Kamis, 18 Desember 2014

Strategi Pembelajran ( Tipe-Tipe Pembelajaran Kooperatif)

Tipe-Tipe Pembelajaran Kooperatif
1.      TGT (Team Game Tournament)
Pembelajaran Kooperatif sangat beragam jenisnya. Salah satunya adalah model pembelajaran TGT (Teams Games Tournament). Menurut Kurniasari (2006), model pembelajaran TGT merupakan model pembelajaran kooperatif dengan membentuk kelompok-kelompok kecil dalam kelas yang terdiri atas 3-5 siswa yang heterogen, baik dalam hal akademik, jenis kelamin, ras, maupun etnis. Inti dari model ini adalah adanya game dan turnamen akademik.
Menurut Slavin (2001:166-167), langkah-langkah model pembelajaran TGT ada lima tahap, yaitu: tahap presentasi di kelas, tim, game, turnamen, dan rekognisi tim. Uraian selengkapnya sebagai berikut:
Presentasi di kelas
Penyajian materi dalam TGT diperkenalkan melalui presentasi kelas. Presentasi kelas dilakukan oleh guru pada saat awal pembelajaran. Selain menyajikan materi, pada tahap ini guru juga menyampaikan tujuan, tugas, atau kegiatan yang harus dilakukan siswa, serta memberikan motivasi.
Pada saat penyajian materi, siswa harus benar-benar memperhatikan serta berusaha untuk memahami materi sebaik mungkin, karena akan membantu siswa bekerja lebih baik pada saat kerja kelompok, game dan saat turnamen akademik. Selain itu, siswa dituntut berpartisipasi aktif dalam pembelajaran seperti mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan yang diajukan guru, dan mempresentasikan jawaban di depan kelas.

Tim/kelompok
Setelah penyajian materi oleh guru, siswa kemudian berkumpul berdasarkan kelompok yang sudah dibagi guru. Setiap tim atau kelompok terdiri dari 3 sampai 5 siswa yang anggotanya heterogen. Guru kemudian memberikan LKS untuk dikerjakan. Siswa lalu mencocokkan jawabannya dengan jawaban teman sekelompok. Bila ada siswa yang mengajukan pertanyaan, teman sekelompoknya bertanggung jawab untuk menjawab dan menjelaskan pertanyaan tersebut. Apabila teman sekelompoknya tidak ada yang bisa menjawabnya, maka pertanyaan tersebut bisa diajukan kepada guru.


Game (permainan)
Apabila siswa telah selesai mengerjakan LKS bersama anggota kelompoknya, tugas siswa selanjutnya adalah melakukan game. Game dimainkan oleh perwakilan dari tiap-tiap kelompok pada meja yang telah dipersiapkan. Di meja tersebut terdapat kartu bernomor yang berhubungan dengan nomor pertanyaan-pertanyaan pada lembar permainan yang harus dikerjakan peserta. Siswa yang tidak bermain juga berkewajiban mengerjakan soal-soal game beserta teman sekelompoknya.

Tournament (turnamen)
Turnamen biasanya dilakukan tiap akhir pekan atau akhir subbab. Turnamen diikuti oleh semua siswa. Tiap-tiap siswa akan ditempatkan di meja turnamen dengan siswa dari kelompok lain yang kemampuan akademiknya setara. Jadi, dalam satu meja turnamen akan diisi oleh siswa-siswa homogen (kemampuan setara) yang berasal dari kelompok yang berbeda.
Setelah siswa ditempatkan dalam meja turnamen, maka turnamen dimulai dengan memperhatikan aturan-aturannya. Aturan-aturan turnamen TGT yaitu:

(1)     cara memulai permainan
Untuk memulai permainan, terlebih dahulu ditentukan pembaca pertama. Cara menentukan siswa yang menjadi pembaca pertama adalah dengan menarik kartu bernomor. Siswa yang menarik nomor tertinggi adalah pembaca pertama.
(2)     Kocok dan ambil kartu bernomor dan carilah soal yang berhubungan dengan nomor tersebut pada lembar permainan.
(3)     Tantang atau lewati
Apabila penantang I berniat menantang jawaban pembaca, maka penantang I memberikan jawaban yang berbeda dengan jawaban pembaca. Jika penantang I  melewatinya, penantang II boleh menantang atau melewatinya pula. Begitu seterusnya sampai semua penantang menentukan akan menantang atau melewati.
(4)     Memulai putaran selanjutnya
Untuk memulai putaran selanjutnya, semua posisi bergeser satu posisi kekiri. Siswa yang tadinya menjadi penantang I berganti posisi menjadi pembaca, penantang II menjadi penantang I, dan pembaca menjadi penantang yang terakhir. Setelah itu, turnamen berlanjut sampai kartu habis atau sampai waktu yang ditentukan guru.
(5)     Perhitungan poin
            Apabila turnamen telah berakhir, siswa mencatat nomor yang telah meraka menangkan pada lembar skor permainan. Pemberian poin turnamen selanjutnya dilakukan oleh guru.

Rekognisi tim (penghargaan tim)
Penghargaan kelompok diberikan berdasarkan rerata skor kelompok. Penghargaan kelompok diberikan sesuai kriteria berikut.
Kriteria (rata-rata tim)
Penghargaan
40
45
50
Tim baik
Tim sangat baik
Tim super

2.      TPS (Think Pairs Share)

Model pembelajaran Think-Pairs-Share dikembangkan oleh Frank Lyman dan kawan-kawan dari Universitas Maryland tahun 1985. Think-Pairs-Share merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif sederhana yang memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang lain. Keunggulan model pembelajaran ini, yaitu mampu mengoptimalkan partisipasi siswa (Lie, 2004:57).
Adapun langkah-langkah dalam pembelajaran Think-Pairs-Share adalah:
1.  Guru membagi siswa dalam kelompok berempat dan memberikan tugas kepada semua    kelompok.
2.  Setiap siswa memikirkan dan mengerjakan tugas sendiri.
3.  Siswa berpasangan dengan salah satu rekan dalam kelompok dan berdiskusi dengan pasangannya.
4.  Kedua pasangan bertemu kembali dalam kelompok berempat. Siswa berkesempatan  untuk membagikan hasil kerjanya kepada kelompok berempat (Lie, 2004:58).
Think-Paire-Share memiliki prosedur yang ditetapkan secara eksplisit untuk memberi siswa waktu lebih banyak untuk berpikir, menjawab, dan saling membantu (Nurhadi dkk, 2003:66). Setelah guru menyajikan suatu topik atau setelah siswa membaca suatu tugas, selanjutnya guru meminta siswa untuk memikirkan permasalahan yang ada dalam topik atau bacaan tersebut. Dalam model ini siswa memikirkan suatu topik, berpasangan dengan siswa lain dan mendiskusikannya, kemudian berbagi ide dengan seluruh kelas.
Tahap utama dalam pembelajaran Think-Pairs-Share menurut Ibrahim (2000:26-27) adalah sebagai berikut:
Tahap 1. Thinking (berpikir)
Guru mengajukan pertanyaan yang berhubungan dengan materi pelajaran. Kemudian siswa diminta memikirkan pertanyaan atau isu tersebut secara mandiri untuk beberapa saat.
Tahap 2. Pairing (berpasangan)
Guru meminta siswa berpasangan dengan siswa lain untuk mendiskusikan apa yang telah dipikirkannya pada tahap pertama. Dalam tahap ini, setiap anggota pada kelompok membandingkan jawaban atau hasil pemikiran mereka dengan merumuskan jawaban yang dianggap paling benar atau paling meyakinkan.
Tahap 3. Sharing (berbagi)
Pada tahap akhir, guru meminta kepada pasangan untuk berbagi dengan seluruh kelas tentang apa yang telah mereka bicarakan, keterampilan berbagi dalam seluruh kelas dapat dilakukan dengan menunjuk pasangan yang secara sukarela bersedia melapirkan hasil kerja kelompoknya atau bergiliran dengan pasangan hingga sekitar seperempat pasangan telah mendapat kesempatan untuk melaporkan.
Ø  Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe TPS adalah:
a.       Memungkinkan siswa untuk merumuskan dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan mengenai materi yang diajarkan karena secara tidak langsung memperoleh contoh pertanyaan yang diajukan oleh guru, serta memperoleh kesempatan untuk memikirkan materi yang diajarkan.
b.      Siswa akan terlatih menerapkan konsep karena bertukar pendapat dan pemikiran dengan temannya untuk mendapatkan kesepakatan dalam memecahkan masalah.
c.       Siswa lebih aktif dalam pembelajaran karena menyelesaikan tugasnya dalam kelompok, dimana tiap kelompok hanya terdiri dari 2 orang.
d.      Siswa memperoleh kesempatan untuk mempersentasikan hasil diskusinya dengan seluruh siswa sehingga ide yang ada menyebar.
e.       Memungkinkan guru untuk lebih banyak memantau siswa dalam proses pembelajaran (Hartina, 2008: 12).
Adapun kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe TPS adalah sangat sulit diterapkan di sekolah yang rata-rata kemampuan siswanya rendah dan waktu yang terbatas, sedangkan jumlah kelompok yang terbentuk banyak (Hartina, 2008: 12). Menurut Lie (2005: 46), kekurangan dari kelompok berpasangan (kelompok yang terdiri dari 2 orang siswa) adalah:
1.Banyak kelompok yang melapor dan perlu dimonitor
2. Lebih sedikit ide yang muncul, dan
3. Tidak ada penengah jika terjadi perselisihan dalam kelompok.

3.      Snowball Throwing (Melempar Bola Salju)

a)          Pengertian model pembelajaran Snowball Throwing

Snowball secara etimologi berarti bola salju, sedangkan throwing artinya melempar. Snowball Throwing secara keseluruhan dapat diartikan melempar bola salju. Menurut Saminanto, metode pembelajaran Snowball Throwing disebut juga metode pembelajaran gelundungan bola salju. Metode pembelajaran ini melatih siswa untuk lebih tanggap menerima pesan dari siswa lain dalam bentuk bola salju yang terbuat dari kertas, dan menyampaikan pesan tersebut kepada temannya dalam satu kelompok. Sedangkan  menurut Kisworo metode pembelajaran snowball throwing adalah suatu metode pembelajaran yang diawali dengan pembentukan kelompok yang diwakili ketua kelompok untuk mendapat tugas dari guru kemudian masing-masing siswa membuat pertanyaan yang dibentuk seperti bola (kertas pertanyaan) lalu dilempar ke siswa lain yang masing-masing siswa menjawab pertanyaan dari bola yang diperoleh.

b)          Langkah-langkah pelaksanaan Snowball Throwing
Menurut Suprijono dan Saminanto, langkah-langkah pembelajaran model  pembelajaran snowball throwing adalah:
1)    Guru menyampaikan materi yang akan disajikan dan KD yang ingin dicapai.
2) Guru membentuk siswa berkelompok, lalu memanggil masing-masing ketua   kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi.
3) Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing, kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada temannya.     
4)  Kemudian masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas kerja, untuk menuliskan satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok.
5)    Kemudian kertas yang berisi pertanyaan tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu siswa ke siswa yang lain selama ± 5 menit.
6)   Setelah siswa dapat satu bola/satu pertanyaan diberikan kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian.
7)    Evaluasi. 
8)   Penutup.

c)      Kelebihan dan kelemahan model pembelajaran Snowball Throwing
Ø  Kelebihan model pembelajaran Snowball Throwing adalah
1. Suasana pembelajaran menjadi menyenangkan karena siswa seperti bermain dengan melempar bola kertas kepada siswa lain.
2. Siswa mendapat kesempatan untuk mengembangkan kemampuan berpikir karena diberikesempatan utk membuat soal dan diberikan pada siswa lain.
3.  Membuat siswa siap dengan berbagai kemungkinan karena siswa tidak tahu soal yang dibuat temannya seperti apa.
4.   Siswa terlibat aktif dalam pembelajaran.
5.   Pendidik tidak terlalu repot membuat media karena siswa terjun langsung dalam praktek.
6.    Pembelajaran menjadi lebih efektif.
7.   Ketiga aspek yaitu aspek koknitif, afektif dan psikomotor dapat tercapai.

Ø  Kelemahan model pembelajaran Snowball Throwing adalah
1.    Sangat  bergantung  pada kemampuan siswa  dalam memahami materi sehingga apa yang dikuasai siswa hanya sedikit. Hal ini dapat dilihat dari soal yang dibuat siswa biasanya hanya seputar materi yang sudah dijelaskan atau seperti contoh soal yang telah diberikan.
2. Ketua kelompok yang  tidak  mampu  menjelaskan  dengan  baik  tentu  menjadi  penghambat bagi anggota lain untuk  memahami  materi sehingga diperlukan waktu yang  tidak  sedikit  untuk siswa mendiskusikan materi pelajaran.
3. Tidak ada kuis individu maupun penghargaan kelompok sehingga siswa saat berkelompok kurang  termotivasi untuk bekerjasama. tapi tidak menutup kemungkinan bagi guru untuk menambahkan pemberiaan kuis individu dan penghargaan kelompok.
4.   Memerlukan waktu yang panjang.
5.    Murid yang nakal cenderung untuk berbuat onar.
6.    Kelas sering kali gaduh karena kelompok dibuat oleh murid.
(http://ModelPembelajaranSnowball-Throwing-ArdhaSite's.htm) diakses pada tanggal 06/10/2014 18:50


4.      Talking Stick

a)       Pengertian Model Pembelajaran Talking Stick
Model pembelajaran Talking Stik adalah suatu model pembelajaran kelompok dengan bantuan tongkat, kelompok yang memegang tongkat terlebih dahulu wajib menjawab pertanyaan dari guru setelah siswa mempelajari materi pokoknya, selanjutnya kegiatan tersebut diulang terus-menerus sampai semua kelompok mendapat giliran untuk menjawab pertanyaan dari guru.
Dalam penerapan model pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Stik ini, guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok dengan anggota 5 atau 6 orang yang heterogen. Kelompok dibentuk dengan mempertimbangkan keakraban, persahabatan atau minat, yang dalam topik selanjutnya menyiapkan dan mempersentasekan laporannya kepada seluruh kelas.

b)      Langkah-langkah Model Pembelajaran Talking Stick
Adapun Langkah-langkah Model Pembelajaran Talking Stick adalah sebagi berikut :
1)  Guru menyiapkan sebuah tongkat yang panjangnya 20 cm.
2) Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari,kemudian memberikan    kesempatan para kelompok untuk membaca dan mempelajari materi pelajaran.
3) Siswa berdiskusi membahas masalah yang terdapat di dalam wacana.
4) Setelah siswa selesai membaca materi pelajaran dan mempelajari isinya, guru mempersilahkan siswa untuk menutup isi bacaan.
5) Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada salah satu siswa, setelah itu guru memberikan pertanyaan dan siswa yang memegang tongkat tersebut harus menjawabnya, demikian sampai sebagian besar siswa mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru.
6) Guru memberikan kesimpulan.
7) Guru memberikan evaluasi/penilaian.
8) Guru menutup pembelajaran.
c)      Kelebihan dan kekurangan Model pembelajaran Talking Stick
Adapun kelebihan model pembelajaran Talking Stick adalah sebagai berikut :
1) Menguji kesiapan siswa.
2) Melatih membaca dan memahami dengan cepat.
3) Agar lebih giat dalam belajar.

Sedangkan kekurangannya model pembelajaran Talking Stick adalah sebagai berikut :
1) Membuat siswa senam jantung.
(http://ModelPembelajaranTalkingStick-Jaul's-MobileBlog(AndroidFullDownload) ACEH.htm ) diakses pada tanggal 06/10/2014 18:58



DAFTAR PUSTAKA

Ardha.2014.Model Pembelajaran Snowball Throwing.(http://ModelPembelajaranSnowball-Throwing-ArdhaSite's.htm)
Anonim.2014.Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT(Teams Games Tournament) (http://ModelPembelajaranKooperatifTipe­TGT(Teams-Games-Tournament).htm)
Anonim.2014.Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pairs Share. (http://ModelPembelajaranKooperatif_TipeThink-Pairs-ShareTuan-Guru.htm)
Anonim.2014.Model Pembelajaran Talking Stick.(http://ModelPembelajaranTalkingStick-Jaul's-MobileBlog(AndroidFullDownload) ACEH.htm )





Tugas
“Strategi Pembelajaran”
Tipe-Tipe Pembelajaran Kooperatif
(TGT,TPS,Snowball Throwing,Talking Stick)






Oleh :

    NAMA                     : RAHMA SARI PUTRI
    STAMBUK              : A1C1 13 048
    PROGRAM STUDI : PENDIDIKAN MATEMATIKA



FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI

2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar