Kamis, 18 Desember 2014

Materi Pelajaran KIMIA SMA kelas X

Pengertian Kromatografi

Kromatografi adalah salah satu metode pemisahan kimia yang didasarkan pada adanya perbedaan partisi zat pada fasa diam (stationary phase) dan fasa gerak (mobile phase). Kromatografi berasal dari bahasa Yunani yaitu χρῶμα yang berarti warna dan γράφειν yang berarti menulis.

Kromatografi dapat bersifat preparatif maupun analitik. Tujuan kromatografi preparatif biasanya adalah untuk memisahkan senyawa dalam campuran (biasanya digunakan untuk pemurnian). Kromatografi analitik digunakan untuk mengetahui perbandingan senyawa dalam campuran
.
Istilah dalam Kromatografi
Dalam kromatografi, dikenal beberapa istilah, antara lain:
  • Analit adalah zat yang dipisahkan.
  • Kromatogram adalah output visual yang diperoleh dari hasil pemisahan. Adanya puncak karakterisitik yang berbeda menunjukkan adanya senyawa yang berbeda.
  • Eluen adalah pelarut yang digunakan untuk memisahkan analit.
  • Fasa gerak adalah fasa zat yang bergerak pada arah tertentu.
  • Fasa diam adalah fasa yang tetap pada tempatnya.
  • Waktu retensi adalah waktu yang diperlukan analit untuk melewati sistem.
  • Volume retensi adalah volume fasa gerak yang dibutuhkan untuk mengelusi komponen analit.
Dasar Teori Kromatografi
Distribusi analit antara dua fasa dapat dijelaskan secara sederhana. Pada dasarnya, analit berada dalam kesetimbangan dalam fasa gerak dan fasa diam.
Amobile  Astationary
Konstanta kestimbangan, K, sering disebut dengan koefisien partisi. Koefisien partisi adalah konsentrasi molar analit pada fasa diam dibagi dengan konsentrasi molar analit pada fasa gerak.

Waktu antara injeksi sampel hingga akhir proses dinamakan waktu retensi (tR). Masing-masing analit dalam sampel akan mempunyai waktu retensi yang berbeda. Waktu yang diukur dari fase gerak melewati kolom disebut tM .
Faktor retensi (k') sering digunakan untuk mengetahui laju migrasi analit pada kolom. Faktor
retensi analit ditentukan dengan rumus:
k'A A = [tR- tM ]/ tM


Bapak Teknologi Dan Demokrasi Indonesia

       Satu diantara tokoh contoh serta jadi kebanggaan untuk beberapa orang di Indonesia serta juga Presiden ketiga Republik Indonesia, dialah Prof. DR (HC). Ing. Dr. Sc. Mult. Bacharuddin Jusuf Habibie dilahirkan di Pare-Pare, Sulawesi Selatan, pada tanggal 25 Juni 1936. Beliau adalah anak ke empat dari delapan bersaudara, pasangan Alwi Abdul Jalil Habibie serta RA. Tuti Marini Puspowardojo. Habibie yang menikah dengan Hasri Ainun Habibie pada tanggal 12 Mei 1962 ini dikaruniai dua orang putra yakni Ilham Akbar serta Thareq Kemal. 


        Saat kecil Habibie dilewati berbarengan saudara-saudaranya di Pare-Pare, Sulawesi Selatan. Karakter tegas berdasar pada prinsip sudah diperlihatkan B.j Habibie dari kanak-kanak. Habibie yang mempunyai kesukaan menunggang kuda serta membaca ini di kenal benar-benar cerdas saat tetap menempati sekolah basic, tetapi ia mesti kehilangan bapaknya yang wafat dunia pada 3 September 1950 lantaran terkena serangan jantung waktu ia tengah shalat Isya.

         Tidak lama sesudah ayahnya wafat, Ibunya lalu jual rumah serta kendaraannya serta geser ke Bandung berbarengan Habibie, sepeninggal ayahnya, ibunya membanting tulang membiayai kehidupan anak-anaknya terlebih Habibie, lantaran tekad untuk belajar Habibie lalu menuntut pengetahuan di Gouvernments Middlebare School. Di SMA, beliau mulai terlihat menonjol prestasinya, terlebih dalam pelajaran-pelajaran eksakta. Habibie jadi sosok favorite di sekolahnya.

       Karena kecerdasannya, Setelah tamat SMA di bandung tahun 1954, beliau masuk di ITB (Institut Teknologi Bandung), Ia tidak sampai selesai disana karena beliau mendapatkan beasiswa dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan untuk melanjutkan kuliahnya di Jerman, karena mengingat pesan Bung Karno tentang pentingnya Dirgantara dan penerbangan bagi Indonesia maka ia memilih jurusan Teknik Penerbangan dengan spesialisasi Konstruksi pesawat terbang di  Rhein Westfalen Aachen Technische Hochschule (RWTH) Ketika sampai di Jerman, beliau sudah bertekad untuk sunguh-sungguh dirantau dan harus sukses, dengan mengingat jerih payah ibunya yang membiayai kuliah dan kehidupannya sehari-hari. Beberapa tahun kemudian, pada tahun 1955 di Aachean, 99% mahasiswa Indonesia yang belajar di sana diberikan beasiswa penuh. Hanya beliaulah yang memiliki paspor hijau atau swasta dari pada teman-temannya yang lain. Musim liburan bukan liburan bagi beliau justru kesempatan emas yang harus diisi dengan ujian dan mencari uang untuk membeli buku. Sehabis masa libur, semua kegiatan disampingkan kecuali belajar. Berbeda dengan teman-temannya yang lain, mereka; lebih banyak menggunakan waktu liburan musim panas untuk bekerja, mencari pengalaman dan uang tanpa mengikuti ujian.

         Beliau mendapat gelar Diploma Ing, dari Technische Hochschule, Jerman tahun 1960 dengan predikat Cumlaude (Sempurna) dengan nilai rata-rata 9,5, Dengan gelar insinyur, beliau mendaftar diri untuk bekerja di Firma Talbot, sebuah industri kereta api Jerman. Pada saat itu Firma Talbot membutuhkan sebuah wagon yang bervolume besar untuk mengangkut barang-barang yang ringan tapi volumenya besar. Talbot membutuhkan 1000 wagon. Mendapat persoalan seperti itu, Habibie mencoba mengaplikasikan cara-cara kontruksi membuat sayap pesawat terbang yang ia terapkan pada wagon dan akhirnya berhasil.

           Setelah itu beliau kemudian melanjutkan studinya untuk gelar Doktor di Technische Hochschule Die Facultaet Fuer Maschinenwesen Aachean kemudian Habibie menikah pada tahun 1962 dengan Hasri Ainun Habibie yang kemudian diboyong ke Jerman, hidupnya makin keras, di pagi-pagi sekali Habibie terkadang harus berjalan kaki cepat ke tempat kerjanya yang jauh untuk menghemat kebutuhan hidupnya kemudian pulang pada malam hari dan belajar untuk kuliahnya, Istrinya Nyonya Hasri Ainun Habibie harus mengantri di tempat pencucian umum untuk mencuci baju untuk menghemat kebutuhan hidup keluarga. Pada tahun 1965 Habibie mendapatkan gelar Dr. Ingenieur dengan penilaian summa cumlaude (Sangat sempurna) dengan nilai rata-rata 10 dari Technische Hochschule Die Facultaet Fuer Maschinenwesen Aachean.

         Rumus yang di temukan oleh Habibie dinamai "Faktor Habibie" karena bisa menghitung keretakan atau krack propagation on random sampai ke atom-atom pesawat terbang sehingga ia di juluki sebagai "Mr. Crack". Pada tahun 1967, menjadi Profesor kehormatan (Guru Besar) pada Institut Teknologi Bandung. dari tempat yang sama tahun 1965. Kejeniusan dan prestasi inilah yang mengantarkan Habibie diakui lembaga internasional di antaranya, Gesselschaft fuer Luft und Raumfahrt (Lembaga Penerbangan dan Angkasa Luar) Jerman, The Royal Aeronautical Society London (Inggris), The Royal Swedish Academy of Engineering Sciences (Swedia), The Academie Nationale de l'Air et de l'Espace (Prancis) dan The US Academy of Engineering (Amerika Serikat). Sementara itu penghargaan bergensi yang pernah diraih Habibie di antaranya, Edward Warner Award dan Award von Karman yang hampir setara dengan Hadiah Nobel. Di dalam negeri, Habibie mendapat penghargaan tertinggi dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Ganesha Praja Manggala Bhakti Kencana.

          Langkah-langkah Habibie banyak dikagumi, penuh kontroversi, banyak pengagum namun tak sedikit pula yang tak sependapat dengannya. Setiap kali, peraih penghargaan bergengsi Theodore van Karman Award, itu kembali dari “habitat”-nya Jerman, beliau selalu menjadi berita. Habibie hanya setahun kuliah di ITB Bandung, 10 tahun kuliah hingga meraih gelar doktor konstruksi pesawat terbang di Jerman dengan predikat Summa Cum laude. Lalu bekerja di industri pesawat terbang terkemuka MBB Gmbh Jerman, sebelum memenuhi panggilan Presiden Soeharto untuk kembali ke Indonesia.

    Di Indonesia, Habibie 20 tahun menjabat Menteri Negara Ristek/Kepala BPPT, memimpin 10 perusahaan BUMN Industri Strategis, dipilih MPR menjadi Wakil Presiden RI, dan disumpah oleh Ketua Mahkamah Agung menjadi Presiden RI menggantikan Soeharto menjadi Presiden Republik Indonesia ke 3. Soeharto menyerahkan jabatan presiden itu kepada Habibie berdasarkan Pasal 8 UUD 1945. Sampai akhirnya Habibie dipaksa pula lengser akibat refrendum Timor Timur yang memilih merdeka. Pidato Pertanggungjawabannya ditolak MPR RI. Beliau pun kembali menjadi warga negara biasa, kembali pula hijrah bermukim ke Jerman. Demikian biografi B.J Habibie secara singkat dan lengkap.




 Biografi Ir.Soekarno
         Siapa yang tak kenal dengan Soekarno, persiden pertama negara kita Indonesia. Sosok yang sangat berjasa mengantarkan Indonesia ke pintu gerbang kemerdekaan. Sosok penting dibalik pembuatan dasar-dasar negara. Sosok yang patut kita kenang dan ingat sebagai salah satu pahlawan hebat Indonesia. 

 
Masa Muda dan Pendidikan Soekarno

         Ir. Soekarno yang akrab dipanggil Bung Karno lahir pada tanggal 6 Juni 1901 di Blitar, Jawa Timur. Soekarno Lahir dari pasangan Raden Seokemi Sosrodihardjo dan Ida Ayu Nyoman Rai. Soekarno Kecil jarang menghabiskan waktunya bersama kedua orang tuannya. Sewaktu kecil, beliu tingga bersama kakeknya, Raden Hardjokromo di Tulung Agung, Jawa Timur. Soekarno bersekolah pertama kali di Tulung Agung, yang kemudian pindah ke Mojokerto mengikuti ayahnya yang ditugaskan di kota tersebut. Di Mojokerto, Soekarno masuk ke Eerste Inlandse School, sekolah dimana ayahnya bekerja. Pada tahun 1991, Soekarno pindah ke Europeesche Lagere School (ELS) untuk memudahkannya melanjutkan ke Hoogere Burger School (HBS) di Surabaya.
Pada tahun 1915, Soekarno telah menyelesaikan sekolahnya di ELS dan melanjutkan ke HBS Surabaya. Di Surabaya, Soekarno dikenalkan dengan kawan ayahnya, bernama Tjokroaminoto. Tjokroaminoto merupakan pemimpin organisasi Serekat Islam yang merupakan organisasi besar saat. Dari organisasi tersebut, Soekarno juga mengenal tokoh-tokoh penting lain seperti Alimin, Musso, Dharsono, Haji Agus Salim, dan Abdul Muis.

        Tamat HBS Soerabaja bulan Juli 1921, bersama Djoko Asmo rekan satu angkatan di HBS, Soekarno melanjutkan ke Technische Hoogeschool te Bandoeng (yang sekarang dikenal ITB) di Bandung dengan mengambil jurusan teknik sipil pada tahun 1921, setelah dua bulan dia meninggalkan kuliah, tetapi pada tahun 1922 mendaftar kembali[13] dan tamat pada tahun 1926. Soekarno dinyatakan lulus ujian insinyur pada tanggal 25 Mei 1926 dan pada Dies Natalis ke-6 TH Bandung tanggal 3 Juli 1926 dia diwisuda bersama delapan belas insinyur lainnya.

Karir Politik Soekarno

          Pertemuannya dengan Tjokroaminoto dan beberapa tokoh penting di Surabaya, membangkitkan semangat nasionalisme yang diwujudkan dalam berorganisasi. Soekarno kemudian aktif dalam kegiatan organisasi pemuda Tri Koro Dharmo yang kemudian berganti nama menjadi Jong Java (Pemuda Jawa) pada 1918.
  
         Soekarno pertama kali dikenal melalui kiprahnya sebagai anggota Jong Java. Soekarno menggembarkan sidang Jong Java saat itu dengan berpidato menggunakan bahasa Jawa. Seokaro juga adalah orang yang mencetuskan agar surat kabar Jong Java diterbitkan dengan bahasa melayu dan bukan dalam bahasa Belanda. 

          Kepindahannya ke Bandung pada tahun 1926, Soekarno mendirikan Algemene Studie Club yang kemudian menjadi cikal bakal Partai Nasional Indonesia (PNI). Bulan Desember 1929, Soekarno ditangkap oleh Belanda dan dipenjara di Penjara Banceuy karena aktivitasnya di PNI. Pada tahun 1930, Soekarno dipindahkan ke penjara Sukamiskin. Dari dalam penjara inilah, Soekarno membuat pledoi yang fenomenal, Indonesia Menggugat.

         Soekarno dibebaskan pada tanggal 31 Desember 1931. Pada bulan Juli 1932, Soekarno bergabung dengan Partai Indonesia (Partindo), yang merupakan pecahan dari PNI. Soekarno kembali ditangkap oleh Belanda pada bulan Agustus 1933 dan diasingkan ke Flores. Karena jauhnya tempat pengasingan, Soekarno hampir dilupakan oleh tokoh-tokoh nasional lainnya. Namun semangat Soekarno tetap membara seperti tersirat dalam setiap suratnya kepada seorang Guru Persatuan Islam bernama Ahmad Hasan. Pada tahun 1938 hingga tahun 1942 Soekarno diasingkan ke Provinsi Bengkulu. Soekarno baru benar-benar bebas setelah masa penjajahan Jepang pada tahun 1942.

           Sekitar tahun 1943 Jepang menyadari betapa pentingnya para tokoh ini. Jepang mulai memanfaatkan tokoh pergerakan Indonesia dimana salah satunya adalah Soekarno untuk menarik perhatian penduduk Indonesia terhadap propaganda Jepang. Akhirnya tokoh-tokoh nasional ini mulai bekerjasama dengan pemerintah pendudukan Jepang untuk dapat mencapai kemerdekaan Indonesia. Soekarno sendiri mulai aktif mempersiapkan kemerdekaan Indonesia, di antaranya adalah merumuskan Pancasila, UUD 1945 dan dasar-dasar pemerintahan Indonesia termasuk merumuskan naskah proklamasi Kemerdekaan.

          Pada bulan Agustus 1945, Soekarno diundang oleh Marsekal Terauchi, pimpinan Angkatan Darat wilayah Asia Tenggara ke Dalat, Vietnam. Marsekal Terauchi menyatakan bahwa sudah saatnya Indonesia merdekan dan segala urusan proklamasi kemerdekaan Indonesia adalah tanggung jawab rakyat Indonesia sendiri. Setelah menemui Marsekal Terauchi di Dalat, Vietnam, terjadilah Peristiwa Rengasdengklok pada tanggal 16 Agustus 1945. Para tokoh pemuda dari PETA menuntut agar Soekarno dan Hatta segera memproklamasikan kemerdekaan Republik Indonesia, karena pada saat itu di Indonesia terjadi kevakuman kekuasaan.

            Pada tanggal 17 Agustus 1945, Indonesia memplokamirkan kemerdekaannya. Teks proklamasi secara langsung dibacakan oleh Soekarno yang semenjak pagi telah memenuhi halaman rumahnya di Jl Pegangsaan Timur 56, Jakarta. Pada tanggal 18 Agustus 1945, Soekarno dan Mohammad Hatta diangkat oleh PPKI menjadi Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia. Pada tanggal 29 Agustus 1945 pengangkatan Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Mohammad Hatta dikukuhkan oleh KNIP.

           Pemberontakan G30S/PKI melahirkan krisis politik hebat di Indonesia. Massa dari KAMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia) dan KAPI (Kesatuan Aksi Pelajar Indonesia) melakukan aksi demonstrasi dan menyampaikan Tri Tuntutan Rakyat (Tritura) yang salah satu isinya meminta agar PKI dibubarkan. Namun, Soekarno menolak untuk membubarkan PKI karena menilai bahwa tindakan tersebut bertentangan dengan pandangan Nasakom (Nasionalisme, Agama, Komunisme).

Sikap Soekarno yang menolak membubarkan PKI kemudian melemahkan posisinya dalam politik. Lima bulan kemudian, dikeluarkanlah Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar) yang ditandatangani oleh Soekarno dimana isinya merupakan perintah kepada Letnan Jenderal Soeharto untuk mengambil tindakan yang perlu guna menjaga keamanan pemerintahan dan keselamatan pribadi presiden. 

          Surat tersebut lalu digunakan oleh Soeharto yang telah diangkat menjadi Panglima Angkatan Darat untuk membubarkan PKI dan menyatakannya sebagai organisasi terlarang. MPRS pun mengeluarkan dua Ketetapannya, yaitu TAP No IX/1966 tentang pengukuhan Supersemar menjadi TAP MPRS dan TAP No XV/1966 yang memberikan jaminan kepada Soeharto sebagai pemegang Supersemar untuk setiap saat bisa menjadi presiden apabila presiden sebelumnya berhalangan.


           Pada 22 Juni 1966, Soekarno membacakan pidato pertanggungjawabannya mengenai sikapnya terhadap peristiwa G30S. Pidato pertanggungjawaban ini ditolak oleh MPRS hingga akhirnya pada 20 Februari 1967 Soekarno menandatangani Surat Pernyataan Penyerahan Kekuasaan di Istana Merdeka.


Pernikahan dan Anak Soekarno
          Kharisma yang dimiliki oleh Soekarno tidak perlu dipertanyakan. Soekarno pernah menikah dengan 9 orang wanita, mereka adalah Oetari (menikah 1921;berpisah 1923), Inggit Garnasih (menikah 1923), Fatmawati (menikah 1943), Hartini (menikah 1952), Ratna (menikah 1962), Haryati (menikah 1963), Yurike Sanger (menikah 1964), Kartini Manoppo, Heldy Djafar (menikah 1966). 

          Dari pernikahannya tersebut, Soekarno dikaruniahi 11 orang anak. Lima anak lahir dari penikahannya dengan Fatmawati, yaitu Guntur, Megawati, Rachmawati, Sukmawati, Guruh. Sedangkah dari pernikahannya dengan Hartini, Soekarno dikaruniahi dua orang anak yaitu Taufan dan Bayu. Pernikahannya dengan Ratna, Haryati, Kartini Manoppo masing-masing dikaruniahi 1 anak yaitu Kartika, Ayu, dan Totok.

Kematian Soekarno
          Hari Minggu, 21 Juni 1970 Presiden Soekarno meninggal dunia di RSPAD (Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat) Gatot Subroto, Jakarta. Presiden Soekarno disemayamkan di Wisma Yaso, Jakarta dan kemudian dimakamkan di Blitar, Jawa Timur berdekatan dengan makam ibundanya, Ida Ayu Nyoman Rai. Pemerintah kemudian menetapkan masa berkabung selama tujuh hari. 






























PERKEMBANGAN SISTEM PERIODIK 

  1.Pengelompokan atas Logam dan Nonlogam (LAVOISIER)

 Pada 1789, Antoine Lavoiser mengelompokan 33 unsur kimia. Pengelompokan unsur tersebut berdasarka sifat kimianya. Unsur-unsur kimia di bagi menjadi empat kelompok. Yaitu gas, tanah, logam dan non logam. Pengelompokan ini masih terlalu umum karena ternyata dalam kelompok unsur logam masih terdapat berbagai unsur yang memiliki sifat berbeda.
 Pengelompokan unsur menurut Lavoiser:
  1. Unsur gas: cahaya, kalor, oksigen, azote ( nitrogen ), dan hidrogen.
  2. Unsur logam: sulfur, fosfor, karbon, asam klorida, asam flourida, dan asam borak.
  3. Unsur logam: antimon,perak, arsenik, bismuth, kobalt, tembaga, timah, nesi, mangan, raksa, molibdenum, nikel, emas, platina, tobel, tungsten, dan seng.
  4. Unsur tanah: kapur, magnesium oksida, barium oksida, aluminium oksida, dan silikon oksida. 
Gambar: Antonie Lavoiser


 2. SISTEM PERIODIK MENURUT DOBEREINER

Setelah John Dalton mengemukakan teori atom maka terdapat perkembangan yang cukup berarti dalam pengelompokan unsur-unsur. Penelitian Dalton tentang atom menjelaskan bahwa setiap unsur mempunyai atom-atom dengan sifat tertentu yang berbeda dari atom unsur lain. Hal yang membedakan diantara unsur adalah massanya. Pada awalnya massa atom murni belum bisa ditentukan karena atom mempunyai massa yang amat kecil sehingga digunakan massa atom relatif yaitu perbandingan massa antar-atom. Berzelius pada tahun 1814 dan P. Dulong dan A. Petit pada tahun 1819 melakukan penentuan massa atom relatif berdasarkan kalor jenis unsur. Massa atom relatif termasuk sifat khas atom karena setiap unsur mempunyai massa atom relatif tertentu yang berbeda dari unsur lainnya.
Triad Dobereiner
Tabel periodik pada mulanya diciptakan tanpa mengetahui struktur dalam atom, jika unsur-unsur diurutkan berdasarkan massa atom lalu dibuat grafik yang menggambarkan hubungan antara beberapa sifat tertentu dan massa atom unsur-unsur tersebut, akan terlihat suatu perulangan atau periodisitas sifat-sifat tadi sebagai fungsi dari massa atom. Orang pertama yang mengenali keteraturan tersebut adalah ahli kimia Jerman, yaitu Johann Wolfgang Döbereiner, yang pada tahun 1829 memperhatikan adanya beberapa triade unsur-unsur yang hampir sama.
Beberapa triade
Unsur
Massa atom
Kepadatan
Klorin
35,5
0,00156 g/cm3
Bromin
79,9
0,00312 g/cm3
Iodin
126,9
0,00495 g/cm3
Kalsium
40,1
1,55 g/cm3
Stronsium
87,6
2,6 g/cm3
Barium
137
3,5 g/cm3

Johann Wolfgang Dobereiner menjelaskan hasil penelitiannya yang menemukan kenyataan bahwa massa atom relatif stronsium berdekatan dengan massa rata-rata dua unsur lain yang mirip dengan stronsium yaitu kalsium dan barium. Hasil penelitiannya juga menunjukkan bahwa beberapa unsur yang lain menunjukkan gejala yang sama. Berdasarkan hasil penelitiannya, Dobereiner selanjutnya mengelompokkan unsur-unsur dalam kelompok-kelompok tiga unsur yang lebih dikenal sebagai triad. Triad yang ditunjukkan oleh Dobereiner tidak begitu banyak sehingga tidak berpengaruh terhadap penggunaannya.



Table: Triad Dobereiner

 3. SISTEM PERIODIK OKTAF NEWLANDS 

  Temuan ini kemudian diikuti oleh ahli kimia Inggris, yaitu John Alexander Reina Newlands, yang pada tahun 1865 memperhatikan bahwa unsur-unsur yang bersifat mirip ini berulang dalam interval delapan, yang ia persamakan dengan oktaf musik, meskipun hukum oktaf-nya diejek oleh rekan sejawatnya. Akhirnya, pada tahun 1869, ahli kimia Jerman Lothar Meyer dan ahli kimia Rusia Dmitry Ivanovich Mendeleyev hampir secara bersamaan mengembangkan tabel periodik pertama, mengurutkan unsur-unsur berdasarkan massanya. Hukum oktaf ditemukan oleh A. R. Newlands pada tahun 1864. Newlands mengelompok-kan unsur berdasarkan kenaikan massa atom relatif unsur. Kemiripan sifat ditunjukkan oleh unsur yang berseliih satu oktaf yakni unsur ke-1 dan unsur ke-8 serta unsur ke-2 dan unsur ke-9.
Daftar unsur yang berhasil dikelompokkan berdasarkan hukum oktaf oleh Newlands ditunjukkan pada tabel berikut.

Tabel: Oktaf Newlands 
Hukum oktaf Newlands ternyata hanya berlaku untuk unsur-unsur dengan massa atom relatif sampai 20 (kalsium). Kemiripan sifat terlalu dipaksakan apabila pengelompokan dilanjutkan. Gambar.3 John Alexander Reina Newlands

 4. Sistem Periodik Mendeleev
Dmitri Ivanovich Mendeleev pada tahun 1869 melakukan pengamatan terhadap 63 unsur yang sudah dikenal dan mendapatkan hasil bahwa sifat unsur merupakan fungsi periodik dari massa atom relatifnya. Sifat tertentu akan berulang secara periodik apabila unsurunsur disusun berdasarkan kenaikan massa atom relatifnya. Mendeleev selanjutnya menempatkan unsur-unsur dengan kemiripan sifat pada satu lajur vertikal yang disebut golongan. Unsur-unsur juga disusun berdasarkan kenaikan massa atom relatifnya dan ditempatkan dalam satu lajur yang disebut periode.
Gambar: Dmitri Ivanovich Mendeleev

Sistem periodik yang disusun Mendeleev dapat dilihat pada tabel berikut:

Sistem Periodik Mendeleev Mendeleev meletakkan beberapa unsur menyimpang dari aturan urutan massa agar unsur-unsur tersebut cocok dengan sifat-sifat tetangganya dalam tabel, membetulkan kesalahan beberapa nilai massa atom, dan meramalkan keberadaan dan sifat-sifat beberapa unsur baru dalam sel-sel kosong di tabelnya. Keputusan Mendeleev itu belakangan terbukti benar dengan ditemukannya struktur elektronik unsur-unsur pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20. Mendeleev sengaja mengosong-kan beberapa tempat untuk menetapkan kemiripan sifat dalam golongan. Beberapa kotak juga sengaja dikosongkan karena Mendeleev yakin masih ada unsur yang belum dikenal karena belum ditemukan. Salah satu unsur baru yang sesuai dengan ramalan Mendeleev adalah germanium yang sebelumnya diberi nama ekasilikon oleh Mendeleev.

  5. SISTEM PERIODIK MODERN(Sistem Periodik Moseley)

Perkembangan terbaru mengenai atom menjelaskan bahwa atom dapat terbagi menjadi partikel dasar atau partikel subatom. Atom selanjutnya diketahui tersusun oleh proton, elektron dan netron. Jumlah proton merupakan sifat khas unsur. Setiap unsur mempunyai jumlah proton tertentu yang berbeda dari unsur lain. Jumlah proton suatu unsur dinyatakan sebagai nomor atom. Henry G. Moseley yang merupakan penemu cara menentukan nomor atom pada tahun 1914 kembali menemukan bahwa sifat-sifat unsur merupakan fungsi periodik nomor atomnya. Pengelompokan yang disusun oleh Mendeleev merupakan susunan yang berdasarkan kenaikan nomor atomnya. Penyusunan telurium dan iodin yang tidak sesuai dengan kenaikan massa atom relatifnya ternyata sesuai dengan kenaikan nomor atomnya.


Henry G. Moseley
Sistem Periodik Modern

* Periode dan Golongan Sistem periodik modern tersusun berdasarkan kenaikan nomor atom dan kemiripan sifat.
Lajur horisontal yang disebut periode 7 golongan yang didalamnya termasuk unsur tansisi dalam dan transisi luar,
PERODE
JUMLAH UNSUR
NO.ATOM DARI
1
2
1 - 2
2
8
2 - 10
3
8
11 - 18
4
18
19 - 36
5
18
37 - 54
6
32
55 - 86
7
32
87 - 118 (ada unsur yang belum ditemukan)
  dan tersusun berdasarkan kenaikan nomor atom sedangkan lajur vertikal yang disebut golongan tersusun berdasarkan kemiripan sifat. Unsur golongan A disebut golongan utama sedangkan golongan B disebut golongan transisi. Golongan dapat diberi tanda nomor 1 sampai 18 berurutan dari kiri ke kanan. Berdasarkan penomoran ini, golongan transisi mempunyai nomor 3 sampai 12. Nomor golongan dirulis dengan Angka Romawi. Golongan-golongan B terletak antara golongan IIA dan IIIA. Golongan VIIIB terdiri atas 3 kolom vertikal. Sistem periodik modern tersusun atas 7 periode dan 18 golongan yang terbagi menjadi 8 golongan utama atau golongan A dan 8 golongan transisi atau golongan B.

PROGRAM BIMBINGAN DI SEKOLAH DAN PERANAN GURU DALAM PELAKSANAANNYA

A.    Program Bimbingan di Sekolah
Kegiatan bimbingan dan konseling dapat mencapai hasil yang efektif bilamanana di mulai dari adanya program yang disusun dengan baik. Program bimbingan berisi rencana kegiatan yang akan di lakukan dalam rangka pemberian layanan bimbigan dan konseling. Winkel (1991) menjelaskan bahwa program bimbingan merupakan suatu rangkaian kegiatan terencana, terorganisasi dan terkoordinasi selama periode waktu tertentu.
1.      Pengertian Program Bimbingan
Menurut pendapat Hotch dan Costor yang dikutip oleh Gipson dan Mitchell (1981) program bimbingn dan konseling adalah suatu program yang memberikan layanan khusus yang dimaksudkan untuk membantu individu dalam mengadakan penyesuaian diri. Program bimbingan ini menyangkut dua factor yaitu (1) Factor pelaksana atau orang yang akan memberikan bimbingan dan (2) factor-faktor yang berkaitan dengan perlengkapan, metode, bentuk layanan siswa-siswa dan sebagainya yang mempunyai kaitan dengan kegiatan bimbingan (Abu Ahmadi, 1977).
Program bimbingan memberikan arah yang jelas dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan efisien dan efektif.
Rochman Natawidjaja dan Moh. Surya (1985) menyatakan bahwa program bimbingan yang disusun dengan baik dan rinci akan memberikan banyak keuntungan, seperti:
a)      Memungkinkan para petugas menghemat waktu, usaha, biaya dengan menghindari kesalahan-kesalahan dan usaha coba-coba yang tidak menguntungkan;
b)      Memungkinkan siswa untuk mendapat layanan bimbingan secara seimbang dan menyeluruh, baik dalam hal kesepakatan, ataupun dalam jenis layanan bimbingan yang diperlukan;
c)      Memungkinkan setiap petugas mengetahui dan memahami peranannya masing-masing dan mengetahui bagaimana dan dimana mereka harus melakukan upaya secara tepat;
d)     Memungkinkan para petugas untuk menghayati pengalaman yang sangat berguna untuk kemajuannya sendiri dan untuk kepentingan para siswa yang dibimbingnya.
Pendapat di atas, menekankan perlunya rumusan program bimbingan yang jelas dan sistematik. Keberhasilan dalam merumuskan program yang demikian, merupakan titik awal keberhasilan pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah.
2.      Langkah-langkah Penyusunan Program Bimbingan
Dalam penyusunan program bimbingan perlu ditempuh langkah-langkah seperti dikemukakan oleh Miller yang dikutip oleh Rochman Natawidjaja dan Moh. Surya (1985) seperti berikut:
a)      Tahap persiapan. Langkah ini dilakukan melalui survai untuk menginventarisasi tujuan, kebutuhan dan kemampuan sekolah, serta kesiapan sekolah yang bersangkutan untuk melaksanakan program bimbingan. Kegiatan ini dimaksudkan untuk menentukan langkah awal pelaksanaan program.
b)      Pertemuan-pertemuan permulaan dengan para konselor yang telah ditunjuk oleh pimpinan sekolah. Tujuan pertemuan ini untuk menyamakan pemikiran tentang perlunya program bimbingan, serta merumuskan arah program yang di susun.
c)      Pembentukan panitia sementara untuk merumuskan program bimbingan yang akan di susun, mempersiapkan bagan organisasi dari program tersebut dan membuat kerangka dasar dari program bimbingan yang akan disusun.
d)     Pembentukan panitia penyelenggara program. Panitia ini bertugas mempersiapkan program tes, mempersiapkan dan melaksanakan system pencatatan dan melatih para pelaksana program bimbingan untuk melaksanakan kegiatan tersebut.
Di samping rumusan tentang langkah-langkah penyusunan program bimbingan sebagaimana di kemukakan itu, berikut ini dapat pula di sajikan langkah-langkah penyusunan program bimbingan yang urutannya cukup sederhana, yaitu:
a)      Mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan sekolah terutama yang ada kaitannya dengan kegiatan bimbingan. Pada kegiatan ini dapat dilakukan pertemuan-pertemuan dengan personel sekolah lainnya guna mendapatkan masukan (input) mengenai berbagai hal yang perlu ditangani leh konselor.
b)      Setelah data terkumpul perlu dilakukan penentuan urutan prioritas egiatan yang akan dilakukan, dan sekaligus menyusun konsep program bimbingan yang akan dilakukan dalam kurun waktu tertentu. Dalam kegiatan ini juga ditentukan personalia yang akan melaksanankan program kegiatan itu serta sasaran dari program tersebut.
c)      Konsep program bimbingan dibahas bersama kepala sekolah bila perlu dengan mengundang personel sekolah untuk memperoleh balikan guna penyempurnaan program tersebut.
d)     Penyempurnaan konsep program yang telah dibahas bersama kepala sekolah.
e)      Pelaksanaan program yang telah di rencanakan.
f)       Setelah program dilaksanankan, perlu di adakan evaluasi. Hal ini di maksudkan untuk mengetahui bilamana ada bagian-bagian yang tidak terlaksna dan seterusnya dicari factor penyebabnya.
g)      Dari hasil evaluasi program tersebut kemudian dilakukan penyempurnaan (revisi) untuk program berikutnya.
Demikianlah seterusnya sehingga terwujudlah program bimbingan yang lebih sempurna. Terciptanya program bimbingan yang baik telah merupakan sebagian dari keberhasilan pelaksanaan bimbingan dan konseling itu sendiri.
3.      Variasi Program Bimbingan menurut Jenjang Pendidikan
Layanan  bimbingan dan konseling di sekolah seharusnya dilaksanakan secara terus-menerus, mulai dari jenjang pendidikan terendah (Taman Kanak-kanak) sampai jenjang pendidikan tertinggi (Perguruan Tinggi). Secara ideal kegiatan tersebut seharusnya berkesinambungan. Meskipun demikian layanan bimbingan tersebut mempunyai  penekanan-penekanan yang berbeda-beda untuk setiap jenjang pendidikan. Hal ini mengingat kebutuhan dan perkembangan anak untuk setiap jenjang pendidikan juga berbeda. Winkel (1991) memberikan rambu-rambu yang perlu diperhatikan dalam menyusun program bimbingan di tingkat pendidikan tertentu, yaitu:
a)      Menyusun tujuan jenjang pendidikan tertentu, seperti  yang telah dirumuskan. Tujuan pendidikan di Sekolah Dasar, jelas berbeda dengan tujuan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama dan seterusnya.
b)      Menyusun tugas-tugas perkembangan dan kebutuhan-kebutuhan peserta didik pada tahap perkembangan tertentu.
c)      Menyusun pola dasar yang dipedomani dalam memberikan layanan.
d)     Menentukan komponen-komponen bimbingan yang diprioritaskan.
e)      Menentukan bentuk bimbingan yang sebaiknya diutamakan, seperti bimbingan kelompok atau bimbingan individual, bimbingan pribadi, bimbingan akademik atau bimbingan karir, dan sebagainya.
f)       Menentukan tenaga-tenaga bimbingan yang dapat dimanfaatkan, misalnya konselor, guru atau tenaga ahli lainnya.
Berdasarkan rambu-rambu tersebut, program bimbingan untuk masing-masing jenjang pendidikan dapat dirumuskan dengan tepat sesuai dengan karakteristiknya. Selain itu, program bimbingan hendaknya disesuaikan dengan keadaan individu yang akan dilayani.
a.       Pendidikan Taman Kanak-kanak
Menurut Winkel (1991) tenaga –tenaga pendidik di Taman Kanak-kanak juga dituntut untuk memberikan layanan bimbingan. Hal ini dikuatkan dalam Pedoman Bimbingan dan Penyuluhan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan tahun 1880 Buku III C, dalam rangka pelaksanaan kurikulum Taman Kanak-kanak 1976.
Layanan Bimbingan dan Konseling di Taman Kanak-Kanak, hendaknya ditekankan pada:
a)      Bimbingan yang berkaitan dengan kemandirian dan keharmonisan dalam menjalin hubungan sosial dengan teman-teman sebayanya.
b)      Bimbingan pribadi, seperti pemupukan disiplin diri dan memahami perintah.

b.      Program Bimbingan di Sekolah Dasar
Program kegiatan bimbingan dan konseling untuk siswa-siswa Sekolah Dasar lebih menekankan pada usaha pencapaian tugas-tugas perkembangan mereka antara lain mengatur kegiatan-kegiatan bellajarnya dengan bertanggungjawab; dapat berbuat dengan cara-cara yang dapat diterima oleh orang dewasa serta teman-teman sebayanya, mengembangkan kemampuan membaca, menulis dan berhitung; mengembangkan kesadaran moral berdasarkan nilai-nilai kehidupan dengan membentuk kata hati (Winkel, 1991).
Berkenaan dengan penyusunan program bimbingan di sekolah dasar, Gibson dan Mitchell (1981) mengemukakan beberapa factor yang harus dipertimbangkan, seperti:
a)      Kegiatan bimbingan di SD hendaknya lebih menekankan pada aktivitas-aktivitas belajar.
b)      Di SD masih menggunakan system guru sehingga seandainya ada anak yang tidak disenangi oleh guru, maka akan lebih fatal akibatnya.
c)      Adanya kecenderungan seorang anak bergantung kepada teman sebayanya.
d)     Minat orang tua dominan mempengaruhi nilai kehidupan anak.
e)      Masalah-masalah yang timbul di tingkat SD, tidak terlalu kompleks.

c.       Program Bimbingan di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama
Dalam hal ini  Winkel (1991) mengemukakan mengemukakan tugas-tugas perkembangan untuk siswa/anak  pada tingkat SLTP antara lain: menerima peranannya sebagai pria atau wanita, memperjuangkan taraf kebebasan yang wajar dari orang tua dan orang-orang dewasa lainnya, menambah bekal pengetahuan dan pemahaman untuk pendidikan lanjutan serta mengembangkan kata hati sesuai dengan nilai-nilai kehidupan.
Hambatan dari pencapaian tugas-tugas perkembangan tersebut antara lain: kurang kepercayaan diri, kurangnya kepekaan perasaan, sering timbulnya kegelisahan, dan kurangnya semangat kerja keras. Dengan adanya kenyataan yang dialami oleh anak-anak tersebut, program bimbingan hendaknya di arahkan atau ditekankan pada penanggulangan masalah itu sehingga mereka dapat mencapai tugas-tugas perkembangannya dengan baik.
Secara garis besarnya program bimbingan dan konseling di SLTP hendaknya berorientasi kepada:
a)      Bimbingan belajar, karena cara belajar di SLTP berbeda dengan di SD.
b)      Bimbingan tentang huungan muda-mudi, karena pada usia ini mereka mulai mengenal hubungan cinta kasih (Gibson dan Mitchell, 1981).
c)      Pada usia ini mereka mulai membentuk kelompok sebaya (peer group), maka program bimbingan hendaknya juga menangani masalah-masalah yang berkaitan dengan hubungan sosial.
d)     Bimbingan yang berorientasi pada tugas-tugas perkembangan anak usia 12-15 tahun.
e)      Bimbingan karir baik yang menyangkut pemahaman tentang dunia pendidikan ataupun pekerjaan.

d.      Program Bimbingan di Sekolah Lanjutan Tingkat Atas
Cole (1959) mengemukakan beberapa tugas-tugas pada usia remaja (siswa SLTA) yaitu bertujuan untuk mencapai: (1) kematangan emosional, (2) kemantapan minat terhadap lawan jenis, (3) kematangan sosial, (4) kebebasan diri dari control orang tua, (5) kematangan intelektual, (6) kematangan dalam pemilihan pekerjaan, (7) efisiensi penggunaan waktu luang, (8) kematangan dalam memahami filsafah hidup, dan (9) kematangan dalam kemampuan mengidentifikasi diri.
Dengan demikian program bimbingan dan konseling di SMTA hendaknya dapat mengatasi permasalahan-permasalahan yang dihadapi siswa, sehingga mereka dapat mencapai tugas-tugas perkembangan tersebut. Oleh sebab itu, program bimbingan di SLTA hendaknya berorientasi kepada :
a)      Hubungan muda-mudi/hubungan sosial.
b)      Pemberian informasi pendidikan dan jabatan.
c)      Bimbingan cara belajar.

e.       Program Bimbingan di Perguruan Tinggi
Tugas-tugas perkembangan pada usia dewasa menntut seseorang untuk lebih mandiri, dan berdisipin diri (self dcipline). Mereka dituntut untuk mampu mengembangkan sikap membina ilmu demi kemajuan bangsanya (Winkel, 1991).
Di samping itu mahasiswa juga dituntut untuk menyesuaikan diri dengan pola kehidupan kampus dan di luar kampus. Pola kehidupan kampus lebih menekankan kepada aspek akademik, seperti cara belajar mandiri, cara mengatur waktu, menimbulkan motivasi belajar, memilih program studi dan menjalin hubungan sosial. Masalah-masalah di luar kampus yang mungkin timbul adalah masalah biaya pendidikan, fasilitas belajar, tempat tinggal, makanan yang bergizi, dan sebagainya (Winkel, 1991).
Efektivitas dan efisiensi program bimbingan dapat terwujud bila di arahkan kepada masalah-masalah sebagaimana di gambarkan di atas. Oleh sebab itu, program bimbingan di Perguruan Tinggi hendaknya berorientasi kepada :
1)      Bimbingan belajar di perguruan tinggi atau bimbingan yang bersifat akademik.
2)      Hubungan sosial dan hubungan muda-mudi.

4.      Tenaga Bimbingan di Sekolah Beserta Fungsi dan Perananya
Layanan bimbingan dan konseling merupakan bagian yang integral dari keseluruhan proses pendidian sekolah. Oleh karena itu pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah menjadi tanggung jawab bersama antara personel sekolah, yaitu : Kepala Sekolah, guru-guru, wali kelas dan petugas lainnya (Rochman Natawidjaja dan Moh Surya, 1985). Pekerjaan konselor merupakan salah satu dari pekerjaan professional di sekolah (Gibson and Mitchell, 1981).
Koestoer, P. (1982) mengemukakan sejumlah personalia/konselor di sekolah terdiri dari:
a)      Konselor sekolah
b)      Guru konselor/guru pembimbing
c)      Tenaga khusus/psikolog sekolah, pekerja sosial sekolah, dokter, dan juru rawat.
Dalam kurikulum SMA 1975 Buku III C tentang Pedoman Bimbingan dan Penyuluhan dikemukakan bahwa konselor di sekolah terdiri dari (a) Kepala Sekolah, (b) Penyuluh Pendidikan (konselor sekolah), (c) Guru penyuluh atau wali kelas, (d) Guru, dan (e) Petugas Administrasi. Dalam kurukulum tersebut dijelaskan rincian tugas masing-masing personel sebagai berikut:
a.       Kepala Sekolah
Dalam pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah, Kepala Sekolah mempunyai tugas sebagai berikut:
1)      Membuat rencana/program sekolah secara menyeluruh.
2)      Mendelegasikan tanggung jawab tertentu dalam pelaksanan bimbingan dan penyuluhan.
3)      Mengawasi pelaksanaan program.
4)      Melengkapi dan menyediakan kebutuhan dan fasilitas bimbingan dan penyuluhan.
5)      Mempertanggungjawabkan program tersebut baik ke dalam (sekolah) maupun ke luar (masyarakat).
6)      Mengadakan hubungan dengan lembaga-lembaga di luar sekolah dalam rangka kerjasama melaksanakan bimbingan.
7)      Mengkoordinasikan kegiatan bimbingan dengan kegiatan-kegiatan lainnya.

b.      Penyuluh Pendidikan (Konselor Sekolah)
Dalam pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah konselor sekolah sangat berperan. Adapun peranan dan tugas konselor sekolah dalam kegiatan bimbingan dan konseling adalah :
1)      Menyusun program bimbingan dan konseling bersama Kepala Sekolah.
2)      Memberikan garis-garis kebijaksanaan umum mengenai kegiatan bimbingan dan konseling.
3)      Bertanggung jawab terhadap jalannya program.
4)      Mengkoordinasikan program kegiatan pelaksanaan program sehari-hari.
5)      Memberikan laporan kegiatan kepada Kepala Sekolah.
6)      Membantu siswa untuk memahami dan mengadakan penyesuaian pada diri sendiri, lingkungan sekolah dan lingkungan sosial yang makin lama makin berkembang.
7)      Menerima dan mengklasifikasikan informasi pendidikan dan informasi lainnya yang diperoleh dan menyimpannya sehingga menjadi catatan kumulatif siswa.
8)      Menganalisis dan menafsirkan data siswa untuk menetapkan suatu rencana tindakan positif terhadap siswa.
9)      Menyelenggarakan pertemuan staf.
10)  Melaksanakan bimbingan kelompok dan konseling individual.
11)  Memberikan informasi pendidikan dan jabatan kepada siswa-siswa dan menafsirkannya untuk keperluan pendidikan dan jabatan.
12)  Mengadakan konsultasi dengan instansi-instansi yang berhubungan dengan program bimbingan dan konseling dan memimpin usaha survai dalam masyarakat sekitar sekolah untuk mengetahui lapangan-lapangan kerja yang terbuka.
13)  Bersama guru membantu siswa memilih pengalaman atau kegiatan-kegiatanko-kurikuler yang sesuai dengan minat, sifat, bakat dan kebutuhannya.
14)  Membantu guru menyusun pengalaman belajar dan membuat penyesuaian metode mengajar yang sesuai dengan dan dapat memenuhi sifat masalah masing-masing siswa.
15)  Mengadakan penelaahan lanjutan terhadap siswa-siswa tamatan sekolahnya dan terhadap siswa putus sekolah serta melakukan usaha penilaian lain yang berhubungan dengan program bimbingan secara tetap.
16)  Mengadakan konsultasi dengan orang tua siswa dan mengadakan kunjungan rumah (home visit).
17)  Menyelenggarakan pembicaraan kasus (case conference).
18)  Mengadakan wawancara program latihan bagi para petugas bimbingan.
19)  Menyelenggarakan program latihan bagi para petugas bimbingan.
20)  Melakukan alihtangan (referal) masalah siswa kepada lembaga atau alih llain yang lebih berwenang.

c.       Guru Penyuluh/Wali Kelas
Wali kelas merupakan personel sekolah yang ditugasi untuk menangani masalah-masalah yang dialami oleh siswa yang menjadi binaanya. Berkenaan dengan kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah peran dan tanggung jawab wali kelas adalah :
1)      Mengumpul data tentang siswa.
2)      Menyelenggarakan bimbingan kelompok.
3)      Meneliti kemajuan dan perkembangan siswa (akademik, sosial, fisik, pribadi)
4)      Mengawasi kegiatan siswa sehari-hari.
5)      Mengobservasi kegiatan siswa di rumah.
6)      Mengadakan kegiatan orientasi.
7)      Memberikan penerangan.
8)      Mengatur dan menempatkan siswa.
9)      Memantau hubungan sosial siswa dengan individu lainnya dari berbagai segi, seperti frekuensi pergaulan, intensitas pergaulan dan popularitas pergaulannya.
10)  Bekerjasama dengan konselor dalam membuat sosiometri dan sosiogram.
11)  Bekerjasama dengan konselor dalam mengadakan pemeriksaan kesehatan psikologis oleh tim ahli.
12)  Mengidentifikasikan siswa yang memerlukan bantuan.
13)  Ikut serta atau menyelenggarakan sendiri pertemuan kasus (case conference).


d.      Guru/Pengajar
Adapun tugas dan tanggung jawab guru dalam kegiatan ini adalah:
1)      Turut serta aktif dalam membantu melaksanakan kegiatan program bimbingan dan konseling.
2)      Memberikan informasi tentang siswa kepada staf Bimbingan dan Konseling.
3)      Memberikan layanan instruksional (pengajaran).
4)      Berpartisipasi dalam pertemuan kasus.
5)      Memberikan informasi kepada siswa.
6)      Meneliti kesulitan dan kemajuan siswa.
7)      Menilai hasil kemajuan belajar siswa.
8)      Mengadakan hubungan dengan orang tua siswa.
9)      Bekerjasama dengan konselor dalam pengumpulan data siswa dalam usaha mengidentifikasikan masalah yang dihadapi siswa.
10)  Membantu memecahkan masalah siswa.
11)  Mengirimkan (referral) masalah siswa yang tidak dapat diselesaikannya kepada konselor.
12)  Mengidentifikasikan, menyalurkan dan membina bakat.

e.       Petugas Administrasi
Mengenai tugas dan tanggung jawab petugas administrasi dalam kegiatan bimbingan dan konseling adalah:
1)      Mengisi kartu pribadi siswa.
2)      Menyimpan catatan-catatan (record) dan data lainnya.
3)      Menyelesaikan laporan dan pengumpulan data tentang siswa.
4)      Mengirim dan menerima surat panggilan dan surat pemberitahuan.
5)      Menyiapkan alat-alat atau formulir-formulir pengumpulan data siswa, seperti angket, observasi wawancara, riwayat hidup, sosiometri dan sosiogram, kunjungan rumah, panggilan orang tua, pemeriksaan dan pemeriksaan psikologis,

5.      Struktur Organisasi Bimbingan dan Konseling di Sekolah
Pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah merupakan tanggungjawab Kepala Sekolah. Program bimbingan di sekolah merupakan bagian yang terintergasi dengan seluruh kegiatan pendidikan. Dalam kurikulum SMA tahun 1975 buku III C dinyatakan bahwa  Kepala Sekolah berperan langsung sebagai coordinator bimbingan dan berwenang untuk menentukan garis kebijaksanaan bimbgan, sedangkan konselor merupakan pembantu Kepala Sekolah yang bertanggung jawab kepada Kepala Sekolah.

6.      Mekanisme Implementasi Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah
Untuk melaksanakan program bimbingan dan konseling di sekolah, konselor beserta personel lainnya perlu memperhatikan komponen kegiatan sebagai berikut:
a.       Komponen Pemrosesan Data
Kegiatan layanan bimbingan dan konseling meliputi beberapa aspek, yaitu: (1) pengumpulan data, (2) pengklasifikasian, (3) pendokumentasian, (4) penyimpanan, (5) penyediaan data yang diperlukan, dan (6) penafsiran. Data yang perludiproses adalah data tentang keadaan siswa di sekolah yang meliputi: (a) kemampuan skolastik (bakat khusus, hasil blajar, kepribadian, intelegensi, riwayat pendidikan); (b) cita-cita; (c) hubungan sosial; (d) minat terhadap mata pelajaran; (e) kebiasaan belajar; (f) kesehatan fisik; (g) pekerjaan orang tua; dan (h) keadaan keluarga.
b.      Komponen Kegiatan Pemberian Informasi
Komponen ini terdiri dari: (1) pemberian orientasi kehidupan sekolah kepada siswa baru; (2) pemberian informasi tentang program studi kepada siswa yang dipandang memerlukannya; (3) pemberian informasi jabatan kepada siswa yang diperkirakan tidak dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi dan (4) pemberian informasi pendidikan lanjutan.
c.       Komponen Kegiatan Konseling
Konseling dilakukan terhadap siswa yang mengalami masalah yang sifatnya lebih pribadi. Jika ada masalah yang tidak dapat diatasi oleh petugas yang bersangkutan, perlu dialihtangankan kepada pihak lain yang lebih ahli.
d.      Komponen Pelaksana
Pelaksana jenis kegiatan tersebut adalah konselor sekolah, konselor bersama guru bidang studi dan juga kepala sekolah sesuai dengan fungsi dan peranannya masing-masing.
e.       Komponen Metode/Alat
Alat yang dipakai untuk melaksanakan kegiatan yang telah direncanakan itu dapat berupa: tes psikologis; tes hasil belajar; dokumen; angket; kartu pribadi; brosur/poster; konseling dan sebagainya. Ini sesuai dengan jenis data atau kegiatan yang akan di kumpulkan/dilakukan.
f.       Komponen Waktu Kegiatan
Jadwal kegiatan layanan dapat dilakukan pada awal tahun ajaran, secara periodic, bilamana perlu (incidental), akhir masa sekolah, awal semester atau waktu lain tergantung dari jenis/macam kegiatan yang akan dilakukan sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
g.      Komponen Sumber Data
Data yang diperlukan dapat diperoleh dari siswa yang bersangkutan; guru; orang tua; teman-teman siswa; masyakat ataupun instnsi. Hal ini tergantung atas jenis data yang diperlukan.
Semua kegiatan ini dikoordinasi oleh konselor dan dipertanggungjawabkan kepada Kepala Sekolah.

B.     Peranan Guru dalam Pelaksanaan Bimbingan di Sekolah
Peranan guru dalam pelaksanaan bimbingan di skolah dapat dibedakan menjadi dua:
1.      Tugas Guru dalam Layanan Bimbingan di Kelas
Rochman Natawidjaja dan Moh. Surya (1985) menyatakan bahwa fungsi bimbingan dalam proses belajar-mengajar itu merupakan salah satu kompetensi guru yang terpadu dalam keseluruhan pribadinya.
Perilaku guru dapat mempengaruhi keberhasilan belajar, misalnya guru yang bersifat otoriter akan menimbulkan suasana tegang, hubungan guru siswa menjadi kaku, keterbukaan siswa untuk mengemukakan kesulitan-kesulitan sehubungan dengan pelajaran itu menjadi terbatas, dan sebagainya. Oleh karena itu guru harus dapat menerapkan fungsi bimbingan dalam kegiatan belajar-mengajar. Sehubungan dengan itu Rochman Natawidjaja dan Moh. Surya (1985) mengemukakan beberapa hal yang harus diperhatikan guru dalam proses belajar-mengajar sesuai dengan fungsinya sebagai guru dan pembimbing, yaitu:

a)      Perlakuan terhadap siswa didasarkan atas keyakinan bahwa sebagai individu, siswa memiliki potensi untuk berkembang dan maju serta mampu mengarahkan dirinya sendiri untuk mandiri.
b)      Sikap yang positif dan wajar terhadap siswa.
c)      Perlakuan terhadap siswa secara hangat, ramah, rendah hati, menyenangkan.
d)     Pemahaman siswa secara empatik.
e)      Penghargaan terhadap martabat siswa sebagai individu
f)       Penampilan diri secara asli (genuine) tidak berpura-pura, di depan siswa.
g)      Kekonkretan dalam menyatakan diri.
h)      Penerimaan siswa secara apa adanya.
i)        Perlakuan terhadap siswa secara permissive.
j)        Kepekaan terhadap perasaan yang dinyatakan oleh siswa dan membantu siswa untuk menyadari perasaannya itu.
k)      Kesadaran bahwa tujuan mengajar bukan terbatas pada penguasaan siswa terhadap bahan pengajaran saja, melainkan menyangkut pengembangan siswa menjadi individu yang lebih dewasa.
Abu Ahmadi ( 1977) mengemukakan peran guru sebagai pembimbing dalam melaksanakan proses belajar-mengajar, sebagai berikut:
a)      Menyediakan kondisi-kondisi  yang memungkinkan setiap siswa merasa aman, dan berkeyakinan bahwa kecakapan dan prestasi yang dicapainya mendapat penghargaan dan perhatian. Suasana demikian dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, dan dapat menumbuhkan rasa percaya diri siswa.
b)      Mengusahakan agar siswa-siswa dapat memahami dirinya, kecakapan-kecakapan, sikap, minat dan  pembawaannya.
c)      Mengembangkan sikap-sikap dasar bagi tingkah laku sosial yang baik. Tingkah laku siswa yang tidak matang dalam perkembangan sosialnya ini dapat merugikan dirinya sendiri maupun teman-temannya.
d)     Menyediakan kondisi dan kesempatan bagi setiap siswa untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Guru dapat memberkan fasilitas waktu, alat atau tempat bagi para siswa untuk mengembangkan kemampuannya.
e)      Membantu memilih jabatan yang cocok, sesuai dengan bakat, kemampuan dan minatnya. Berhubung guru relative lama bergaul dengan para siswa, maka kesempatan tersebut dapat dimanfaatkannya untuk memahami potensi siswa. Guru dapat menunjukkan arah minat yang cocok dengan bakat dan kemampuannya. Melalui penyajian materi pelajaran usaha bimbingan tersebut dapat dilaksanakan.
Di samping tugas-tugas tersebut di atas, guru juga dapat melakukan tugas-tugas bimbingan dalam proses pembelajaran seperti berikut:
a)      Melaksanakan kegiatan diagnostic kesulitan belajar.dalam hal ini guru mencari atau mengidentifikasi sumber-sumber kesulitan belajar yang dialami oleh siswa, dengan cara:
1)      Menandai siswa yang diperkirakan mengalami masalah, dengan jalan melihat prestasi belajarnya yang paling rendah atau berada di bawah nilai rata-rata kelasnya.
2)      Mengidentifikasikan mata pelajaran di mana siswa mendapat nilai rendah (di bawah rata-rata kelas).
3)      Menelusuri bidang/bagian di mana siswa mengalami kesulitan yang menyebabkan nilainya rendah. Dengan demikian dapat ditemukan salah satu sumber penyebab timbulnya kesulitan belajar.
4)      Melaksanakan tindak lanjut, apakah perlu pelajaran tambahan, dengan bimbingan dari guru secara khusus, atau tindakan-tindakan lainnya.
b)      Guru dapat memberikan bantuan sesuai dengan kemampuan dan kewenangannya kepada murid dalam memecahkan masalah pribadi. Masala-masalah yang belum terpecahkan dan berada di luar batas kewenangan guru dapat dialihtangankan (referal) kepada konselor yang ada di sekolah itu atau kepada ahli lain yang dipandangnya tepat untuk menangani masalah tersebut.

2.      Tugas Guru dalam Operasional Bimbingan di Luar Kelas
Tugas guru dalam layanan bimbingan tidak terbatas dala kegiatan proses belajar-mengajar atau dalam kelas saja, tetapi juga kegiatan-kegiatan bimbingan di luar lelas. Tugas-tugas bimbingan itu antara lain:
a)      Memberikan pengajaran perbaikan (remedial teaching)
b)      Memberikan pengayaan dan pengembangan bakat siswa.
c)      Melakukan kunjungan rumah (home visit).
d)     Menyelenggarakan kelompok belajar, yang bermanfaat untuk:
1)      Membiasakan anak untuk bergaul dengan teman-temannya, bagaimana mengemukakan pendapatnya dan menerima pendapat dari teman lain.
2)      Merealisasikan tujuan pendidikan dan pengajaran melalui belajar secara bersama”.
3)      Mengatasi kesulitan-kesulitan, terutama dalam hal pelajaran secara bersama-sama.
4)      Belajar hidup bersama agar nantinya tidak canggung di dalam masyarakat yang lebih luas.
5)      Memupuk rasa kegotongroyongan.

C.     Kerjasama Guru dengan Konselor dalam Layanan Bimbingan
Dalam kegiatan belajar-mengajar sangat diperlukan adanya kerjasama antara guru dengan konselor demi tercapainya tujuan yang di harapkan. Dalam hal ini Rochman Natawidjaja dan Moh. Surya (1985) mengutip pendapat Miller yang mengatakan bahwa:
a)      Proses belajar menjadi sangat efektif, apabila bahan yang dipelajari dikaitkan langsung dengan tujuan-tujuan pribadi siswa.
b)      Guru yang memahami siswa dan masalah-masalah yang dihadapinya, lebih peka terhadap hal-hal yang dapat memperlancar dan mengganggu kelancaran kegiatan kelas.
c)      Guru dapat memperhatikan perkembangan masalah atau kesulitan siswa secara lebih nyata.
Berdasarkan pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa layanan bimbingan disekolah akan lebih efektif bila guru dapat bekerja sama dengan konselor sekolah dalam proses pembelajaran.  Adanya keterbatasan-keterbatasan dari kedua belah pihak (guru dan konselor) menuntut adanya kerjasama tersebut.
Konselor mempunyai keterbatasan dalam hal yang berkaitan dengan (1) kurangnya waktu untuk bertatap muka dengan siswa, hal ini karena tenaga konselor masih sangat terbatas, sehingga pelayanan siswa dalam jumlah yang cukup banyak tidak bias dilakukan secara intensif; (2) keterbatasan konselor sehingga tidak mungkin dapat memberlikan pengajaran perbaikan untuk bidang studi tertentu, dan sebagainya.
Di lain pihak guru juga mempunyai beberapa keterbatasan. Menurut Lestoer Partowisastro (1982) keterbatasan-keterbatasan guru tersebut antara lain:
a)      Guru tidak mungkin lagi menangani masalh-masalah siswa yang bermacam-macam, karena guru tidak terlatih untuk melaksanakan semua tugas itu.
b)      Guru sendiri sudah berat tugas mengajarnya, sehingga tidak mungkin lagi ditambah tugas yang lebih banyak untuk memecahkan berbagai macam masalah siswa.
Di dalam menangani kasus tertentu konselor perlu menghadirkan guru atau pihak-pihak terkait guna membicarakan pemecahan masalah yang dihadapi siswa.
Kegiatan semacam ini disebut dengan konferensi kasus (case conference). Bila guru menemui masalah yang sudah berada di luar batas kewenangannya, guru dapat mengalihtangankan masalah siswa tersebut kepada konselor.

Kegiatan-kegiatan bimbngan dan konseling yang di laksanakan di sekolah, dikoordinasikan oleh konselor, dengan demikian pelaksanaan kegiatan bimbingan oleh para guru tidak lepas begitu saja, tetapi dipantau oleh konselor.