Rabu, 10 Februari 2016

Pendidikan Di Indonesia Kini dan Esok

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat dan salam pada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, dengan perantaraan beliau kita dapat memahami Ajaran Islam secara baik dan benar. Serta mendudukkan Nabi Muhammad SAW, sebagai tokoh pendidik yang termanshyur sampai saat ini.
Makalah ini kami susun berdasarkan pengkajian materi tentang potret pendidikan di Indonesia. Makalah ini membahas tentang potret pendidikan di Indonesia saat ini dengan berbagai permasalahan yang indikasinya akan memungkinkan lambatnya perkembangan pendidikan di Indonesia. semua materi tersebut secara jelas dijelaskan pada bab pembahasan.
Terselesaikannya makalah ini tak lepas dari bantuan dari berbagai pihak, untuk itu kami mengucapkan terima kasih kepada Dosen mata kuliah Pengantar Pendidikan yang telah membimbing dan mengarahkan kami dalam penyusunan makalah ini. Selain itu juga kepada teman-teman kami mengucapkan terima kasih karena telah berbagi informasi dan pengetahuan sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Kami menyadari penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna untuk itu kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya membangun masih sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Demikian makalah ini kami susun semoga bermanfaat bagi teman-teman mahasiswa terkhusus mahasiswa Pendidikan Matematika FKIP Universitas Halu Oleo dan pihak-pihak lain yang membutuhkan.

Kendari,     November  2015


Penyusun




BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Bangsa yang maju dan beradab akan terlihat dari pola pendidikan yang dilaksanakan oleh bangsa tersebut. Pendidikan akan menjadi penentu gerak langkah bagi kemajuan suatu bangsa. Dewasa ini bahwa pendidikan memang merupakan pilar yang akan menentukan maju atau tidak suatu bangsa. Tolak ukur kemajuan memang terletak pada pendidikan yang diselenggarakan. Oleh karenanya faktor guru,kurikulum,sarana dan prasarana pendukung pendidikan sangat fital diperhatikan. Pendidikan bukan hal yang acak-acakan ,dan seharusnya bukan sebagai ajang uji coba secara terus menerus,dia harus terencana dengan baik. Semua stak holder yang terlibat didalamnya harus benar-benar serius dalam mengemban tugas mulia ini.
Rasulullah juga telah mengisyaratkan bahwa “ kalau ingin menguasai kehidupan didunia,haruslah dengan ilmu,kalau ingin menguasai kehidupan akhirat,harus pula dengan ilmu,dan kalau ingin menguasai keduanya (dunia dan akhirat) haruslah dengan ilmu. Ilmu akan didapat dalam dunia pendidikan. Ilmu tidak akan muncul dengan sendirinya. Maka tuntutlah ilmu dari mulai lahir sampai mati (long life education). Menuntut ilmu itu juga melalui berbagai tahapan,tidak ada yang serba instan,semua melalui proses dan sistem yang terintegrasi kedalam kemauan dan akan ditopang oleh beberapa komponen sebagai pendukungnya. Komponen tersebut bisa saja berbentuk sarana dan peralatan,dan bisa juga berbentuk tenaga ahli atau guru.
Manusia sebagai makhluk sosial (Zoon politicon) tidak dapat berdiri sendiri,tidak mampu berkembang sendiri tanpa bantuan manusia lain. Tidak akan dapat belajar sendiri menemukan pengetahuan tanpa bantuan orang lain. Maka tepat sekali bantuan lingkungan akan membentuk pola pengetahuan seseorang. Dalam hal inilah maka pendidikan suatu bangsa akan diwarnai oleh kebijakan yang dilakukan dalam pengembangan pendidikan suatu negara. Pendidikan Indonesia masa lalu (masa kolonial) diwarnai oleh kinginan penguasa,dan pada masa Orde Baru diwarnai pula oleh kepentingan politik Orde baru. Dan begitu seterusnya,sampai sekarang masalah pendidikan tetap menjadi kehendak penguasa. Akankah pendidikan Indonesia terus begitu sampai nanti? Maka dalam makalah ini, kami mencoba menganalisa fenomena yang ada tentang pendidikan Indonesia masa sekarang dan prediksi masa datang. Semuanya merupakan analisis dari berbagai fenomena yang menggambarkan keadaan pendidikan Indonesia.

B.     Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penulisan makalah ini yaitu Bagaimana potret pendidikan di Indonesia kini dan esok?

C.    Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan makalah ini yaitu untuk menganalisa keadaan pendidikan di Indonesia kini dan esok.






























BAB II
PAMBAHASAN

Potret Pendidikan di Indonesia Kini dan Esok
Pendidikan di Indonesia mulai menapak kearah kemajuan pada tahun tujuh puluh sampai delapan puluhan, saat itu pendidikan di Indonsia mulai disegani oleh bangsa lain, terutama negara tetangga. Mereka tertarik dengan kemajuan pendidikan Indonesia. Mereka mengirim putera terbaiknya untuk belajar di Indonesia. Banyak pelajar dan mahasiswa dari negara tetangga yang menuntut ilmu di Indonesia. Pendidikan Indonesia masa delapan puluhan itu cukup membanggakan, dan peringkat dunia tidak terlalu menjolok, walau masih jauh dari harapan.
Tetapi setelah tahun dua ribuan, pendidikan kita mulai kembali tertinggal dari bangsa lain . Begitu pula peringkat pendidikan kita didunia jauh berada dibawah negara tetangga.  Betapapun terdapat banyak kritik yang dilancarkan oleh berbagai kalangan terhadap pendidikan, atau tepatnya terhadap praktek pendidikan, namun hampir semua pihak sepakat bahwa nasib suatu komunitas atau suatu bangsa di masa depan sangat bergantung pada kontribusinya pendidikan. Shane (1984: 39), misalnya sangat yakin bahwa pendidikanlah yang dapat memberikan kontribusi pada kebudayaan di hari esok. Pendapat yang sama juga bisa kita baca dalam penjelasan Umum Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional (UU No. 20/2003), yang antara lain menyatakan: “Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan merupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran dan atau cara lain yang dikenal dan diakui oleh masyarakat”.
Dengan demikian, sebagai institusi, pendidikan pada prinsipnya memikul amanah “etika masa depan”. Etika masa depan timbul dan dibentuk oleh kesadaran bahwa setiap anak manusia akan menjalani sisa hidupnya di masa depan bersama-sama dengan makhluk hidup lainnya yang ada di bumi. Hal ini berarti bahwa, di satu pihak, etika masa depan menuntut manusia untuk tidak mengelakkan tanggung jawab atas konsekuensi dari setiap perbuatan yang dilakukannya sekarang ini. Sementara itu pihak lain, manusia dituntut untuk mampu mengantisipasi, merumuskan nilai-nilai, dan menetapkan prioritas-prioritas dalam suasana yang tidak pasti agar generasi-generasi mendatang tidak menjadi mangsa dari proses yang semakin tidak terkendali di zaman mereka dikemudian hari (Joesoef, 2001: 198-199).
Dalam konteks etika masa depan tersebut, karenanya visi pendidikan seharusnya lahir dari kesadaran bahwa kita sebaiknya jangan menanti apapun dari masa depan, karena sesungguhnya masa depan itulah mengaharap-harapkan dari kita, kita sendirilah yang seharusnya menyiapkannya (Joesoef, 2001: 198). Visi ini tentu saja mensyaratkan bahwa, sebagai institusi, pendidikan harus solid. Idealnya, pendidikan yang solid adalah pendidikan yang steril dari berbagai permasalahan. Namun hal ini adalah suatu kemustahilan. Suka atau tidak suka, permasalahan akan selalu ada dimanapun dan kapanpun, termasuk dalam institusi pendidikan.
Oleh karena itu, persoalannya bukanlah usaha menghindari permasalahan, tetapi justru perlunya menghadapi permasalahan itu secara cerdas dengan mengidentifikasi dan memahami substansinya untuk kemudian dicari solusinya.

A.    Permasalahan-permasalahan Pendidikan di Indonesia
Makalah ini berusaha mengidentifikasi dan memahami permasalahan-permasalahan pendidikan kontemporer di Indonesia. Permasalahan-permasalahan pendidikan dimaksud dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu permasalahan eksternal dan permasalahan internal. Perlu pula dikemukakan bahwa permasalah pendidikan yang diuraikan dalam makalah ini terbatas pada permasalahan pendidikan formal.
1.      Permasalahan Eksternal Pendidikan Masa Kini
Permasalahan eksternal pendidikan di Indonesia dewasa ini sesungguhnya sangat kompleks. Hal ini dikarenakan oleh kenyataan kompleksnya dimensi-dimensi eksternal pendidikan itu sendiri. Dimensi-dimensi eksternal pendidikan meliputi dimensi sosial, politik, ekonomi, budaya, dan bahkan juga dimensi global.
Dari berbagai permasalahan pada dimensi eksternal pendidikan di Indonesia dewasa ini, kami hanya akan menyoroti dua permasalahan, yaitu permasalahan globalisasi dan permasalahan perubahan sosial.
Permasalahan globalisasi menjadi penting untuk disoroti, karena ia merupakan trend abad ke-21 yang sangat kuat pengaruhnya pada segenap sektor kehidupan, termasuk pada sektor pendidikan. Sedangakan permasalah perubahan sosial adalah masalah “klasik” bagi pendidikan, dalam arti ia selalu hadir sebagai permasalahan eksternal pendidikan, dan karenanya perlu dicermati. Kedua permasalahan tersebut merupakan tantangan yang harus dijawab oleh dunia pendidikan, jika pendidikan ingin berhasil mengemban misi (amanah) dan fungsinya berdasarkan paradigma etika masa depan.
a.       Permasalahan Globalisasi
Globalisasi mengandung arti terintegrasinya kehidupan nasional ke dalam kehidupan global. Dalam bidang ekonomi, misalnya, globalisasi ekonomi berarti terintegrasinya ekonomi nasional ke dalam ekonomi dunia atau global (Fakih, 2003: 182). Bila dikaitkan dalam bidang pendidikan, globalisasi pendidikan berarti terintegrasinya pendidikan nasional ke dalam pendidikan dunia. Sebegitu jauh, globalisasi memang belum merupakan kecenderungan umum dalam bidang pendidikan. Namun gejala kearah itu sudah mulai Nampak.
Sejumlah SMK dan SMA di beberapa kota di Indonesia sudah menerapkan sistem Manajemen Mutu (Quality Management Sistem) yang berlaku secara internasional dalam pengelolaan manajemen sekolah mereka, yaitu SMM ISO 9001:2000; dan banyak diantaranya yang sudah menerima sertifikat ISO.
Oleh karena itu, dewasa ini globalisasi sudah mulai menjadi permasalahan aktual pendidikan. Permasalahan globalisasi dalam bidang pendidikan terutama menyangkut output pendidikan. Seperti diketahui, di era globalisasi dewasa ini telah terjadi pergeseran paradigma tentang keunggulan suatu Negara, dari keunggulan komparatif (Comperative adventage) kepada keunggulan kompetitif (competitive advantage). Keunggulam komparatif bertumpu pada kekayaan sumber daya alam, sementara keunggulan kompetitif bertumpu pada pemilikan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas (Kuntowijoyo, 2001: 122).
Dalam konteks pergeseran paradigma keunggulan tersebut, pendidikan nasional akan menghadapi situasi kompetitif yang sangat tinggi, karena harus berhadapan dengan kekuatan pendidikan global. Hal ini berkaitan erat dengan kenyataan bahwa globalisasi justru melahirkan semangat cosmopolitantisme dimana anak-anak bangsa boleh jadi akan memilih sekolah-sekolah di luar negeri sebagai tempat pendidikan mereka, terutama jika kondisi sekolah-sekolah di dalam negeri secara kompetitif under-quality (berkualitas rendah). Kecenderungan ini sudah mulai terlihat pada tingkat perguruan tinggi dan bukan mustahil akan merambah pada tingkat sekolah menengah.
Bila persoalannya hanya sebatas tantangan kompetitif, maka masalahnya tidak menjadi sangat krusial (gawat). Tetapi salah satu ciri globalisasi ialah adanya “regulasi-regulasi”. Dalam bidang pendidikan hal itu tampak pada batasan-batasan atau ketentuan-ketentuan tentang sekolah berstandar internasional. Pada jajaran SMK regulasi sekolah berstandar internasional tersebut sudah lama disosialisasikan. Bila regulasi berstandar internasional ini kemudian ditetapkan sebagai prasyarat bagi output pendidikan untuk memperolah untuk memperoleh akses ke bursa tenaga kerja global, maka hal ini pasti akan menjadi permasalah serius bagi pendidikan nasional.
Globalisasi memang membuka peluang bagi pendidikan nasional, tetapi pada waktu yang sama ia juga mengahadirkan tantangan dan permasalahan pada pendidikan nasional. Karena pendidikan pada prinsipnya mengemban etika masa depan, maka dunia pendidikan harus mau menerima dan menghadapi dinamika globalisasi sebagai bagian dari permasalahan pendidikan masa kini.
b.      Permasalahan perubahan sosial
Ada sebuah pernyataan yang menyatakan bahwa di dunia ini tidak ada yang abadi, semuanya berubah; satu-satunya yang abadi adalah perubahan itu sendiri. Itu artinya, perubahan sosial merupakan peristiwa yang tidak bisa dielakkan, meskipun ada perubahan sosial yang berjalan lambat dan ada pula yang berjalan cepat.
Bahkan salah satu fungsi pendidikan, sebagaimana dikemukakan di atas, adalah melakukan inovasi-inovasi sosial, yang maksudnya tidak lain adalah mendorong perubahan sosial. Fungsi pendidikan sebagai agen perubahan sosial tersebut, dewasa ini ternyata justru melahirkan paradoks.
Kenyataan menunjukkan bahwa, sebagai konsekuansi dari perkembangan ilmu perkembangan dan teknologi yang demikian pesat dewasa ini, perubahan sosial berjalan jauh lebih cepat dibandingkan upaya pembaruan dan laju perubahan pendidikan. Sebagai akibatnya, fungsi pendidikan sebagai konservasi budaya menjadi lebih menonjol, tetapi tidak mampu mengantisipasi perubahan sosial secara akurat (Karim, 1991: 28). Dalam kaitan dengan paradoks dalam hubungan timbal balik antar pendidikan dan perubahan sosial seperti dikemukakan di atas, patut kiranya dicatat peringatan Sudjatmoko (1991:30) yang menyatakan bahwa Negara-negara yang tidak mampu mengikuti revolusi industri mutakhir akan ketinggalan dan berangsur-angsur kehilangan kemampuan untuk mempertahankan kedudukannya sebagai Negara merdeka. Dengan kata lain, ketidakmampuan mengelola dan mengikuti dinamika perubahan sosial sama artinya dengan menyiapkan keterbelakangan. Permasalahan perubahan sosial, dengan demikian harus menjadi agenda penting dalam pemikiran dan praksis pendidikan nasional.
2.      Permasalahan Internal Pendidikan Masa Kini
Seperti halnya permasalahan eksternal, permasalahan internal pendidikan di Indonesia masa kini adalah sangat kompleks. Daoed Joesoef (2001: 210-225) misalnya, mencatat permasalahan internal pendidikan meliputi permasalahan-permasalahan yang berhubungan dengan strategi pembelajaran, peran guru, dan kurikulum. Selain ketiga permasalahan tersebut sebenarnya masih ada jumlah permasalahan lain, seperti permasalahan yang berhubungan dengan sistem kelembagaan, sarana dan prasarana, manajemen, anggaran operasional, dan peserta didik. Dari berbagai permasalahan internal pendidikan dimaksud, kami akan membahas dua permasalahan internal yang di pandang cukup menonjol, yaitu profesionalisme guru, dan strategi pembelajaran.
a.       Permasalahan Profesionalisme Guru
Salah satu komponen penting dalam kegiatan pendidikan dan proses pembelajaran adalah pendidik atau guru. Betapapun kemajuan taknologi telah menyediakan berbagai ragam alat bantu untuk meningkatkan efektifitas proses pembelajaran, namun posisi guru tidak sepenuhnya dapat tergantikan. Itu artinya guru merupakan variable penting bagi keberhasilan pendidikan.
Menurut Suyanto (2006: 1), “guru memiliki peluang yang amat besar untuk mengubah kondisi seorang anak dari gelap gulita aksara menjadi seorang yang pintar dan lancar baca tulis alfabetikal maupun fungsional yang kemudian akhirnya ia bisa menjadi tokoh kebanggaan komunitas dan bangsanya”. Tetapi segera ditambahkan: “guru yang demikian tentu bukan guru sembarang guru. Ia pasti memiliki profesionalisme yang tinggi, sehingga bisa “diguguh dan ditiru”.
Lebih jauh Suyanto (2006: 28) menjelaskan bahwa guru yang profesional harus memiliki kualifikasi dan ciri-ciri tertentu. Kualifikasi dan ciri-ciri dimaksud adalah: (a) harus memiliki landasan pengetahuan yang kuat, (b) harus berdasarkan atas kompetensi individual, (c) memiliki sistem seleksi dan sertifikasi, (d) ada kerja sama dan kompetisi yang sehat antar sejawat, (e) adanya kesadaran profesional yang tinggi, (f) meliki prinsip-prinsip etik (kode etik), (g) memiliki sistem seleksi profesi, (h) adanya militansi individual, dan (i) memiliki organisasi profesi.
Dari ciri-ciri atau karakteristik profesionalisme yang dikemukakan di atas jelaslah bahwa guru tidak bisa datang dari mana saja tanpa melalui sistem pendidikan profesi dan seleksi yang baik. Itu artinya pekerjaan guru tidak bisa dijadikan sekedar sebagai usaha sambilan, atau pekerjaan sebagai moon-lighter. Namun kenyataan dilapangan menunjukkan adanya guru terlebih terlebih guru honorer, yang tidak berasal dari pendidikan guru, dan mereka memasuki pekerjaan sebagai guru tanpa melalui sistem seleksi profesi. Singkatnya di dunia pendidikan nasional ada banyak, untuk tidak mengatakan sangat banyak, guru yang tidak profesioanal. Inilah salah satu permasalahan internal yang harus menjadi “pekerjaan rumah” bagi pendidikan nasional masa kini.
b.      Permasalahan Strategi Pembelajaran
Menurut Suyanto (2006: 15-16) era globalisasi dewasa ini mempunyai pengaruh yang sangat signifikan terhadap pola pembelajaran yang mampu memberdayakan para peserta didik. Tuntutan global telah mengubah paradigma pembelajaran dari paradigma pembelajaran tradisional ke paradigma pembelajaran baru. Suyanto menggambarkan paradigma pembelajaran berpusat pada guru, menggunakan media tunggal, berlangsung secara terisolasi, interaksi guru-murid berupa pemberian informasi dan pengajaran berbasis faktual atau pengetahuan.
Paulo Freire (2002: 51-52) menyebut strategi pembelajaran tradisional ini sebagai strategi pelajaran dalam “gaya bank” (banking concept). Di pihak lain strategi pembelajaran baru digambarkan oleh Suyanto sebagai berikut: berpusat pada murid, menggunakan banyak media, berlangsung dalam bentuk kerja sama atau secara kolaboratif, interaksi guru-murid berupa pertukaran informasi dan menekankan pada pemikiran kritis serta pembuatan keputusan yang didukung dengan informasi yang kaya. Model pembelajaran baru ini disebut oleh Paulo Freire (2000: 61) sebagai strategi pembelajaran “pemecahan masalah” (problem posing).
Meskipun dalam aspirasinya, sebagaimana dikemukakan di atas, dewasa ini terdapat tuntutan pergeseran paradigma pembelajaran dari model tradisional ke arah model baru, namun kenyataannya menunjukkan praktek pembelajaran lebih banyak menerapkan strategi pembelajaran tradisional dari pembelajaran baru (Idrus, 1997: 79). Hal ini agaknya berkaitan erat dengan rendahnya professionalisme guru.
Melihat banyaknya permasalahan pendidikan di Indonesia, menurut kami, pendidikan di Indonesia saat ini masih sangat tertinggal dibandingkan dengan negara-negara lain. Selain pemasalahan yang telah kami bahas sebelumnya, permasalahan yang menjadi penyebab ketertinggalan pendidikan diantaranya kurikulum yang belum sesuai, sarana prasarana yang belum memadai dan kualitas SDM yang terus menurun. Maka pemerintah sebagai pemegang otoriter pendidikan mencoba membenahi sektor ini. Kurikulum diubah, para pakar  yang ahli dengan perombakan kurikulum coba dikumpulkan untuk mengkaji ulang kurikulum yang sudah lama. Sarana dan prasarana kembali dibenahi, sumber daya manusia sebagai tenaga ahli yang akan mendidik anak bangsa digenjot kemampuannya. Tapi kendala datang lagi, krisis multidimensional memporakporandakan bangsa ini. Berbagai gejolak politik muncul, disamping bencana alam datang melanda bangsa ini. Anggaran negara terus defisit, sektor ekonomi dan keuangan negara terus anjlok. Hutang negara makin bertambah, bahkan ironisnya lagi hutang negara yang sangat besar sudah harus dipikulkan pada anak cucu kita yang akan lahir pada dua turunan yang akan datang.
Bukan saja negara kita yang mengalami hal ini. Beberapa negara lain di dunia juga mengalami krisis yang sama,tapi krisis multidimensional paling fatal dirasakan oleh bangsa kita. Siapa yang salah, tidak ada yang dapat disalahkan. Melainkan harus kembali berbenah. Maka muncul gagasan baru, kurikulum kembali harus ditinjau ulang, sarana kembali diperbaharui. Lembaga pendidikan kita diambang batas yang sangat riskan. Pemerintah sebagai pemegang power kekuasaan sektor pendidikan mencoba mencari alternatif pemecahannya. Tapi lagi-lagi jauh dari harapan,kembali kurikulum yang dianggap belum mantap,maka kurikulum kembali jadi pusat pembenahan kembali (trial end Error ). Akibatnya kurikulum kita sudah mengalami beberapa kali perbaikan dan penyempurnaan. Terkadang perubahan kurikulum ini belum waktunya,dan seakan dipaksakan. Seyogianya kurikulum akan ditinjau ulang atau dirombak kembali minimal setelah sepuluh tahun berjalan , namun baru setahun jalan kembali ditukar, dengan alasan penyempurnaan. Tapi kenyatannya tetap tidak sempurna. Harapan untuk menapak kemajuan pendidikan tetap jadi dilema yang tak teruraikan. Dimana –mana mulai muncul kebijakan baru oleh raja-raja kecil di daerah yang mengklaim punya hak otonomi bidang pendidikan. Muncul kebijakan baru didaerah tentang pendidikan didaerah. Tiap daerah berlomba memajukan pendidikan, namun semua usaha itu malah menambah ruwetnya sektor pendidikan ini. Akibatnya, pendidikan Indonesia makin terpuruk, sementara negara lain makin maju dengan berbagai terobosan untuk menggapai kemajuan pendidikan.

B.     Implikasi Permasalahan Pendidikan di Indonesia Saat Ini Bagi Potret Pendidikan Masa yang Akan Datang (Esok)
Melihat banyaknya permasalahan pendidikan di Indonesia saat ini, memunculkan pertanyaan dibenak kita, Lantas bagaimana pendidikan kita masa yang datang ? Melihat kenyatan sekarang yang terjadi dapat diprediksi bahwa kemungkinan untuk cepat maju sangat imposible. Selama kebijakan dalam sektor pendidikan masih seperti ini, dapat diprediksi pendidikan kita tetap akan tertinggal dari negara lain. Memang sudah banyak dewan pakar, Profesor dan DR bidang science dan Humanis telah puluhan dan bahkan ratusan muncul, tapi kiprah mereka belum maksimal memajukan sektor pendidikan.
Permasalahan pendidikan saat ini membuat kita bertanya-tanya apakah kita bisa menjadi bangsa yang maju?  Lalu siapa lagi yang disalahkan dengan banyaknya permasalahan pendidikan saat ini ? Apa memang kurikulum yang tidak tepat, atau sarana dan prasarana yang tidak memadai? Atau mungkin sumber daya manusianya yang tidak becus? Asumsi sementara dari kami mengindikasikan bahwa penyebab utama tidak majunya pendidikan kita termasuk pendidikan yang akan datang, terletak pada kesadaran manusianya, terutama pengemban tugas pendidikan itu sendiri. Baik dari sektor pemerintah yang belum betul-betul serius dalam pengelolaan, apalagi pada masyarakat yang tidak menumbuhkan kepedulian utama untuk kemajuan sektor pendidikan ini. Terutama sekali kesadaran masyarakat terhadap ketaatan kepada aturan yang berlaku, khususnya bagi kemajuan pendidikan.
Apabila kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan ini sudah betul-betul tertanam dan apabila pemerintah sebagai pemegang kendali betul-betul pula serius untuk membenahi, yakinlah bahwa kemajuan masa yang akan datang dapat diraih. Lantas bagaimana menumbuhkan kesadaran pada masyarakat ini ? Kunci utamanya juga terletak pada keteladanan dari penguasa. Apabila penguasa memberikan keteladan pada masyarakatnya, maka mereka akan ikut berprilaku sesuai dengan tuntutan dan tuntunan. Namun bangsa kita belum lagi sadar, belum lagi taat asas dan taat aturan.  Semua ingin menang sendiri, semua ingin maju sendiri, prinsip kebersamaan mulai pudar. Ketika sudah jatuh kejurang dalam baru mencari kambing hitam untuk disalahkan. Belum banyak masyarakat yang mau berkorban untuk dunia pendidikan, bisa dihitung orang yang peduli pada anak jalanan, belum lagi pengangguran yang semakin bertambah banyak. Semua keadaan dan fenomena diatas akan menjadi indikasi bagaimana potret pendidikan kita dimasa yang akan datang.























BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan

Pendidikan merupakan pilar utama bagi kemajuan suatu bangsa. Maka pendidikan harus menjadi prioritas bagi pembangunan, dengan tidak mengenyampingkan sektor lain. Untuk memajukan pendidikan tidak hanya dengan merubah kurikulum dan melengkapi sarana dan prasarana saja, melainkan juga memperhatikan pembangunan SDM yang akan mengemban pendidikan tersebut. Oleh karena itu untuk mencapai pendidikan yang lebih baik dimasa datang, yang menjadi prioritas utama adalah pembenahan SDM nya, terutama menumbuhkan kesadaran bagi setiap elemen masyarakat dan pemegang kekuasan untuk berbenah diri. Terutama berbenah dari segi ketaatan pada asas dan aturan. Taat asas berarti memberikan keteladan bagi masyarakat pada umunya, sehingga pendidikan sekarang menjadi cermin perbandingan untuk kebijakan pembangunan pendidikan masa depan.

B.     Saran
Sebagai seorang yang berada di dunia pendidikan sebaiknya kita menanamkan rasa optimis bahwa bangsa kita juga mampu memiliki kualitas pendidikan yang baik dan tidak tertinggal dengan negara lain. Benar bahwa saat ini banyak permasalahan pendidikan di Indonesia, namun itu tak lantas membuat kita pesimis, Sebab mengelola sistem pendidikan nasional ibarat menanam modal (investasi) untuk jangka panjang. Tetapi wujud keberhasilannya tidak seketika. Jika investasi dalam bentuk bisnis jelas akan menghasilkan untung-rugi secara riil, karena dapat diukur dengan besarnya nominal rupiah. Namun investasi pendidikan adalah berbentuk kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang riil bagi generasi bangsa. Karena tujuan nasional pendidikan kita adalah untuk membangun mentalitas yang berkarakter.








DAFTAR PUSTAKA

Fitwiethayalisyi.2015.http://PermasalahanPendidikanMasakini-fitwiethayalisyi.html  (diakses tanggal 16 november 2015)
Anonim.2015. http://PotretPendidikanIndonesiaMasaLalu,KiniDanHariEsok.html (diakses tanggal 16 November 2015)










Tidak ada komentar:

Posting Komentar