolah di luar negeri sebagai tempat
pendidikan mereka, terutama jika kondisi sekolah-sekolah di dalam negeri secara
kompetitif under-quality (berkualitas rendah). Kecenderungan ini sudah mulai
terlihat pada tingkat perguruan tinggi dan bukan mustahil akan merambah pada
tingkat sekolah menengah.
Bila
persoalannya hanya sebatas tantangan kompetitif, maka masalahnya tidak menjadi
sangat krusial (gawat). Tetapi salah satu ciri globalisasi ialah adanya
“regulasi-regulasi”. Dalam bidang pendidikan hal itu tampak pada
batasan-batasan atau ketentuan-ketentuan tentang sekolah berstandar
internasional. Pada jajaran SMK regulasi sekolah berstandar internasional
tersebut sudah lama disosialisasikan. Bila regulasi berstandar internasional
ini kemudian ditetapkan sebagai prasyarat bagi output pendidikan untuk
memperolah untuk memperoleh akses ke bursa tenaga kerja global, maka hal ini
pasti akan menjadi permasalah serius bagi pendidikan nasional.
Globalisasi
memang membuka peluang bagi pendidikan nasional, tetapi pada waktu yang sama ia
juga mengahadirkan tantangan dan permasalahan pada pendidikan nasional. Karena
pendidikan pada prinsipnya mengemban etika masa depan, maka dunia pendidikan
harus mau menerima dan menghadapi dinamika globalisasi sebagai bagian dari
permasalahan pendidikan masa kini.
b.
Permasalahan perubahan sosial
Ada sebuah pernyataan
yang menyatakan bahwa di dunia ini tidak ada yang abadi, semuanya berubah;
satu-satunya yang abadi adalah perubahan itu sendiri. Itu artinya, perubahan
sosial merupakan peristiwa yang tidak bisa dielakkan, meskipun ada perubahan
sosial yang berjalan lambat dan ada pula yang berjalan cepat.
Bahkan salah
satu fungsi pendidikan, sebagaimana dikemukakan di atas, adalah melakukan
inovasi-inovasi sosial, yang maksudnya tidak lain adalah mendorong perubahan
sosial. Fungsi pendidikan sebagai agen perubahan sosial tersebut, dewasa ini
ternyata justru melahirkan paradoks.
Kenyataan
menunjukkan bahwa, sebagai konsekuansi dari perkembangan ilmu perkembangan dan
teknologi yang demikian pesat dewasa ini, perubahan sosial berjalan jauh lebih
cepat dibandingkan upaya pembaruan dan laju perubahan pendidikan. Sebagai
akibatnya, fungsi pendidikan sebagai konservasi budaya menjadi lebih menonjol,
tetapi tidak mampu mengantisipasi perubahan sosial secara akurat (Karim, 1991:
28). Dalam kaitan dengan paradoks dalam hubungan timbal balik antar pendidikan
dan perubahan sosial seperti dikemukakan di atas, patut kiranya dicatat
peringatan Sudjatmoko (1991:30) yang menyatakan bahwa Negara-negara yang tidak
mampu mengikuti revolusi industri mutakhir akan ketinggalan dan berangsur-angsur
kehilangan kemampuan untuk mempertahankan kedudukannya sebagai Negara merdeka.
Dengan kata lain, ketidakmampuan mengelola dan mengikuti dinamika perubahan
sosial sama artinya dengan menyiapkan keterbelakangan. Permasalahan perubahan
sosial, dengan demikian harus menjadi agenda penting dalam pemikiran dan
praksis pendidikan nasional.
2. Permasalahan
Internal Pendidikan Masa Kini
Seperti
halnya permasalahan eksternal, permasalahan internal pendidikan di Indonesia
masa kini adalah sangat kompleks. Daoed Joesoef (2001: 210-225) misalnya,
mencatat permasalahan internal pendidikan meliputi permasalahan-permasalahan
yang berhubungan dengan strategi pembelajaran, peran guru, dan kurikulum.
Selain ketiga permasalahan tersebut sebenarnya masih ada jumlah permasalahan lain,
seperti permasalahan yang berhubungan dengan sistem kelembagaan, sarana dan
prasarana, manajemen, anggaran operasional, dan peserta didik. Dari berbagai
permasalahan internal pendidikan dimaksud, kami akan membahas dua permasalahan
internal yang di pandang cukup menonjol, yaitu profesionalisme guru, dan
strategi pembelajaran.
a.
Permasalahan Profesionalisme Guru
Salah satu
komponen penting dalam kegiatan pendidikan dan proses pembelajaran adalah
pendidik atau guru. Betapapun kemajuan taknologi telah menyediakan berbagai
ragam alat bantu untuk meningkatkan efektifitas proses pembelajaran, namun
posisi guru tidak sepenuhnya dapat tergantikan. Itu artinya guru merupakan
variable penting bagi keberhasilan pendidikan.
Menurut
Suyanto (2006: 1), “guru memiliki peluang yang amat besar untuk mengubah
kondisi seorang anak dari gelap gulita aksara menjadi seorang yang pintar dan
lancar baca tulis alfabetikal maupun fungsional yang kemudian akhirnya ia bisa
menjadi tokoh kebanggaan komunitas dan bangsanya”. Tetapi segera ditambahkan:
“guru yang demikian tentu bukan guru sembarang guru. Ia pasti memiliki
profesionalisme yang tinggi, sehingga bisa “diguguh dan ditiru”.
Lebih jauh
Suyanto (2006: 28) menjelaskan bahwa guru yang profesional harus memiliki
kualifikasi dan ciri-ciri tertentu. Kualifikasi dan ciri-ciri dimaksud adalah:
(a) harus memiliki landasan pengetahuan yang kuat, (b) harus berdasarkan atas
kompetensi individual, (c) memiliki sistem seleksi dan sertifikasi, (d) ada
kerja sama dan kompetisi yang sehat antar sejawat, (e) adanya kesadaran
profesional yang tinggi, (f) meliki prinsip-prinsip etik (kode etik), (g)
memiliki sistem seleksi profesi, (h) adanya militansi individual, dan (i)
memiliki organisasi profesi.
Dari
ciri-ciri atau karakteristik profesionalisme yang dikemukakan di atas jelaslah
bahwa guru tidak bisa datang dari mana saja tanpa melalui sistem pendidikan
profesi dan seleksi yang baik. Itu artinya pekerjaan guru tidak bisa dijadikan
sekedar sebagai usaha sambilan, atau pekerjaan sebagai moon-lighter.
Namun kenyataan dilapangan menunjukkan adanya guru terlebih terlebih guru
honorer, yang tidak berasal dari pendidikan guru, dan mereka memasuki pekerjaan
sebagai guru tanpa melalui sistem seleksi profesi. Singkatnya di dunia
pendidikan nasional ada banyak, untuk tidak mengatakan sangat banyak, guru yang
tidak profesioanal. Inilah salah satu permasalahan internal yang harus menjadi
“pekerjaan rumah” bagi pendidikan nasional masa kini.
b.
Permasalahan Strategi Pembelajaran
Menurut
Suyanto (2006: 15-16) era globalisasi dewasa ini mempunyai pengaruh yang sangat
signifikan terhadap pola pembelajaran yang mampu memberdayakan para peserta
didik. Tuntutan global telah mengubah paradigma pembelajaran dari paradigma
pembelajaran tradisional ke paradigma pembelajaran baru. Suyanto menggambarkan
paradigma pembelajaran berpusat pada guru, menggunakan media tunggal,
berlangsung secara terisolasi, interaksi guru-murid berupa pemberian informasi
dan pengajaran berbasis faktual atau pengetahuan.
Paulo Freire
(2002: 51-52) menyebut strategi pembelajaran tradisional ini sebagai strategi
pelajaran dalam “gaya bank” (banking concept). Di pihak lain strategi
pembelajaran baru digambarkan oleh Suyanto sebagai berikut: berpusat pada
murid, menggunakan banyak media, berlangsung dalam bentuk kerja sama atau
secara kolaboratif, interaksi guru-murid berupa pertukaran informasi dan
menekankan pada pemikiran kritis serta pembuatan keputusan yang didukung dengan
informasi yang kaya. Model pembelajaran baru ini disebut oleh Paulo Freire
(2000: 61) sebagai strategi pembelajaran “pemecahan masalah” (problem posing).
Meskipun
dalam aspirasinya, sebagaimana dikemukakan di atas, dewasa ini terdapat
tuntutan pergeseran paradigma pembelajaran dari model tradisional ke arah model
baru, namun kenyataannya menunjukkan praktek pembelajaran lebih banyak
menerapkan strategi pembelajaran tradisional dari pembelajaran baru (Idrus,
1997: 79). Hal ini agaknya berkaitan erat dengan rendahnya professionalisme
guru.
Melihat
banyaknya permasalahan pendidikan di Indonesia, menurut kami, pendidikan di
Indonesia saat ini masih sangat tertinggal dibandingkan dengan negara-negara
lain. Selain pemasalahan yang telah kami bahas sebelumnya, permasalahan yang
menjadi penyebab ketertinggalan pendidikan diantaranya kurikulum yang belum
sesuai, sarana prasarana yang belum memadai dan kualitas SDM yang terus
menurun. Maka pemerintah sebagai pemegang otoriter pendidikan mencoba membenahi
sektor ini. Kurikulum diubah, para pakar yang ahli dengan perombakan kurikulum coba
dikumpulkan untuk mengkaji ulang kurikulum yang sudah lama. Sarana dan prasarana
kembali dibenahi, sumber daya manusia sebagai tenaga ahli yang akan mendidik
anak bangsa digenjot kemampuannya. Tapi kendala datang lagi, krisis
multidimensional memporakporandakan bangsa ini. Berbagai gejolak politik
muncul, disamping bencana alam datang melanda bangsa ini. Anggaran negara terus
defisit, sektor ekonomi dan keuangan negara terus anjlok. Hutang negara makin
bertambah, bahkan ironisnya lagi hutang negara yang sangat besar sudah harus
dipikulkan pada anak cucu kita yang akan lahir pada dua turunan yang akan
datang.
Bukan saja
negara kita yang mengalami hal ini. Beberapa negara lain di dunia juga
mengalami krisis yang sama,tapi krisis multidimensional paling fatal dirasakan
oleh bangsa kita. Siapa yang salah, tidak ada yang dapat disalahkan. Melainkan
harus kembali berbenah. Maka muncul gagasan baru, kurikulum kembali harus
ditinjau ulang, sarana kembali diperbaharui. Lembaga pendidikan kita diambang
batas yang sangat riskan. Pemerintah sebagai pemegang power kekuasaan sektor
pendidikan mencoba mencari alternatif pemecahannya. Tapi lagi-lagi jauh dari
harapan,kembali kurikulum yang dianggap belum mantap,maka kurikulum kembali
jadi pusat pembenahan kembali (trial end Error ). Akibatnya kurikulum
kita sudah mengalami beberapa kali perbaikan dan penyempurnaan. Terkadang
perubahan kurikulum ini belum waktunya,dan seakan dipaksakan. Seyogianya
kurikulum akan ditinjau ulang atau dirombak kembali minimal setelah sepuluh
tahun berjalan , namun baru setahun jalan kembali ditukar, dengan alasan
penyempurnaan. Tapi kenyatannya tetap tidak sempurna. Harapan untuk menapak
kemajuan pendidikan tetap jadi dilema yang tak teruraikan. Dimana –mana mulai
muncul kebijakan baru oleh raja-raja kecil di daerah yang mengklaim punya hak
otonomi bidang pendidikan. Muncul kebijakan baru didaerah tentang pendidikan
didaerah. Tiap daerah berlomba memajukan pendidikan, namun semua usaha itu
malah menambah ruwetnya sektor pendidikan ini. Akibatnya, pendidikan Indonesia
makin terpuruk, sementara negara lain makin maju dengan berbagai terobosan
untuk menggapai kemajuan pendidikan.
B.
Implikasi Permasalahan
Pendidikan di Indonesia Saat Ini Bagi Potret Pendidikan Masa yang Akan Datang
(Esok)
Melihat
banyaknya permasalahan pendidikan di Indonesia saat ini, memunculkan pertanyaan
dibenak kita, Lantas bagaimana pendidikan
kita masa yang datang ? Melihat kenyatan sekarang yang terjadi dapat
diprediksi bahwa kemungkinan untuk cepat maju sangat imposible. Selama
kebijakan dalam sektor pendidikan masih seperti ini, dapat diprediksi
pendidikan kita tetap akan tertinggal dari negara lain. Memang sudah banyak
dewan pakar, Profesor dan DR bidang science dan Humanis telah puluhan dan
bahkan ratusan muncul, tapi kiprah mereka belum maksimal memajukan sektor
pendidikan.
Permasalahan
pendidikan saat ini membuat kita bertanya-tanya apakah kita bisa menjadi bangsa yang maju? Lalu
siapa lagi yang disalahkan dengan banyaknya permasalahan pendidikan saat ini ?
Apa memang kurikulum yang tidak tepat, atau sarana dan prasarana yang tidak
memadai? Atau mungkin sumber daya manusianya yang tidak becus? Asumsi sementara
dari kami mengindikasikan bahwa penyebab utama tidak majunya pendidikan kita
termasuk pendidikan yang akan datang, terletak pada kesadaran manusianya, terutama
pengemban tugas pendidikan itu sendiri. Baik dari sektor pemerintah yang belum
betul-betul serius dalam pengelolaan, apalagi pada masyarakat yang tidak
menumbuhkan kepedulian utama untuk kemajuan sektor pendidikan ini. Terutama
sekali kesadaran masyarakat terhadap ketaatan kepada aturan yang berlaku, khususnya
bagi kemajuan pendidikan.
Apabila
kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan ini sudah betul-betul tertanam dan
apabila pemerintah sebagai pemegang kendali betul-betul pula serius untuk
membenahi, yakinlah bahwa kemajuan masa yang akan datang dapat diraih. Lantas bagaimana menumbuhkan kesadaran pada masyarakat ini ? Kunci
utamanya juga terletak pada keteladanan dari penguasa. Apabila penguasa
memberikan keteladan pada masyarakatnya, maka mereka akan ikut berprilaku
sesuai dengan tuntutan dan tuntunan. Namun bangsa kita belum lagi sadar, belum
lagi taat asas dan taat aturan. Semua
ingin menang sendiri, semua ingin maju sendiri, prinsip kebersamaan mulai
pudar. Ketika sudah jatuh kejurang dalam baru mencari kambing hitam
untuk disalahkan. Belum banyak masyarakat yang mau berkorban untuk dunia
pendidikan, bisa dihitung orang yang peduli pada anak jalanan, belum lagi
pengangguran yang semakin bertambah banyak. Semua keadaan dan fenomena diatas
akan menjadi indikasi bagaimana potret pendidikan kita dimasa yang akan datang.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pendidikan merupakan
pilar utama bagi kemajuan suatu bangsa. Maka pendidikan harus menjadi prioritas
bagi pembangunan, dengan tidak mengenyampingkan sektor lain. Untuk memajukan
pendidikan tidak hanya dengan merubah kurikulum dan melengkapi sarana dan
prasarana saja, melainkan juga memperhatikan pembangunan SDM yang akan
mengemban pendidikan tersebut. Oleh karena itu untuk mencapai pendidikan yang
lebih baik dimasa datang, yang menjadi prioritas utama adalah pembenahan SDM
nya, terutama menumbuhkan kesadaran bagi setiap elemen masyarakat dan pemegang
kekuasan untuk berbenah diri. Terutama berbenah dari segi ketaatan pada asas
dan aturan. Taat asas berarti memberikan keteladan bagi masyarakat pada umunya,
sehingga pendidikan sekarang menjadi cermin perbandingan untuk kebijakan
pembangunan pendidikan masa depan.
B.
Saran
Sebagai seorang yang
berada di dunia pendidikan sebaiknya kita menanamkan rasa optimis bahwa bangsa
kita juga mampu memiliki kualitas pendidikan yang baik dan tidak tertinggal
dengan negara lain. Benar bahwa saat ini banyak permasalahan pendidikan di Indonesia,
namun itu tak lantas membuat kita pesimis, Sebab mengelola sistem pendidikan
nasional ibarat menanam modal (investasi) untuk jangka panjang. Tetapi wujud
keberhasilannya tidak seketika. Jika investasi dalam bentuk bisnis jelas akan
menghasilkan untung-rugi secara riil, karena dapat diukur dengan besarnya
nominal rupiah. Namun investasi pendidikan adalah berbentuk kualitas Sumber
Daya Manusia (SDM) yang riil bagi generasi bangsa. Karena tujuan nasional
pendidikan kita adalah untuk membangun mentalitas yang berkarakter.
DAFTAR
PUSTAKA
Fitwiethayalisyi.2015.http://PermasalahanPendidikanMasakini-fitwiethayalisyi.html
(diakses tanggal 16 november 2015)
Anonim.2015.
http://PotretPendidikanIndonesiaMasaLalu,KiniDanHariEsok.html
(diakses
tanggal 16 November 2015)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar