Kamis, 18 Desember 2014

Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum

BAB I
PENDAHULUAN

A.     LATAR BELAKANG

Dewasa ini, kita sudah tidak asing mendengar tentang belajar dan pembelajaran.Tentu saja, karena kegiatan itu telah kita alami pada jenjang pendidikan baik itu di jenjang SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi. Dalam kelas terdapat murid yang akan mengikuti pembelajaran dari guru. Tidak akan terjadi komunikasi timbal balik apabila tidak terdapat murid dan guru dalam lingkungan belajar.
Lingkungan belajar sendiri, tidak hanya mengacu pada kegiatan dalam kelas saja.Melainkan dapat dimana saja selama dapat terjadi suatu komunikasi antara guru sebagai pengajar dan murid sebagai pelajar.
Proses pembelajaran akan efektif, teratur, dan dinamis maka maka guru memerlukan panduan sebagai titik acuan dalam pengajaran yaitu kurikulum dalam pendidikan. Dimana kurikulum tersebut terdapat prinsip-prinsip pengembangan kurikulum.Dengan guru memahami prinsip-prinsip dalam pengembangan kurikulum maka guru menerapkan tujuan dan konsep sesuai yang telah didapatkan.Sehingga, konsep dan teori tentang pengembangan kurikulum harus dimiliki oleh para guru.

B.     RUMUSAN MASALAH

1.      Bagaimana memahami konsep dan kedudukan kurikulum dalam pendidikan?
2.      Bagaimana memahami landasan tingkatan dalam pengembangan kurikulum ?
3.      Bagaimana memahami model pengembangan muatan lokal ?

C.     TUJUAN

-          Dapat memahami konsep dan kedudukan kurikulum dalam pendidikan.
-          Dapat memahami landasan tingkatan dalam pengembangan kurikulum.
-          Dapat memahami model pengembangan muatan lokal.



BAB II
PEMBAHASAN

DASAR-DASAR PENGEMBANGAN KURIKULUM

A.     PENGERTIAN DAN KEDUDUKAN KURIKULUM DALAM PENDIDIKAN

Perkataan kurikulum mulai dikenal sebagai suatu istilah dalam dunia pendidikan sejak kurang lebih satu abad yang lampau. Istilah kurikulum muncul untuk pertama kalinya  di dalam kamus Webster tahum 1856. Pada tahun itu penggunaan kurikulum dipakai dalam bidang olahraga, yakni suatu alat yang membawa seseorang dari star sampai finish. Baru pada tahun 1955 istilah kurikulum dipakai dalam bidang pendidikan dengan arti sejumlah mata pelajaran pada perguruan tinggi. Di dalam kamus Webster kurikulum diartikan dalam dua macam, yaitu ;
1)      Sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh atau dipelajari murid di sekolah atau perguruan tinggi untuk memperoleh ijazah tertentu.
2)      Sejumlah mata pelajaran yang ditawarkan oleh suatu lembaga pendidikan atau suatu departemen.

Bila ditelusuri ternyata istilah kurikulum mempunyai beberapa macam arti, yaitu:
1)      Kurikulum diartikan sebagai rencana pembelajaran.
2)      Kurikulum diartikan sebagai pengalaman belajar yang diperoleh murid dari sekolah.
3)      Kurikulum diartikan sebagai rencana belajar murid.

Menurut pandangan tradisional, sejumlah pelajaran yang harus ditempuh murid di suatu sekolah itulah yang merupakan kurikulum, sehingga :
Komponen tujuan, yaitu arah atau sasaran yang hendak di tuju oleh proses penyelenggaraan pendidikan. Dalam setiap kegiatan sepatutnya mempunyai tujuan, karena tujuan menuntun kepada apa yang hendak dicapai atau sebagai gambaran tentang hasil akhir dari suatu kegiatan.
Isi kurikulum, yaitu pengalaman belajar yang diperoleh murid dari sekolah.Dalam hal ini murid melakukan berbagai kegiatan dalam rangka memperoleh pengalaman belajar tersebut. Pengalaman-pengalaman tersebut dirancang dan diorganisasikan sedemikian rupa sehingga apa yang diperoleh murid sesuai dengan tujuan.
Ada beberapa kendala yang sering menyebabkan kegagalan dalam pelaksanaan kurikulum di sekolah, yakni guru dalam proses belajar mengajar hanya menyampaikan materi yang bersifat fakta, tidak bersifat prinsipal. Misalnya dalam pelajaran matematika, murid hanya mempelajari tentang langkah-langkah dalam memecahkan soal.Sedangkan prinsip umum yng berlaku bagi sesuatu bahan tidak diberikan.Memang tidak mudah menentukan mana yang prinsip, mana yang bersifat fakta.Untuk itu, dalam menentukan isi kurikulum diperlukan keahlian seseorang dalam sesuatu bidang atau mata pelajaran tertentu.Dengan keahlian itulah dapat dikaji struktur bahan yang menjadi isi kurikulum.Dalam hal ini tentunya dibutuhkan seorang guru yang berkompetensi.

Metode atau Proses Belajar Mengajar, yaitu cara murid memperoleh pengalaman belajar untuk mencapai tujuan. Metode kurikulum berkenaan dengan proses pencapaian tujuan sedangkan proses itu sendiri bertalian dengan bagaimana pengalaman belajar atau isi kurikulum diorganisasikan.

Kriteria dalam merumuskan organisasi kurikulum yang efektif menurut Tyler adalah :
1)      Berkesinambungan (continuity)
2)      Berurutan (seqanuence)
3)      Keterpaduan (integration)

1)      Berkesinambungan, yaitu adanya pengulangan kembali unsur-unsur utama kurikulum secara vertical.
2)      Berurutan, yaitu isi kurikulum diorganisasi dengan cara mengurutkan bahan pelajaran sesuai dengan tingkat kedalaman atau keluasan yang dimiliki.
3)      Keterpaduan, yaitu adanya penggabungan yang menunjukkan kepada hubungan horizontal pengalaman belajar yang menjadi isi kurikulum, sehingga dapat membantu murid memperolah pengalaman itu dalam suatu kesatuan.

Evaluasi kurikulum yaitu cara untuk mengetahui apakah sasaran yang harus dituju dapat tercapai atau tidak. Di samping itu evaluasi juga berguna untuk menilai apakah proses kurikulum berjalan secara optimal atau tidak.
Evaluasi kurilkulum harus dilakukan secara terus-menerus. Untuk itu, terlebih dahulu perlu ditetapkansecara jelas apa yang akan dievaluasi, dengan menggunakan acuan dan kriteria yang jelas pula. Sehubungan dengan itu, perlu ditetapkan dua sasaran utama dalam mengevaluasi, yaitu :
1)      Evaluasi terhadap hasil (produk) kurikulum.
2)      Evaluasi terhadap proses kurikulum.
Evakuasi produk menilai sampai sejauh mana keberhasilan kurikulum mencapai tujuan-tujuannya. Dengan perkataan lain penilaian didasarkan atas keberhasilan mencapai tujuan/hasil yang diharapkan. Sedangkan evaluasi proses menilai apakah proses itu berjalan secara optimal, sehingga memungkinkan tercapainya tujuan. Kedua macam evaluasi ini sangat penting dalam rangka melakukan kembali (revisi) terhadap pelaksanaan kurikulum, sehingga mencapai hasil yang optimal.

Fungsi Kurikulum Bagi Guru

Kurikulum resmi sebenarnya merupakan sesuatu yang diadealisasikan atau di diam-diamkan.Setiap keinginan adakalanya dapat tercapai, adakalanya tidak tercapai.Tergantung pada upaya mewujudkan keinginan itu.
Orang yang bertanggung jawab langsung dalam upaya mewujudkan apa yang tertuang dalam kurikulum resmi adalah guru. Hal ini disebabkan guru merupakan orang yang bertujuan untuk melaksanakannya serta memerlukan suatu pedoman sebelum proses belajae mengajar berlangsung. Oleh karena itu, dengan adanya kurikulum resmi seorang guru diharapkan dapat merumuskan bahan dengan sesuai apa yang telah diprogramkan. Dengan demikian, fungsi kurikulum ialah sebagai pedoman bagi guru dalam melaksanakan tugasnya sehari-haridi sekolah.

Kurikulum dan Buku Teks
Ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa kurikulum lebih dahulu daripada buku teks.Dan buku dianggap sebagai sarana penunjang bagi kurikulum tersebut.Walaupun begitu, tidaklah tertutup sama sekali bahwa kurikulm lahir berdasarkan adanya buku yang diaanggap relative baik untuk dituruti atau diprogramkan dengan bersistem. Pada hakikatnay, kurikulum adalah untuk mencapai tujuan pendidikan.Sedangkan, buku teks adalah sarana belajar yang biasa digunakan di sekolah-sekolah untuk menunjang suatu program pengajaran.Dengan demikian, kurikulum dan buku teks keberadaannya selalu berdekatan dan berkaitan. Atau dengan kata lain, kurikulum itu ibarat masakan dan buku teks adalah bahan-bahan yang dilakukan untuk mengolah masakan tersebut. Dalam hal ini pengolahan atau juru masaknya adalah guru.

Cara Mengembangkan Kurikulum

Langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam pengembangan kurikuum tersebut, yaitu sebagai berikut:
1)      Menentukan tujuan. Rumusan tujuan dibuat berdasarkan analisis terhadap berbagai tuntutan kebutuhan dan harapan. Oleh karena itu, tujuan tersebut dibuat dengan mempertimbangkan faktor-faktor kebutuhan masyarakat, maupun murid, seperti kebutuhan masyarakat dan murid di daerah pedesaan.
2)      Menentukan isi. Isi kurikulum merupakan materi yang akan diberikan kepada murid selama mengikuti proses pendidikanatau proses belajar mengajar. Materi ini dapat berupa mata-mata pelajaran ataupun masalah-masalah yang berhubungan dengan kehidupan, yang perlu dipelajari untuk mencapai tujuan.
3)      Merumuskan kegiatan belajar mengajar. Hal ini mencakup penentuan metode dan keseluruhan proses belajar mengajar yang diperlukan untuk mencapai tujuan.
4)      Mengadakan evaluasi. Evaluasi banyak bergantung kepada tujuan yang hendak dicapai. Hal itu sangat penting dalam rangka untuk menghasilkan balikan (feedback) untuk mengadakan perbaikan.

B.        LANDASAN DAN TINGKATAN DALAM PENGEMBANGAN KURIKULUM

Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum

Pada umumnya, dalam membina kurikulum kita dapat berpegang pada asas-asas berikut:
1)      Asas Filosofis; filsafat dan tujuan pendidikan
2)      Asas psikologis;
a.       Psikologi belajar
b.      Psikologi anak
3)      Asas sosiologi; masyarakat
4)      Asas organisateris; bentuk dan organisasi kurikulum.


1)      Asas filosofis
Asas ini berkenaan dengan system nilai.System nilai merupakan pandangan seseorang tentang sesuatu terutama berkenaan dengan arti kehidupan.Pandangan ini lahir dari kajian seseorangterhadap suatu masalah, atau norma-norma agama dan social yang dianutnya.Perbedaan pendapat dapat menyebabkan timbulnya perbedaan arah pendidikan yang diberikan pada murid.
Untuk dapat melaksanakan pendidikan yang berlandaskan kepada filsafat yang dianut, seorang guru harus merinci arti pandangannya itu dalam suatu rumusan perbuatan yang jelas. Kejelasan ini dapat menentukan kearah apa yang patut dilakukan dalam proses pendidikan.
Oleh karena itu, wajar apabila kurikulum senantiasa bertalian erat dengan filsafat pendidikan, karena filsafat menentukan tujuan yang hendak dicapai dengan alat yang disebut kurikulum.

2)      Asas psikologis
Asas ini berkenaan dengan perilaku manusia.Sehubungan dengan pengembangan kurikulum dan pengajaran, perilaku manusia yang menjadi landasan dengan psikologi belajar dan psikologi anak. Hal ini meliputi teori-teori yang berhubungan dengan individu dalam proses belajar serta perkembangannya.
Teori yang kita anut mengenai perkembangan anak dan proses belajar dapat turut menentukan bahan pelajaran yang disajikan, juga metode mengajarkannya seperti penyusunan bahan pelajaran yang konkret ke yang lebih abstrak, dan sebagainya. Sedangkan dalam psikologi anak, sekolah diberi wewenang untuk memberi situasi-situasi belajar kepada anak-anak agar mereka dapat mengembangkan bakatnya.Oleh karena itu, sudah sewajarnyalah anak itu sendiri merupakan factor yang tak dapat diabaikan dalam pengembangan kurikulum.

3)      Asas sosiologis
Asas ini berkenaan dengan penyampaian kebudayaan, proses sosialisasi individu, dan rekonstruksi masyarakat. Dalam membina kurikulum, kita seringkali menemui kesulitan tentang kesulitan-kesulitan kebudayaan mana yang patut disampaikan serta kea rah mana proses sosialisasi tersebut ingin direkontruksi sesuai dengan tuntutan masyarakat.
Landasan social budaya ternyata  tidak hanya semata-mata digunakan dalam mengembangkan kurikulum pada tingkat nasional, melainkan juga bagi guru dalam pembinaan kurikulum tingkat sekolah atau bahkan tingkat pengajaran. Terutama dalam menghadapi situasi pendidikan dewasa ini, di mana tuntutan masyarakat akan hasil pendidikan lebih tinggi. Dengan demikian, masyarakat lebih menginginkan agar hasil pendidikan lebih baik.


4)      Asas organisatoris
Asas ini berkenaan dengan organisasi kurikulum. Dilihat dari organisasinya, ada tiga kemungkinan tipe/bentuk kurikulum:
a.       Kurikulum yang berisi sejumlah mata pelajaran yang terpisah-pisah
b.      Kurikulum yang berisi sejumlah mata pelajaran yang sejenis dihubung-hubungkan
c.       Kurikulum yang terdiri dari peleburan semua/hampir semua mata pelajaran

Prinsip-Prinsip yang Dianut dalam Pengembangan Kurikulum
a)      Berorientasi pada tujuan, kurikulum dikembangkan untuk mencapai tujuan-tujuan yang dirumuskan secara jelas.
b)      Kontuinitas, kurikulum berbagai tingkat kelas dan jenjang pendidikan disisn secara berkesinambungan.
c)      Fleksibilitas, disamping berisi program yang berlaku untuk semua anak, terdapat pula kesempatan bagi anak mengambil program-program pilihan.
d)      Integritas, kurikulum hendaknya memperhatikan hubungan antara berbagai program pendidikan dalam langkah pembentukan kepribadian yang terpakai.

Tingkatan dalam Pengembangan Kurikulum
1)      Pengembangan Tingkat Instusional
Pengembangankurikulum pada tingkat konstisional meliputi kegiatan pengembangan tujuan-tujuan institusional dan struktur program.Dengan pengembangan tujuan konstitusional dimaksudkan adalah pengembangan tujuan lembaga pendidikan yang bersangkutan, misalnya tujuan pendidikan dasar. Dengan pengembangan struktur program yang dimaksud ialah pengembangan jenis-jenis program pendidikan (program inti, program pilihan), jenis-jenis mata pelajaran bidang studi, sembarang masing-masing bidang studi pada berbagai tingkat kelas, dan alokasi waktu untuk setiap bidang studi.

2)      Pengembangan Tingkat Bidang Studi Mata Pelajaran
Beberapa langkah yang dapat ditempuh dalam pengembangan tingkat bidang studi mata pelajaran :
a)      Menerapkan tujuan-tujuan kurikuler dan tujuan instruksional umum pada tiap bidang studi.
b)      Mengidentifikasi topic-topik atau pokok bahasan yang diperkirakan menjadi bahan untuk dipelajari oleh murid agar yang telah dirumuskan akan tercapai. Cara mengidentifikasi topic-topik yang hendak dijadikan bahan adalah;
-      Menganilisis setiap tujuan dari topic pelajaran yang akan diberikan.
-      Mengedintifikasikan topic yang kira-kira dapat dijadikan bahan untuk mencapai tujuan.
c)      Memilih topic-topik yang paling relevan, fungsional, efektif dan komprehensif bagi pencapaian tujuan yang telah diidentifikasi.
d)      Menetapkan metode dan sumber belajar untuk tiap kelompok pokok bahasan.


3)      Pengembangan Tingkat Operasional Kelas
Dalam proses pengembangan ini akan terlihat betapa penguasaan terhadap konsep-konsep dan generalisasi atau prinsip yang terdapat di dalam bidang studi sangat diperlukan. Uraian tentang pengembangan tingkat operasional kelas lebih ditekankan kepada usaha guru dalam mengembangkan lebih lanjut garis-garis besar program pengajaran (GBPP)           .


C.     PENGEMBANGAN BAHAN PELAJARAN MUATAN LOKAL
Dalam pengembangan bahan ajar tentang muatan lokal, ada 3 pola yang terkait dengan mata pelajaran ini. Yaitu sebagai berikut:
Lingkungan Alam, adalah limgkungan hidup dan tidak hidup yang mencakup komponen binatang dan tanaman beserta dengan tempat tinggalnya dan hubungan timbal balik antar komponen tersebut. Jadi dalam lingkungan alam terdapat ekosistem antara lain, kolam, tambak, sungai, hutan, tanah kebun, lapangan rumput, sawah, keindahan alam, beserta isinya.
Lingkungan sosial, adalah lingkungan yang mencakup hubungan timbal balik (interaksi) antara manusia satu dengan lainnya sesuai dengan peraturan-peraturan yang berlaku di lingkungan tersebut. Contoh; interaksi antarmanusia yang terdapat dalam lingkungan sekolah, lingkungan desa/kelurahan, Rukun Tetangga, Rukun Warga, dan lembaga-lembaga formal seperti: Koperasi Unit Desa, Puskesmas, dan posyandu, serta lembaga-lembaga informal seperti: Subak di Bali dan sejenisnya.
Lingkungan budaya, adalah lingkungan yang mencakup segenap unsur budaya yang dimiliki masyarakat di suatu daerah tertentu.Termasuk di dalamnya kepercayaan, kebiasaan-kebiasaan, adat istiadat, aturan-aturan yang umumnya tidak tertulis (seperti; tata karma dan tata cara pergaulan dengan orang tua sendiri maupun dengan orang lain yang usianya lebih tua, teman sebaya, dan tetangga), nilai-nilai, serta penampilan perlambang-perlambang yang menyatakan perasaan, yang antara lain terdapat dalam upacara adat/tradisional, bahasa daerah (sastra, tutur kata, dan rasa bahasa daerah), dan kesenian daerah(termasuk tari-tarian daerah).
Keterpaduan ketiga pola tersebut pada hakikatnya membentuk suatu kehidupan yang memiliki ciri tertentu yang dinamakan pola kehidupan.Jadi, pola kehidupan masyarakat mencakup interaksi antar anggota masyarakat berkenaan dengan kehidupan mereka sehari-hari.Pada kenyataannya, pola kehidupan satu masyarakat dapat berbeda dengan masyarakat lain. Ini disebabkan oleh kondisi lingkungan alamnya dan sejarah perkembangan budayanya.

1)      Muatan Lokal dan Kurikulum Sekolah Dasar
Muatan lokal adalah salah satu dari banyak program pendidikan yang mengandung unsur-unsur lingkungan alam, lingkungan social, dan lingkungan budaya yang khas daerah, yang keseluruhannya dipelajari dan dikuasai secara mantap oleh murid di daerah tersebut.

Muatan Lokal sebagai Komponen Kurikulum
Peraturan Pemerintah RI no.28 Tahun 1990 tentang Pendidikan Dasar pasal 14 ayat  (3) menyebutkan bahwa:
“satuan pendidikan dasar dapat menambah mata pelajaran sesuai dengan keadaan lingkungan dan ciri khas satuan pendidikan yang bersangkutan dengan tidak mengurangi kurikulum yang secara nasional dan tidak menyimpang dari tujuan pendidikan nasional.”

Sedangkan, pasal 14 ayat (4) menyebutkan bahwa ;
“Satuan pendidikan dasar dapat menjabarkan dan menambah bahan kajian dari mata pelajaran sesuai dengan kebutuhan setempat.”
Jadi, dilihat dari komponen kurikulum, muatan lokal merupakan isi kurikulum, yaitu dari suatu bahan kajian dari mata pelajaran yang sesuai keadaan dan kebutuhan lingkungan setempat.Misalnya, di daerah yang berpola kehidupan perkebunan, bahan kajian yang dianggap penting untuk sekolah dasar adalah pengelolaan kedelai dan manfaatnya bagi kehidupan, dan masih banyak lagi contoh lainnya.
Untuk dapat mempelajari dan mengembangkan muatan lokal diperlukan sumber bacaan atau narasumber yang memahami bahan kajiannya.Sumber bacaan yang di tulis oleh orang ahli dan narasumber yang berasal dari daerah serta sumber belajar lainnya yang ada atau tersedia di lingkungan sekitar merupakan media penyampaian bahan muatan lokal.Krena itu, dipandang dari komponen kurikulum, muatan lokal dapat berupa isi kurikulum dan media penyampaian.
Kedudukan Muatan Lokal dalam Kurikulum
      Muatan lokal dalam kurikulum dapat merupakan mata pelajaran yang berdiri sendiri atau bahan kajian suatu mata pelajaran yang telah ada.Sebagai mata pelajaran yang berdiri sendiri, muatan lokal mempunyai alokasi waktu tersendiri. Tetapi sebagai bahan kajian mata pelajaran, muatan lokal dapat sebagai tambahan bahan kajian dari mata pelajaran yang telah ada atau disampaikan secara terpadu dengan bahan kajian lain yang telah ada. Karena itu, untuk muatan lokal dapat dan tidak dapat diberikan alokasi waktu tersendiri.Sebagai bahan kajian tambahan dari bahan kajian yang telah ada atau sebagai satu atau lebih pokok bahasan dapat diberikan alokasi waktu. Tetapi muatan lokal sebagai bahan kajian yang merupakan penjabaran yang lebih mendalam dari pokok bahasan atau sub pokok bahasan yang telah ada sukar untuk diberikan alokasi jam pelajaran.
Fungsi Muatan Lokal dalam Kurikulum
-          Fungsi penyesuaian
Sekolah berada dalam lingkungan masyarakat.Karena itu program-program sekolah harus disesuaikan dengan lingkungan.Demikian pula pribadi-pribadi yang ada dalam sekolah hidup dalam lingkungan, sehingga perlu diupayakan agar pribadi dapat menyesuaikan diri dan akrab dengan lingkungannya.
-           Fungsi integrasi
Murid merupakan ntegrasi dari masyarakat, karena itu muatan lokal harus merupakan program pendidikan yang berfungsi untuk mendidik pribadi-pribadi yang akan memberikan sumbangan kepada masyarakat atau berfungsi untuk membentuk dan mengintrgrasikan pribadi kepada masyarakat.
-           Fungsi perbedaan
Pengakuan atas perbedaan berarti memberi kesempatan bagi pribadi untuk memilih apa yang di inginkannya. Karena itu muatan lokal harus merupakan program pendidikan yang bersifat luwes, yang dapat memberikan pelayanan terhadap perbedaan minat dan kemampuan murid.Ini tidak berarti mendidik pribadi menjadi orang yang individualistik tetapi muatan lokal harus dapat berfungsi mendorong pribadi kea rah kemajuan sosialnya dalam masyarakat.

2)      Tujuan Muatan Lokal
Secara umum tujuan program pendidikan muatan lokal adalah mempersiapkan murid agar mereka memiliki wawasan yang mantap tentang lingkungannya serta sikap dan perilaku bersedia melestarikan dan mengembangkan sumber daya alam, kualitas social, dan kebudayaan yang mendukung pembangunan nasional maupun pembangunan setempat. Ini tercantum pada SK Mendikbud No.0412/U/1987.
Namun, tujuan itu dapat dibagi menjadi tujuan langsung dan tidak langsung, berikut penjabarannya;
a)      Tujuan langsung
1)      Bahan pengajaran lebih mudah diserap oleh murid.
2)      Sumber belajar di daerah dapat lebih dimanfaatkan untuk kepentingan pendidikan.
3)      Murid dapat menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang dipelajarinya untuk memecahkan masalah yang ditemukan di sekitarnya.
4)      Murid lebih mengenal kondisi alam, lingkungan social dan lingkungan budaya yang terdapat di daerahnya.
b)      Tujuan tidak langsung
1)      Murid dapat mengetahui pengetahuan tentang daerahnya.
2)      Murid diharapkan dapat menolong orang tuanya dan menolong dirinya sendiri dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya.
3)      Murid menjadi akrab dengan lingkungannya dan terhindar dari ketersaingan terhadap lingkungan sendirinya.
Dengan menggnakan lingkungan sebagai sumber belajar maka besar kemungkinan murid dapat mengamati, melakukan percobaan atau kegiatan belajar sendiri.Belajar mencari, mengolah, menemukan informasi sendiri dan menggunakan informasi untuk memecahkan masalah yang ada di lingkungannya merupakan pola dasar dari belajar.Belajar tentang lingkungan dan dalam lingkungan mempunyai daya tarik sendiri bagi seorang anak. Jean Piaget (1958) telah mengatakan bahwa makin banyak seorang anak melihat dan mendengar, maka makin ingin ia melihat dan mendengar. Lingkungan secara keseluruhan mempunyai pengaruh pada cara belajar seseorang. Benyamin S. Bloom menegaskan bahwa lingkungan sebagai kondisi, daya dan dorongan eksternal dapat memberikan suatu situasi “kerja” di sekitar murid.Karena itu, lingkungan secara keseluruhan dapat berfungsi sebagai daya untuk membentuk dan memberi kekuatan/dorongan eksternal untuk belajar pada seseorang.

3)      Dasar-dasar Pengembangan Muatan Lokal
Suatugagasan pada dasarnya harus memiliki landasan-landasan tertentu agar dapat dibina dan dikembangkan sesuai dengan harapan dari pencetusnya. Gagasan muatan lokal tersebut memiliki 4 macam landasan, yaitu:
1)      Landasan ideal
Mengingat muatan lokal merupakan bagian dari kurikulum maka muatan lokal juga harus dikembangkan berdasarkan Pancasila,UUD 1945 dan ketetapan MPR No.II/MPR/1988 tentang Garis-garis Besar Haluan Negara(GBHN) dalam rangka mewujudkan cita-cita pembangunan nasional pada umumnya dan tujuan pendidikan nasional pada khususnya. Disamping itu muatan lokal harus juga dikembangkan berlandaskan UU RI No.2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan peraturan pemerintah sebagai akibatnya.

2)      Landasan Hukum
Sesuaiurutan terbitnya landasan hokum tentang muatan lokal adalah sebagai beikut:
a.       Kep. Mendikbud No.0412/U/1987 tanggal 11 Juli 1987 tentang Penerapan Muatan Lokal Kurikulum Pendidikan Dasar.
b.      Kep. Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah No.173/C/Kep/M/87 tanggal 7 Oktober 1987 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penerapan Muatan Lokal Kurikulum Pendidikan Dasar.
c.       UU No.2 tetang system pendidikan nasional pasal 13 ayat 1, pasal 37. Pasal 38 ayat 1 dan pasal 39 ayat 1.
d.      Peraturan pemerintah RI No.28 tahun 1998 tentang Pendidikan Dasar pasal 14 ayat (3) dan (4), dan pasal 27.

3)      Landasan Teoritik
a)      Tingkat kemampuan berpikirmurid mengharuskan kita menyajikan bahan kajian yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir dari tingkatan konkret sampai dengan tingkatan abstrak. Pengembangan kemampuan berpikir ini ditunjang oleh teori belajar dari Ausubel (1969) dan konsep asimilasi dari Jean Piaget (1972) yang intinya bahwa sesuatu yang baru haruslah dipelajari berdasarkan apa yang telah dimiliki oleh murid.
b)      Pada dasarnya anak-anak usia sekolah memiliki rasa ingin tahu yang sangat besar tentang segala sesuatu yang terjadi di lingkungan sekitarnya. Karena itu, mereka akan selalu gembira bila dilibatkan secara mental, fisik, dan sosialnya dalam mempelajari sesuatu.

4)      Landasan Demografik
Keindahan bangsa dan Negara Indonesia terletak pada keanekaragaman pola kehidupan beratus-ratus suku bangsa yang tersebut di berpuluh-puluh ribu pulau dari Sabang sampai Merauke.Kekaguman terhadap bangsa dan Negara Indonesia telah dinyatakan oleh harapan seluruh bangsa di dunia, karena keanekaragaman tersebut dapat dipersatukan oleh falsafah hidup bangsa yaitu Pancasila.Keanekaragaman bukan saja pada budayanya saja tetapi juga pada keadaan alam, flora dan faunanya, serta kehidupan sosialnya.Semuanya itu merupakan dasar yang sangat penting dalam mengembangkan muatan lokal.

D.     CARA MENGEMBANGKAN MUATAN LOKAL

Isi muatan lokal
Kegiatan mengembangkan muatan lokal dengan penentuan bahan kajian muatan lokal atau isi muatan lokal.
Pada tahun-tahun yang akan mendatang di setiap Kantor Depdikbud Wilayah dirancang untuk membentuk jaringan urikulum yaitu suatu bagian dari nonstructural di bawah Kepala kantor Depdikbud Wilayah yang terdiri dari para ahli bidang studi dan ahli pendidikan. Salah satu tugas utama dari jaringan kurikulum ini adalah menjabarkan kurikulum nasional dan mengembangkan kurikulum yang disesuaikan dengan keadaan dan kebutuhan lingkungannya.Termasuk didalamnya adalah mengembangkan pedoman tentang cara pengembangan muatan lokal untuk kurikulum sekolah dasar.
Ada 2 titik yang menjadi titik tolak pengembangan bahan kajian muatan lokal yaitu pengembangan bahan kajian yaitu;
1)      Garis-garis Besar Program Pengajaran (GBPP).
2)      Pola kehidupan masyarakat sekitar murid atau sekolah.

Pengembangan bahan kajian muatan lokal bertitik tolak dari GBPP
Pengembangan bahan kajian muatan lokal bertitik tolak dari GBPP, dapat dilakukan dengan mengikuti langkah-langkah pokok sebagai berikut:
a)      Pelajari GBPP semua mata pelajaran kecuali mata pelajaran pendidikan Agama, pendidikan Moral Pancasila, dan pendidikan Sejarah Perjuangan Indonesia.
b)      Catat semua pokok bahasan atau sub pokok bahasan maupun uraian dalam GBPP yang mungkin dapat dikaitkan dengan pola kehidupan yang telah ditentukan, misalnya; pokok bahasan dan sub pokok bahasan dari GBPP Kurikulum 1986 yang mungkin dapat dikaitkan dengan pola kehidupan perikanan air tawar, dimana kekayaan alam yang dapat diperbaharui yaitu tanah, pertanian, perikanan, dan peternakan. Perikanan dapat dirincikan lebih lanjut dalam bentuk hasil perikanan di air payau, air tawar, dan air laut. Karena perikan air tawar merupakan pola kehidupan yang dipilih oleh masyarakat. Di daerah tersebut membudidayakan ikan mas sebagai salah satu mata pencaharian, maka uraian dipusatkan pada budidaya ikan mas. Bila penting untuk dipelajari oleh murid sekolah dasar, maka bisa dapat dilanjutkan dengan tuntas.
            Pengembangan bahan kajian muatan lokal bertitik tolak dari pola kehidupan
Dengan pengembangan ini mula-mula pola kehidupan perl dijabarkan sampai setuntas-tuntasnya. Hasil penjabaran akan lebih baik apabila dilakukan dengan kerja sama yang baik antara guru, kepala sekolah, pemilik sekolah, narasumber, dan instansi-instansi yang terkait.
             Acuan rincian pola kehidupan sangat berguna untuk melakukan rincian bahan kajian muatan lokal secara berurutan dan sistematis, sehingga diperoleh informasi yang lengkap mengenai pengetahuan dan penerapannya, kebiasaan-kebiasaannya, adat istiadat, tata karma, tata cara pergaulan, kegiatan masyarakat, upacara-upacara, peristiwa yang terjadi di lingkungannya, dan lain-lain. Informasi ini sangat diperlukan oleh guru dalam memilih dan mengenbangkan isi muatan lokal yang akan dikaitkan dengan kurikulum (GBPP) yang berlaku.
             Salah satu acuan rinci bahan pelajaran yang digunakan dalam merinci “pola kehidupan yang ada pada daerah persawahan” (atau disebut dengan pola kehidupan persawahan) adalah :
1)      Persiapan perencanaan/prakejadian,
2)      Pelaksanaan kejadian,
3)      Hasil,
4)      Pasca hasil, dan
5)      Kehidupan keluarga petani.
`            Semuanya itu hendaknya dikaitkan dengan tata cara, tata karma, adat istiadat, nilai-nilai dan norma, ekspresi atau penampilan simbolik dan kepercayaan serta ilmu pengetahuan dan teknologi dalam pola kehidupan yang berada pada daerah pertanian.
1)      Persiapan perencanaan/prakejadian
Rincian pola kehidupan yang tercakup dalam acuan atau rujukan ini adalah semua informasi tentang kegiatan atau peristiwa yang terjadi, tata cara, tata karma, adat istiadat yang berinci sebagai perwujudan nilai-nilai serta penampilan simbolik yang ada sebelum melakukan kegiatan.
2)      Pelaksanaan kejadian
Seluruh informasi tentang kegiatan atau peristiwa yang merupakan tindak lanjut dari persiapan/perencanaan/prakejadian dalam upaya pencapaian hasil.
3)      Hasil
Seluruh informasi tentang segala sesuatu yang diperoleh dari tahap pelaksanaan yang berkaitan dengan bahan pelajaran muatan lokal.
4)      Pasca hasil
Semua informasi tentang kegiatan pengolahan hasil muatan lokal.
5)      Kehidupan keluarga petani
Semua informasi segala akibat yang disebabkan oleh kegiatan persiapan, pelaksanaan, hasil, dan pasca hasil serta tradisi yang terdapat dalam suatu pola kehidupan tertentu.

Sesuai dengan landasan teoritik muatan lokalsuatu kegiatan belajar akan bermakna apabila murid dapat mengetahui konsep/informasi yang satu dengan informasi yang lain. Karena bahan kajian yang lengkap itu sebagai sumber informasi bagi pembentuk jaringan gagasan pokok.

Jaringan Gagasan Pokok
             Dilihat dari pengertian gagasan dalam kamus besar bahasa Indonesia karangan W.IS Poerwadarminata gagasan adalah ide. Gagsan adalah suatu rancangan yang tersusun dalam pikiran manusia.sedangkan rancangan dalam pikiran manusia dapat di timbulkan oleh hasil pengamatan lingkungan sekitar atau gagasan orang lain.
             Kata pokok menunjukkan hal yang utama, hal yang penting atau asal mula, yang jadi asas atau dasar,.Karena itu, gagasan pokok berarti hal yang penting dari gagasan yang menjadi asas dari gagasan itu.
             Jadi, gagasan pokok dalam muatan lokal adalah bagian penting dalam muatan lokal yang dijadikan titik tolak pengembangan bahan kajian selanjutnya oleh guru.Gagasan pokok dapat disamakan kedudukannya dengan pokok bahasan.Erbedaannya adalah gagasan pokok timbul dari pengamatan lingkungan sekitar, baik lingkungan alam, lingkungan social, lingkungan budaya atau pola kehidupan.
             Untuk menjaring gagasan pokok dalam muatan lokal maka perlu diperhatikan kriteria sebagai berikut:
1)      Berasal dari hasil pengamatan terhadap lingkungan alam, lingkungan social, dan lingkungan budaya yang ada di sekitar sekolah.
2)      Mempunyai cakupan informasi yang luas.
3)      Dekat dengan anak, dan berguna bagi anak.
Gagasan pokok dapat dianalogikan dengan pokok bahasan dalam GBPP.Karena itu, gagasan pokok harus dijabarkan sehingga terlihat kaitannya antara informasi yang satu dengan informasi yang lainnya. Diagram uraian gagasan pokok yang menunjukkan kaitan konsep/informasi yang satu dengan informasi yang lain,  membentuk suatu diagram dengan gagasan pokok sebagai intinya. Diagram uraian gagasan pokok inilah yang disebut dengan “jaringan Gagasan Pokok”.











BAB III
PENUTUP

A.        KESIMPULAN

`                    Dari pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1)      Kurikulum dapat diartikan sebagai rencana pembelajaran,pengalaman belajar yang diperoleh murid dari sekolah dan rencana belajar murid. Kedudukan kurikulum bagi guru yaitu sebagai panduan dalam pengajaran, dimana langkah-langkah atau proses pembelajaran yang disesuaikan dengan isi kurikulum tersebut.
2)      Landasan untuk pengembangan kurikulum secara umum terdapat 4 asas di dalamnya, yaitu: 1)Asas Filosofis yaitu filsafat dan tujuan pendidikan; 2) Asas psikologis terdiri Psikologi belajar dan Psikologi anak. 3)Asas sosiologi; tentang masyarakat. 4)Asas organisateris; yaitu bentuk dan organisasi kurikulum.  Tingkatan Pengembangan kurikulum itu sendiri terdapat 3 hal, yaitu pengembangan konstusional, pengembangan bidang studi mata pelajaran, dan pengembangan operasional kelas.
3)      Muatan lokal adalah salah satu dari banyak program pendidikan yang mengandung unsur-unsur lingkungan alam, lingkungan social, dan lingkungan budaya yang khas daerah, yang keseluruhannya dipelajari dan dikuasai secara mantap oleh murid di daerah tersebut.


B.     SARAN
Dengan membaca makalah ini, diharapkan pembaca dapat memahami tentang peneraapan kurikulum dalam tingkatan pendidikan, terkhusus pada seorang guru.agar dalam proses pengajaran lebkih memahami seperti apa peran penting kurikulum.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar