Kamis, 18 Desember 2014

8 Keterampilan Dasar Mengajar ("Materi Perkuliahan Strategi Pembelajaran_Pendidikan Matematika '13 Universitas Halu Oleo")

BAB  VI
 KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR

               Pada bagian ini akan dikemukakan keterampilam-keterampilan dasar mengajar yang harus dikuasai calon guru sebelum menjadi guru yang sesungguhnya di lapangan. Keterampialan dasar mengajar harus dilatihkan kepada calon guru melalui micro-teaching sebelum melaksanakan praktek pengalaman lapangan (PPL) atau KKP terintegrasi PPL di lembaga pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan keguruan.

               Ada delapan keterampilan dasar mengajar, yaitu:
(1)     keterampilan bertanya
(2)     keterampilan memberikan penguatan
(3)     keterampilan mengadakan variasi
(4)     keterampilan menjelaskan
(5)     keterampilan membuka dan menutup pelajaran
(6)     keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil
(7)     keterampilan mengelola kelas
(8)     keterampilan mengajar kelompok kecil dan perseorangan.
Untuk jelasnya ke delapan keterampilan dasar mengajar tersebut dapat dilihat pada uraian berikut ini.

A. Keterampilan Bertanya
               Bertanya merupakan ucapan verbal yang meminta respon dari seseorang.  yang dikenal. Respon yang di berikan dapat berupa pengetahuan sampai dengan hal-hal yang merupakan hasil pertimbangan. Jadi bertanya merupakan stimulus efektif yang mendorong kemampuan berpikir.
               Dalam proses pembelajaran, bertanya memainkan peranan penting sebab pertanyaan yang tersusun dengan baik dan teknik pelontaran yang tepat akan memberikan dampak positif.
               Pertanyaan yang baik di bagi manjadi empat yaitu:
a.    Pertanyaan permintaan yakni pertanyaan yang mengharapkan agar siswa mematuhi perintah yang diucapkan dalam bentuk pertanyaan.
b.    Pertanyaan retoris yaitu pertanyaan yang tidak mengendaki jawaban, tetapi dijawab sendiri oleh guru.   
c.    Pertanyaan mengarahkan atau menuntun (prompting question), yaitu pertanyaan yang diajukan untuk memberi arah kepada siswa dalam proses berpikirnya. Hal ini dilakukan oleh guru agar siswa memperhatiknn dengan saksama bagian tertentu atau pokok inti pelajaran yang dianggap pentig. Dari sisi lain, jika siswa tidak dapat atau salah menjawab pertanyaan  guru maka guru dapat memberikan pertanyaan lanjutan yang akan mengarahkan atau menuntun proses berpikir siswa sehingga pada akhirnya siswa dapat menjawab pertanyaan pertama tadi.

d.   Pertanyaan menggali yaitu pertanyaan lanjutan yang akan mendorong siswa untuk lebih mendalami jawabannya terhadap pertanyaan yang pertama. Melalui pertanyaan yang sifatnya menggali, siswa didorong untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas jawaban yang diberikan pada pertanyaan sebelumnya.  
                Untuk meningkatkan partisipasi siswa dalam proses belajar mengajar, guru perlu menunjukkan sikap yang baik pada waktu mengajukan pertanyaan maupun ketika menerima jawaban siswa. Sikap dan gaya guru termasuk suara, ekspresi wajah, gerakan dan posisi badan menunjukan ada tidaknya kehangatan dan keantusiasan. Guru harus menghindari kebiasaan seperti: menjawab pertanyaan sendiri, mengulang jawaban siswa, mengulang pertanyaan sendiri, mengajukan pertanyaan dengan jawaban serentak, menentukan siswa yang harus menjawab sebelum bertanya dan mengajukan pertanyaan ganda.         
              Dalam proses pembelajaran setiap pertanyaan, baik berupa kalimat tanya atau suruhan yang menuntut respons siswa sehingga dapat menambah pengetahuan dan meningkatkan kemampuan berpikir siswa, di masukkan dalam golongan pertanyaan.
               Ketrampilan bertanya di bedakan atas ketrampilan bertanya dasar dan ketrampilan bertanya lanjut. Ketrampilan bertanya dasar mempunyai beberapa komponen dasar yang perlu diterapkan dalam mengajukan segala jenis pertanyaan. Komponen-komponen yang di maksud adalah: pengungkapan pertanyaan secara jelas dan singakat, pemberian acuan, pemusatan, pemindah giliran, penyebaran, pmberian waktu berpikir dan pemberian tuntunan.
               Sedangkan ketrampilan bertanya lanjut merupakan lanjutan dari ketrampilan bertanya dasar yang lebih mengutamakan usaha mengembangkan kemampuan berpikir siswa, memperbesar pertisipasi dan mendorong siswa agar dapat berinisiatif sendiri. Ketrampilan bertanya lanjut di bentuk di atas landasan penguasaan komponen-komponen bertanya dasar. Karena itu, semua komponen bertanya dasar masih dipakai dalam penerapan ketrampilan bertanya lanjut. Adapun komponen-komponen bertanya lanjut itu adalah: pengubahan susunan tingkat kognitif dalam menjawab pertanyaan, pengaturan urutan pertanyaan, penggunaan pertanyaan pelacak dan peningkatan terjadinya interaksi.

B. Keterampilan Memberi Penguatan
               Penguatan (reinforcement) adalah segala bentuk respons, apakah bersifat verbal ataupun non verbal, yang merupakan bagian dari modifikasi tingkah laku guru terhadap tingkah laku siswa, yang bertujuan memberikan informasi atau umpan balik (feed back) bagi si penerima atas perbuatannya sebagai suatu dorongan atau koreksi. Penguatan juga merupakan respon terhadap suatu tingkah laku yang dapat meningkatkan kemungkinan berulangnya kembali tingkah laku tersebut.

1.    Tujuan Pemberian Penguatan
               Penggunaan penguatan dalam kelas dapat mencapai atau mempunyai pengaruh sikap positif terhadap proses belajar siswa dan bertujuan untuk:
a.    Meningkatkan perhatian siswa terhadap pelajaran.
b.    Merangsang dan meningkatkan motivasi belajar.
c.    Meningkatkan kegiatan belajar serta membina tingkah laku siswa yang produktif.

2.    Janis-Jenis Penguatan
               Ketrampilan memberikan penguatan terdiri dari 2 (dua) jenis, yaitu penguatan verbal dan penguatan non verbal. Kedua jenis penguatan ini harus dikuasai oleh mahasiswa calon guru agar dapat memberikan penguatan secara bijaksana dan sistematis.
a.    Penguatan verbal, biasanya  diungkapkan dengan menggunakan kata-kata pujian, penghargaan, persetujuan dan sebagainya, misalnya: bagus, pintar atau yang lainnya.
b.    Penguatan non-verbal, terdiri dari beberapa penguatan:
1)      Penguatan berupa mimik dan gerakan badan, misalnya dengan anggukan atau gelengan kepala, senyuman, kerutan kening, acungan jempol, sorot mata yang cerah dan bersahabat, dan sebagainya.
2)      Penguatan dengan cara mendekati, guru mendekati siswa untuk menyatakan perhatian dan kesenangannya terhadap pelajaran, tingkahlaku atau penampilan siswa. Misalnya guru berdiri di samping siswa, berjalan menuju siswa atau kelompok siswa. 
3)      Penguatan dengan sentuhan (contact), guru dapat menyatakan persetujuan dan penghargaan terhadap usaha dan penampilan siswa dengan cara menepuk bahu atau pundak siswa, berjabat tangan dan sebagainya.    
4)      Penguatan dengan kegiatan yang menyenangkan, misalnya seorang siswa yang menunjukan kemajuan dalam mata pelajaran matematika ditunjuk sebagai ketua kelompok dalam belajar kelompok matematika.
5)      Penguatan berupa simbol atau benda. Penguatan ini dilakukan dengan cara menggunakan berbagai symbol berupa benda seperti kartu bergambar, komentar tertulis pada buku siswa, bintang plastic, lencana dan lain-lain.  
6)      Penguatan tak penuh, misalnya bila seorang siswa hanya memberikan sebagian jawaban benar, sebaiknya guru mengatakan: “ jawabanmu sudah benar, tapi masih perlu disempurnakan”, sehingga siswa mengetahui bahwa jawabannya tidak semuanya salah dan mendapat dorongan untuk menyempurnakannya.

3.    Prinsip Penggunaan Penguatan
Pada saat memberikan penguatan secara efektif harus memperhatikan tiga hal berikut:
a.    Kehangatan dan keantusiasan. Sikap dan gaya guru, termasuk suara, mimik dan gerak badan akan menunjukan adanya kehangatan dan keantusiasan dalam memberikan penguatan.
b.    Kebermaknaan. Penguatan hendaknya diberikan sesuai dengan tingkahlaku dan penampilan siswa sehingga siswa mengerti dan yakin bahwa ia patut diberi penguatan. Dengan demikian, penguatan itu bermakna bagi siswa yang bersangkutan.  
c.    Menghindari penggunaan respons yang negatif.
C. Keterampilan Mengadakan Variasi
               Variasi adalah suatu kegiatan guru dalam konteks proses interaksi pembelajaran yang di tujukan untuk mengatasi kebosanan siswa sehingga  dalam situasi pembelajaran, siswa senantiasa menunjukkan ketekunan, serta penuh partisipasi.
               Variasi dalam kegiatan pembelajaran dimaksudkan sebagai proses perubahan dalam pengajaran, yang dapat di kelompokkan ke dalam tiga kelompok atau komponen, yaitu : - Variasi dalam cara mengajar guru, meliputi : penggunaan variasi suara (teacher voice), Pemusatan perhatian siswa (focusing), kesenyapan atau kebisuan guru (teacher silence), mengadakan kontak pandang dan gerak (eye contact and movement), gerakan badan mimik: variasi dalam ekspresi wajah guru, dan pergantian posisi guru dalam kelas dan gerak guru ( teachers movement).          
               Variasi dalam penggunaan media dan alat pengajaran. Media dan alat pengajaran bila ditinjau dari indera yang digunakan dapat digolongkan ke dalam tiga bagian, yakni dapat didengar, dilihat, dan diraba. Adapun variasi penggunaan alat antara lain adalah sebagai berikut: variasi alat atau bahan yang dapat dilihat (visual aids), variasi alat atau bahan yang dapat didengart (auditif aids), variasi alat atau bahan yang dapat diraba (motorik), dan variasi alat atau bahan yang dapat didengar, dilihat dan diraba (audio visual aids). - Variasi pola interaksi dan kegiatan siswa.
               Pola interaksi guru dengan murid dalam kegiatan belajar mengajar sangat beraneka ragam coraknya. Penggunaan variasi pola interaksi dimaksudkan agar tidak menimbulkan kebosanan, kejemuan, serta untuk menghidupkan suasana kelas demi keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan.

D. Keterampilan Menjelaskan
               Ketrampilan menjelaskan adalah penyajian informasi secara lisan yang diorganisasikan secara sistematik untuk menunjukkan adanya hubungan yang satu dengan yang lainnya. Secara garis besar komponen-komponen ketrampilan menjelaskan terbagi dua, yaitu : Merencanakan, hal ini mencakup penganalisaan masalah secara keseluruhan, penentuan jenis hubungan yang ada diantara unsur-unsur yang dikaitkan dengan penggunaan hukum, rumus, atau generalisasi yang sesuai dengan hubungan yang telah ditentukan. Dan penyajian suatu penjelasan, dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut : kejelasan, penggunaan contoh dan ilustrasi, pemberian tekanan, dan penggunaan balikan.

E. Keterampilan Membuka Dan Menutup Pelajaran
1. Tujuan
Kegiatan membuka dan menutup pelajran yang dilakukan dengan baik akan berpengaruh positif terhadap proses dan hasil belajar-mengajar. Oleh sebab itu maka tujuan kegiatan membuka dan menutup pelajaran adalah untuk: (a)  menumbuhkan perhatian dan motivasi siswa untuk menghadapi tugas yang akan dikerjakan; (b) mengetahui batas tugas yang akan dikerjakan; (c) memberikan gambaran yang jelas tentang pendekatan-pendekatan yang mungkin digunakan dalam mempelajari bagian-bagian dari suatu materi matematika; (d) mengetahui hubungan antara pengalaman-pengalaman yang telah dikuasai dengan hal-hal baru yang akan dipelajari; (e)  menghubungkan konsep, fakta, ketrampilan atau konsep yang tercakup dalam suatu materi matematika yang diajarkan; (f) mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi tertentu, sedangkan guru dapat mengetahui tingkat keberhasilannya dalam mengajar.

2. Prinsip Penggunaan
               Sebagaimana keterampilan mengajar lainnya, ada prinsip-prinsip yang mendasari penggunaan komponen keterampilan membuka dan menutup pelajaran yang harus dipertimbangkan oleh guru. Prinsip-prinsip penggunaan keterampilan membuka dan menutup pelajaran adalah:
a.    Bermakna: dalam usaha menarik perhatian atau dalam memotivasi, guru hendaknya memilih yang relevan dengan isi dan tujuan pelajaran dan cara atau uasaha yang sifatnya dicari-cari atau dibuat-buat hendaknya dihindari.
b.     Berurutan dan berkesinambungan: aktivitas yang ditempuh guru dalam memperkenalkan dan merangkum kembali pokok-pokok penting pelajaran hendaknya merupakan bagian dari kesatuan yang utuh. Dalam mewujudkan prinsip berurutan dan berkesinambungan ini perlu diusahakan suatu susunan yang tepat, berhubungan dengan minat siswa, ada kaitan yang jelas antara satu  bagian dengan  bagian  yang lainnya,  atau ada kaitannya  dengan pengalaman
dan pengetahuan yang telah dimiliki siswa.

3.  Komponen-Komponen Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran
A.  Membuka Pelajaran
Komponen keterampilan membuka pelajaran meliputi : menarik perhatian siswa, membangkitkan motivasi, memberi  acuan dan membuat kaitan.
a.    Menarik Perhatian Siswa, Cara yang dapat dipergunakan:
1.    Gaya mengajar guru: Perhatian siswa dapat ditimbulkan dengan memvariasikan gaya mengajar guru. Contoh: guru memilih posisi di kelas dan memilih kegiatan yang berbeda dari biasanya dia kerjakan dalam membuka pelajaran. Kali ini guru berdiri di tengah-tengah kelas untuk bercerita atau menyampaikan informasi awal mengenai materi yang akan diajarkan, pada kesempatan lain mungkin guru berdiri di belakang atau di muka kelas lalu bercerita dengan ekspresi wajah yang meyakinkan.
2.    Penggunaan alat bantu mengajar: Guru dapat menggunakan alat-alat bantu mengajar seperti gambar, model, skema, dan sebagainya untuk menarik perhatian siswa. Dengan digunakannya alat-alat bantu mengajar itu, disamping dapat menarik perhatian siswa, dapat pula menimbulkan motivasi dan memungkinkan terjadi kaitan antara hal yang telah diketahui dengan hal baru yang akan dipelajari.
3.    Pola Interaksi Yang Bervariasi: Variasi pola interaksi guru-siswa yang biasa, seperti guru menerangkan siswa mendengarkan atau guru bertanya siswa menjawab, hanya dapat menimbulkan rangsangan permulaan saja. Siswa belum sepenuhnya dapat memusatkan perhatiannya kepada hal-hal yang akan dipelajari. Oleh karena itu agar siswa dapat tertarik perhatiannya guru hendaknya mengadakan pola interaksi yang bervariasi dalam menyelenggarakan proses belajar-mengajar. Seperti misalnya, guru memberi perintah siswa mengerjakan perintah itu, siswa berinteraksi dengan siswa lainnya dalam diskusi kelompok kecil atau dalam suatu eksperimen, guru mengemukakan masalah yang menarik ke seluruh kelas lalu siswa diminta mengemukakan pendapat mereka, atau guru menunjukkan barang yang bisa ditonton seperti model-model yang ada manfaatnya  lalu  siswa  diminta  untuk  melihatnya  secara  bergiliran  baik secara berkelompok atau sendiri-sendiri.

b. Membangkitkan Motivasi.
Sedikitnya ada 4 cara untuk membangkitkan motivasi siswa, yaitu:
1.    Dengan hangat dan antusias. Guru hendaknya bersikap ramah, antusias, bersahabat dan hangat. Sebab sikap yang demikian itu dapat menimbulkan faktor-faktor dari dalam yang mendorong tingkah laku dan kesenangan dalam mengerjakan tugas sehingga motivasi siswa akan timbul.
2.    Membangkitkan rasa ingin tahu. Guru dapat meningkatkan motivasi siswa dengan cara membangkitkan rasa ingin tahu dan keheranan pada siswa. Misalnya, dengan menceritakan pada siswa sejarah Phytagoras yang dapat menimbulkan pertanyaan, menunjukkan suatu gambar atau mendemonstrasikan suatu peristiwa. Kemudian guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan cerita, gambar, atau peristiwa tersebut. Cara-cari ini sangat baik untuk menimbulkan motivasi siswa.
3.    Mengemukakan ide yang bertentangan. Untuk membangkitkan motivasi siswa, guru dapat melontarkan ide yang bertentangan dengan mengajukan masalah atau kondisi yang terjadi sehari-hari. Contohnya:  kita ketahui bahwa segitiga merupakan bangun datar yang dibatasi oleh tiga sisi, kemudian dilontarkan pertanyaan kepada siswa, mengapa tower seluler dibangun oleh kumpulan segitiga-segitiga?
4.    Memperhatikan minat siswa. Guru hendaknya menyesuaikan topik pelajaran dengan minat siswa. 

c.    Memberi Acuan.
          Memberi acuan yaitu usaha untuk mengemukakan secara spesifik dan singkat serangkaian alternatif yang memungkinkan siswa memperoleh gambaran yang jelas mengenai hal-hal yang akan dipelajari dan cara yang hendak ditempuh dalam mempelajari materi pelajaran tersebut. Untuk itu cara yang dilakukan adalah mengemukakan tujuan dan batas tugas. Guru hendaknya terlebih dahulu mengemukakan tujuan pelajaran dan batas-batas tugas yang harus dikerjakan oleh siswa agar mereka memperoleh gambaran yang jelas tentang ruang lingkup materi pelajaran yang akan dipelajari serta tugas-tugas yang harus dikerjakan. Contoh : ada tiga  gambar segitiga siku-siku dengan posisi sisi miring yang berbeda di tiap segitiga. Siswa disuruh mengamati ketiga gambar segitiga tersbut dan menyimpulkan apa yang dilihatnya.

d. Membuat Kaitan.
          Jika guru akan mengajarkan materi matematika yang baru perlu menghubungkan dengan materi yang telah dipelajari siswa atau hal yang sudah dikenal, pengalaman sebelumnya, minat siswa.  Contoh : Usaha guru untuk membuat kaitan:
1)   Permulaan pelajaran guru meninjau kembali sejauhmana materi sebelumnya telah dipahami siswa dengan mengajukan pertanyaan atau rangkuman inti materi pelajaran sebelumnya secara singkat.
2)   Guru membandingkan atau mempertentangkan dengan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang telah diketahui. Hal ini dilakukan jika pengetahuan baru erat kaitanya dengan pengetahuan lama yang telah dikuasai.
Contoh : Guru lebih dahulu mengajukan pertanyaan untuk mengetahui pemahaman siswa tentang pengurangan sebelum mengerjakan pembagian.
3)   Guru menjelaskan konsepnya atau pengertiannya lebih dahulu sebelum mengerjakan bahan secara terperinci. Hal ini dilakukan karena bahan pelajaran yang akan dijelaskan sama sekali baru. Contoh: guru lebih dahulu menjelaskan
pengertian  turunan  dari  suatu  fungsi  sebelum guru menjelaskan hal-hal yang berhubungan dengan integral.

B. Menutup Pelajaran
Menjelang akhir pelajaran atau akhir setiap penggal kegiatan guru harus melakukan kegiatan menutup pelajaran, agar siswa memperoleh gambaran yang utuh tentang pokok materi pelajaran yang telah dipelajari. Cara yang dapat dilakukan adalah :
1.    Meninjau Kembali
          Akhir kegiatan guru harus meninjau kembali apakah inti pelajaran yang diajarkan sudah dipahami oleh siswa, kegiatan ini meliput: (a)
merangkum inti pelajaran, misalnya : siswa diminta membuat rangkuman secara lisan tentang pelajaran yang beru dipelajarinya, jika rangkuman yang dibuat siswa salah atau kurang sempurna, guru harus membenarkan rumusan tersebut; (b)
membuat ringkasan (dimaksudkan dengan adanya ringkasan siswa yang tidak memiliki buku atau yang terlambat bisa mempelajarinya kembali).
misalnya : setelah siswa mempelajari secara individual tentang kubus, guru meminta siswa menyebutkan inti materi yang dipelajari. Sementara itu guru menuliskan inti materi pelajaran yang ditemukan siswa-siswa di papan tulis.

2. Mengevaluasi
          Salah satu upaya untuk mengetahui apakah siswa sudah mendapatkan pemahaman yang utuh terhadap konsep yang dijelaskan adalah dengan evaluasi.
Bentuk-bentuk evaluasii meliputi:
Ø Mendemonstrasikan ketrampilan, contoh : misalnya setelah siswa membuat kerangka kubus, guru dapat meminta siswa untuk menjelaskan komponen yang ada dalam kubus tersebut.
Ø mengaplikasikan ide baru pada situasi lain, contoh : setelah guru menerangkan; persamaan kuadrat siswa disuruh menyelesaikan soal persamaan.
Ø mengekpresikan pendapat siswa sendiri guru dapat meminta komentar tentang keefektifan suatu demontrasi yang dilakukan guru atau siswa lain,
contoh : misalnya, setelah penje;asan seorang siswa mendemonstrasikan sisi miring di depan kelas, lalu siswa lain diminta untuk mengemukakan pendapat mereka tentang sisi miring yang sudah dijelaskan tadi
.
Ø soal-soal tertulis guru dapat memberikan soal-soal tertulis untuk dikerjakan siswa. Soal-soal tertulis itu dapat berbentuk uraian maupun tes objektif, dan melengkapi lembaran kerja.

F.Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil
Pengertian dan Tujuan Diskusi kelompok kecil merupakan salah satu bentuk kegiatan belajar- mengajar yang penggunaannya cukup sering diperlukan. Ciri-ciri diskusi kelompok kecil adalah :
Ø  Melibatkan 3-9 orang peserta.
Ø  Berlangsung dalam interaksi tatp muka yang informal, artinya setiap anggota dapat berkomunikasi langsung dengan anggota lainnya.
Ø  Mempunyai tujuan yang dicapai dengan kerja sama antar anggota lainnya.
Ø  Berlangsung menurut proses yang sistematis.

Diskusi kelompok kecil memungkinkan siswa :
v  Berbagi informasi dan pengalaman dalam memecahkan masalah.
v  Meningkatkan pemahaman atas masalah penting.
v  Meningkatkan keterlibatan dalam perencanaan dan pengambilan keputusan.
v  Mengembangkan kemampuan berfikir dan berkomunikasi.
v  Membina kerja sama yang sehat , kelompok yang kohesif, dan bertanggung jawab.
a.    Komponen Keterampilan
Komponen keterampilan yang perlu dimiliki oleh pemimpin diskusi kelompok kecil adalah sebagai berikut :
1)   Memusatkan perhatian, yang dapat dilakukan dengan cara:
Ø merumuskan tujuan diskusi secara jelas.
Ø merumuskan kembali masalah, jika terjadi penyimpangan.
Ø menandai hal-hal yang tidak relevan jika terjadi penyimpangan.
Ø merangkum hasil pembicaraan pada saat-saat tertentu.
2)   Memperjelas masalah atau urunan pendapat, dengan cara :
Ø menguraikan kembali atau merangkum urunan pendapat peserta.
Ø mengajukan pertanyaan pada anggota kelompok tentang pendapat anggota lain.
Ø menguraikan gagasan anggota kelompok dengan tambahan informasi.
3)   Menganalisis pandangan siswa dengan cara :
Ø meneliti apakah alasan yang dikemukan punya dasar yang kuat.
Ø memperjelas hal-hal yang disepakati dan yang tidak disepakati.
4)   Meningkatkan urunan siswa, dengan cara :
Ø mengajukan pertanyaan kunci yang menantang mereka untuk berfikir.
Ø memberi contoh pada saat yang tepat.
Ø menghangatkan suasana dengan mengajukan pertanyaan yang mengundang perbedaan pendapat.
Ø memberikan waktu untuk berfikir.
Ø mendengarkan dengan penuh perhatian.
5)   Menyebarkan kesempatan berpartisipasi, dengan cara :
Ø memancing pendapat peserta yang enggan berpartisipasi.
Ø memberikan kesempatan pertama pada peserta yang enggan berpartisipasi.
Ø mencegah secara bijaksana peserta yang suka memonopoli pembicaraan.
Ø mendorong siswa untuk mengomentari pendapat temannya.
Ø meminta pendapat siswa jika terjadi jalan buntu.
6)   Menutup diskusi yang dapat dilakukan dengan cara :
Ø merangkum hasil diskusi.
Ø memberikan gambaran tindak lanjut.
Ø mengajak para siswa menilai proses diskusi yang telah berlangsung
Dalam pelaksanaan diskusi, perlu diperhatikan hal-hal berikut :
a.    Diskusi hendaknya berlangsung dalam iklim terbuka.
b.    Diskusi yang efektif selalu didahului oleh perencanaan yang matang, yang mencakup :
o  topik yang sesuai.
o  persiapan atau pemberian informasi pendahuluan.
o  menyiapkan diri sebagai pemimpin diskusi.
o  pembentukan kelompok diskusi.
o  pengaturan tempat duduk yang memungkinkan semua anggota kelompok bertatap muka

G.  KeterampilanMengelola Kelas
1. Pengertian dan Tujuan
               Keterampilan mengelola kelas adalah keterampilan dalam menciptakan dan mempertahankan kondisi kelas yang optimal guna terjadinya proses pembelajaran yang serasi dan efektif. Guru perlu menguasai keterampilan mengelola kelas agar dapat:
a.       Mendorong siswa mengem- bangkan tanggung jawab individu maupun klasikal dalam perilaku yang sesuai dengan tata tertib serta aktivitas yang sedang berlangsung.
b.      Menyadari kebutuhan siswa.
c.       Member respon yang efektif terhadap perilaku siswa.  
2.  Komponen Keterampilan Mengelola Kelas
     a. Keterampilan yang berhubungan  dengan penciptaan dan pemeliharaan   kondisi belajar yang optimal, dapat dilakukan dengan cara berikut:
1). menunjukkan sikap tanggap dengan cara : memandang secara seksama, mendekati, memberikan pernyataan atau memeberi reaksi terhadap gangguan dalam kelas.
2)      membagi perhatian secara visual dan verbal.
3)      memusatkan perhatian kelompok dengan cara menyiapkan siswa dan menuntut tanggung jawab siswa.
4)      memberi petunuk yang jelas.
5)      menegur secara bijaksana, yaitu secara jelas dan tegas, bukan berupa  peringatan atau ocehan, serta membuat aturan.
6)      memberikan penguatan bila perlu.
  
b.      Keterampilan yang berhubungan dengan pengendalian kondisi belajar yang optimal.
Keterampilan ini berkaitan dengan respon guru terhadap respon negatif siswa yang berkelanjutan. Untuk mengatasi hal ini guru dapat menggunakan tiga jemis strategi yaitu : modifikasi tingkah laku, pengelolaan (proses)  kelompok, serta  menemukan dan  mengatasi perilaku siswa yang menyimpang.    
Modifikasi Tingkah Laku.  Dalam strstegi ini, ada tiga hal yang harus    dikuasai guru, yaitu: (a) mengajarkan tingkah laku yang baru yang diinginkan dengan cara memberi contoh dan bimbingan: (b) meningkatkan munculnya tingkah laku siswa yang baik dengan memberikan penguatan; (c) mengurangi munculnya tingkah laku yang kurang baik dengan memberi hukuman. Ketiga hal ini harus dilakukan guru dengan catatan bahwa: pelaksanaan dilakukan segera  setelah  perilaku terjadi dan hukuman  harus diberikan secara pribadi  dan tersendiri, hanya bila diperlukan.
               Pengelolaan/Proses Kelompok. Dalam strategi ini, kelompok dimanfaatkan dalam memecahkan masalah-masalah pengelolaan kelas yang muncul, terutama melalui diskusi. Dua hal yang perlu dilakukan guru adalah:
(a) memperlancar tugas-tugas dengan cara mengusahakan terjadinya kerjasama dan memantapkan standar serta prosedur kerja; (b) memelihara kegiatan kelompok, dengan cara memelihara dan memulihkan semangat, menangani konflik yang timbul, serta memperkecil masalah yang timbul.
                        Menemukan dan mengatasi tingkah laku yang menimbulkan masalah. Dalam strategi ini perlu ditekankan bahwa setiap tinglah laku yang keliru merupakan gejala dari suatu sebab. Untuk mengatasinya, ada berbagai teknik yang dapat diterapkan sesuai dengan hakikat tersebut, yaitu sebagai berikut: (a) pengabaian yang direncanakan; (b) campur tangan dengan isyarat; (c) mengawasi dari dekat; (d) mengakui perasaan negatif siswa; (e) mendorong kesadaran siswa untuk mengungkapkan perasaannya; (f) menjauhkan benda-benada yang bersifat mengganggu; (g) menyusun kembali program belajar; (h) menghilangkan ketegangan dengan humor; (i)
         menghilangkan penyebab gangguan.

3.  Prinsip Penggunaan
            Dalam menerapkan keterampilan mengelola kelas, perlu diingat enam prinsip berikut:
a.    Kehangatan dan keantusiasan dalam mengajar, yang dapat menciptakan iklim kelas yang menyenangkan.
b.    Menggunakan kata-kata atau tindakan yang dapat menantang siswa berfikir.
c.    Menggunakan berbagai variasi yang dapat menghilangkan kebosanan.
d.   Keluwesan guru dalam pelaksanaan tugas.
e.    Penekanan pada hal-hal yang bersifat positif.
f.     Penanaman disiplin diri sendiri.
Selanjutnya dalam mengelola kelas, guru hendaknya menghindari hal-hal berikut:
a.    Campur tangan yang berlebihan.
b.    Kelenyapan atau penghentian suatu pembicaraan/kegiatan karena ketidak siapan guru.
c.    Ketidak tepatan memulai dan mengakhiri pelajaran.
d.   Penyimpangan, terutama yang berkaitan dengan disiplin diri.
e.    Bertele-tele.
f.     Pengulangan penjelasan yang tak diperlukan

H.  Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil dan Perorangan
1. Pengertian dan Tujuan
Mengajar kelompok kecil dan perorangan, terjadi dalam konteks pengajaran klasikal. Di dalam kelas, seorang guru menghadapi banyak kelompok kecil serta banyak siswa yang masing-masing diberi kesempatan belajar secara kelompok maupun perorangan.
Penguasaan keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan memungkinkan guru mengelola kegiatan jenis ini secara efektif dan efisien serta memainkan perannya sebagai:
(1)  organisator kegiatan belajar mengajar.
(2)  sumber informasi bagi siswa.
(3)  pendorong bagi siswa untuk belajar.
(4)  penyedia materi dan kesempatan belajar bagi siswa.
(5)  pendiagnosa dan pemberi bantuan kepada siswa sesuai dengan
      kebutuhannya.
(6) Peserta kegiatan yang punya hak dan kewajiban seperti peserta lainnya.

2. Komponen Keterampilan
Pengajaran kelompok kecil dan perorangan masing-masing memerlukan keterampilan yang berkaitan dengan penanganan siswa dan penanganan tugas. Ada empat kelompok keterampilan yang perlu dikuasai oleh guru dalam kaitan hal ini, yaitu:
a.    Keterampilan mengadakan pendekatan secara pribadi, yang dapat ditunjukkan dengan cara: (1) kehangatan dan kepekaan terhadap kebutuhan siswa; (2) mendengarkan secara simpatik gagasan yang dikemukakan siswa; (3) memberikan respon positif terhadap gagasan siswa; (4) membangun hubungan saling mempercayai: (5) menunjukkan kesiapan untuk membantu siswa tanpa kecenderungan mendominasi; (6) menerima perasaan siswa dengan penuh pengertian dan keterbukaan; (7) mengen-  dalikan situasi agar siswa merasa aman.
b.    Keterampilan mengorganisasikan, yang ditampilkan dengan cara:
(1) memberi orientasi umum; (2) memvariasikan kegiatan; (3) membentuk kelompok yang tepat; (4) mengkoordinasi kegiatan; (5) membagi perhatian dalam berbagai tugas; (6) mengakhiri dengan kulminasi berupa laporan atau kesepakatan.
c.    Keterampilan membimbing dan memudahkan belajar, yang dapat ditampilkan  dalam bentuk: (1) mengembangkan supervise proses awal yang mencakup sikap tanggap terhadap keadaan siswa; (2) mengadakan supervise proses lanjut, yang berupa bantuan yang diberikan secara selektif, berupa: pelajaran tambahan bila perlu, melibatkan diri sebagai peserta diskusi, memimpin diskusi jika perlu, bertindak sebagai katalisator,  mengadakan supervisi pemaduan, dengan cara mendekati setiap kelompok/ perorangan agar mereka siap untuk mengikuti kegiatan akhir.
d.   Keterampilan merencanakan dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar, yang meliputi hal-hal berikut: (1) menetapkan tujuan pelajaran; (2)  merencanakan kegiatan belajar; (3) berperan sebagai penasihat; (4) membantu siswa menilai kemajuan sendiri.

3.  Prinsip Penggunaan
a.    Variasi pengorganisasian kelas besar, kelompok, perorangan disesuaikan       dengan tujuan yang hendak dicapai, kemampuan siswa, ketersediaan   fasilitas, waktu, serta kemampuan guru.
b.    Tidak semua topik dipelajari secara efektif dalam kelompok kecil dan per- orangan. Informasi umum sebaiknya disampaikan secara klasikal.
c.    Pengajaran kelompok kecil yang efektif selalu diakhiri dengan suatu kulminasi berupa rangkuman, pemantapan, kesepakatan, laporan, dan sebagainya.
d.   Guru perlu mengenal siswa secara perorangan (individual) agar dapat mengatur kondisi belajar dengan tepat.
e.    Dalam   kegiatan   belajar   perorangan,   siswa   dapat   bekerja secara bebas dengan menggunakan bahan yang disiapkan.
 




DAFTAR PUSTAKA

Fareid Wadjdi, Praktik Mengajar “modul Diklat Calon Widyaiswara”. Jakarta; LAN, 2005 , Pedoman Microteaching. Jakarta: UNJ; 2007

Moh. Uzer Usman. Menjadi Guru Profesional. PT. Remaja Rosdakarya Baru Bandung: 1990. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar