BAB
I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Dewasa
ini, kita sudah tidak asing mendengar tentang belajar dan pembelajaran.Tentu
saja, karena kegiatan itu telah kita alami pada jenjang pendidikan baik itu di
jenjang SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi. Dalam kelas terdapat murid yang
akan mengikuti pembelajaran dari guru. Tidak akan terjadi komunikasi timbal
balik apabila tidak terdapat murid dan guru dalam lingkungan belajar.
Lingkungan
belajar sendiri, tidak hanya mengacu pada kegiatan dalam kelas saja.Melainkan
dapat dimana saja selama dapat terjadi suatu komunikasi antara guru sebagai
pengajar dan murid sebagai pelajar.
Proses
pembelajaran akan efektif, teratur, dan dinamis maka maka guru memerlukan
panduan sebagai titik acuan dalam pengajaran yaitu kurikulum dalam pendidikan.
Dimana kurikulum tersebut terdapat prinsip-prinsip pengembangan
kurikulum.Dengan guru memahami prinsip-prinsip dalam pengembangan kurikulum maka
guru menerapkan tujuan dan konsep sesuai yang telah didapatkan.Sehingga, konsep
dan teori tentang pengembangan kurikulum harus dimiliki oleh para guru.
B.
RUMUSAN
MASALAH
1.
Bagaimana
memahami konsep dan kedudukan kurikulum dalam pendidikan?
2.
Bagaimana
memahami landasan tingkatan dalam pengembangan kurikulum ?
3.
Bagaimana
memahami model pengembangan muatan lokal ?
C.
TUJUAN
-
Dapat
memahami konsep dan kedudukan kurikulum dalam pendidikan.
-
Dapat
memahami landasan tingkatan dalam pengembangan kurikulum.
-
Dapat
memahami model pengembangan muatan lokal.
BAB
II
PEMBAHASAN
DASAR-DASAR
PENGEMBANGAN KURIKULUM
A.
PENGERTIAN
DAN KEDUDUKAN KURIKULUM DALAM PENDIDIKAN
Perkataan
kurikulum mulai dikenal sebagai suatu istilah dalam dunia pendidikan sejak
kurang lebih satu abad yang lampau. Istilah kurikulum muncul untuk pertama
kalinya di dalam kamus Webster tahum 1856. Pada tahun itu
penggunaan kurikulum dipakai dalam bidang olahraga, yakni suatu alat yang
membawa seseorang dari star sampai finish. Baru pada tahun 1955 istilah
kurikulum dipakai dalam bidang pendidikan dengan arti sejumlah mata pelajaran
pada perguruan tinggi. Di dalam kamus Webster
kurikulum diartikan dalam dua macam, yaitu ;
1)
Sejumlah
mata pelajaran yang harus ditempuh atau dipelajari murid di sekolah atau perguruan
tinggi untuk memperoleh ijazah tertentu.
2)
Sejumlah
mata pelajaran yang ditawarkan oleh suatu lembaga pendidikan atau suatu
departemen.
Bila
ditelusuri ternyata istilah kurikulum mempunyai beberapa macam arti, yaitu:
1)
Kurikulum
diartikan sebagai rencana pembelajaran.
2)
Kurikulum
diartikan sebagai pengalaman belajar yang diperoleh murid dari sekolah.
3)
Kurikulum
diartikan sebagai rencana belajar murid.
Menurut pandangan
tradisional, sejumlah pelajaran yang harus ditempuh murid di suatu sekolah
itulah yang merupakan kurikulum, sehingga :
Komponen
tujuan,
yaitu arah atau sasaran yang hendak di tuju oleh proses penyelenggaraan
pendidikan. Dalam setiap kegiatan sepatutnya mempunyai tujuan, karena tujuan
menuntun kepada apa yang hendak dicapai atau sebagai gambaran tentang hasil
akhir dari suatu kegiatan.
Isi
kurikulum,
yaitu pengalaman belajar yang diperoleh murid dari sekolah.Dalam hal ini murid
melakukan berbagai kegiatan dalam rangka memperoleh pengalaman belajar
tersebut. Pengalaman-pengalaman tersebut dirancang dan diorganisasikan
sedemikian rupa sehingga apa yang diperoleh murid sesuai dengan tujuan.
Ada beberapa kendala yang sering menyebabkan
kegagalan dalam pelaksanaan kurikulum di sekolah, yakni guru dalam proses
belajar mengajar hanya menyampaikan materi yang bersifat fakta, tidak bersifat
prinsipal. Misalnya dalam pelajaran matematika, murid hanya mempelajari tentang
langkah-langkah dalam memecahkan soal.Sedangkan prinsip umum yng berlaku bagi
sesuatu bahan tidak diberikan.Memang tidak mudah menentukan mana yang prinsip,
mana yang bersifat fakta.Untuk itu, dalam menentukan isi kurikulum diperlukan
keahlian seseorang dalam sesuatu bidang atau mata pelajaran tertentu.Dengan
keahlian itulah dapat dikaji struktur bahan yang menjadi isi kurikulum.Dalam hal
ini tentunya dibutuhkan seorang guru yang berkompetensi.
Metode
atau Proses Belajar Mengajar, yaitu cara murid memperoleh pengalaman belajar
untuk mencapai tujuan. Metode kurikulum berkenaan dengan proses pencapaian
tujuan sedangkan proses itu sendiri bertalian dengan bagaimana pengalaman
belajar atau isi kurikulum diorganisasikan.
Kriteria
dalam merumuskan organisasi kurikulum yang efektif menurut Tyler adalah :
1)
Berkesinambungan
(continuity)
2)
Berurutan
(seqanuence)
3)
Keterpaduan
(integration)
1)
Berkesinambungan,
yaitu adanya pengulangan kembali unsur-unsur utama kurikulum secara vertical.
2)
Berurutan,
yaitu isi kurikulum diorganisasi dengan cara mengurutkan bahan pelajaran sesuai
dengan tingkat kedalaman atau keluasan yang dimiliki.
3)
Keterpaduan,
yaitu adanya penggabungan yang menunjukkan kepada hubungan horizontal
pengalaman belajar yang menjadi isi kurikulum, sehingga dapat membantu murid
memperolah pengalaman itu dalam suatu kesatuan.
Evaluasi kurikulum yaitu cara untuk mengetahui
apakah sasaran yang harus dituju dapat tercapai atau tidak. Di samping itu
evaluasi juga berguna untuk menilai apakah proses kurikulum berjalan secara
optimal atau tidak.
Evaluasi kurilkulum harus dilakukan secara
terus-menerus. Untuk itu, terlebih dahulu perlu ditetapkansecara jelas apa yang
akan dievaluasi, dengan menggunakan acuan dan kriteria yang jelas pula.
Sehubungan dengan itu, perlu ditetapkan dua sasaran utama dalam mengevaluasi,
yaitu :
1)
Evaluasi
terhadap hasil (produk) kurikulum.
2)
Evaluasi
terhadap proses kurikulum.
Evakuasi produk menilai sampai sejauh mana
keberhasilan kurikulum mencapai tujuan-tujuannya. Dengan perkataan lain
penilaian didasarkan atas keberhasilan mencapai tujuan/hasil yang diharapkan. Sedangkan
evaluasi proses menilai apakah proses itu berjalan secara optimal, sehingga
memungkinkan tercapainya tujuan. Kedua macam evaluasi ini sangat penting dalam
rangka melakukan kembali (revisi) terhadap pelaksanaan kurikulum, sehingga
mencapai hasil yang optimal.
Fungsi
Kurikulum Bagi Guru
Kurikulum resmi sebenarnya merupakan sesuatu yang
diadealisasikan atau di diam-diamkan.Setiap keinginan adakalanya dapat
tercapai, adakalanya tidak tercapai.Tergantung pada upaya mewujudkan keinginan
itu.
Orang yang bertanggung jawab langsung dalam upaya
mewujudkan apa yang tertuang dalam kurikulum resmi adalah guru. Hal ini
disebabkan guru merupakan orang yang bertujuan untuk melaksanakannya serta
memerlukan suatu pedoman sebelum proses belajae mengajar berlangsung. Oleh
karena itu, dengan adanya kurikulum resmi seorang guru diharapkan dapat
merumuskan bahan dengan sesuai apa yang telah diprogramkan. Dengan demikian,
fungsi kurikulum ialah sebagai pedoman bagi guru dalam melaksanakan tugasnya
sehari-haridi sekolah.
Kurikulum
dan Buku Teks
Ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa
kurikulum lebih dahulu daripada buku teks.Dan buku dianggap sebagai sarana
penunjang bagi kurikulum tersebut.Walaupun begitu, tidaklah tertutup sama
sekali bahwa kurikulm lahir berdasarkan adanya buku yang diaanggap relative
baik untuk dituruti atau diprogramkan dengan bersistem. Pada hakikatnay,
kurikulum adalah untuk mencapai tujuan pendidikan.Sedangkan, buku teks adalah
sarana belajar yang biasa digunakan di sekolah-sekolah untuk menunjang suatu
program pengajaran.Dengan demikian, kurikulum dan buku teks keberadaannya
selalu berdekatan dan berkaitan. Atau dengan kata lain, kurikulum itu ibarat
masakan dan buku teks adalah bahan-bahan yang dilakukan untuk mengolah masakan
tersebut. Dalam hal ini pengolahan atau juru masaknya adalah guru.
Cara
Mengembangkan Kurikulum
Langkah-langkah
yang dapat dilakukan dalam pengembangan kurikuum tersebut, yaitu sebagai
berikut:
1)
Menentukan
tujuan. Rumusan tujuan dibuat berdasarkan analisis terhadap berbagai tuntutan
kebutuhan dan harapan. Oleh karena itu, tujuan tersebut dibuat dengan
mempertimbangkan faktor-faktor kebutuhan masyarakat, maupun murid, seperti
kebutuhan masyarakat dan murid di daerah pedesaan.
2)
Menentukan
isi. Isi kurikulum merupakan materi yang akan diberikan kepada murid selama
mengikuti proses pendidikanatau proses belajar mengajar. Materi ini dapat
berupa mata-mata pelajaran ataupun masalah-masalah yang berhubungan dengan
kehidupan, yang perlu dipelajari untuk mencapai tujuan.
3)
Merumuskan
kegiatan belajar mengajar. Hal ini mencakup penentuan metode dan keseluruhan
proses belajar mengajar yang diperlukan untuk mencapai tujuan.
4)
Mengadakan
evaluasi. Evaluasi banyak bergantung kepada tujuan yang hendak dicapai. Hal itu
sangat penting dalam rangka untuk menghasilkan balikan (feedback) untuk
mengadakan perbaikan.
B.
LANDASAN
DAN TINGKATAN DALAM PENGEMBANGAN KURIKULUM
Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum
Pada umumnya, dalam membina kurikulum kita dapat
berpegang pada asas-asas berikut:
1)
Asas
Filosofis; filsafat dan tujuan pendidikan
2)
Asas
psikologis;
a.
Psikologi
belajar
b.
Psikologi
anak
3)
Asas
sosiologi; masyarakat
4)
Asas
organisateris; bentuk dan organisasi kurikulum.
1)
Asas
filosofis
Asas ini berkenaan dengan system nilai.System nilai
merupakan pandangan seseorang tentang sesuatu terutama berkenaan dengan arti
kehidupan.Pandangan ini lahir dari kajian seseorangterhadap suatu masalah, atau
norma-norma agama dan social yang dianutnya.Perbedaan pendapat dapat
menyebabkan timbulnya perbedaan arah pendidikan yang diberikan pada murid.
Untuk dapat melaksanakan pendidikan yang
berlandaskan kepada filsafat yang dianut, seorang guru harus merinci arti
pandangannya itu dalam suatu rumusan perbuatan yang jelas. Kejelasan ini dapat
menentukan kearah apa yang patut dilakukan dalam proses pendidikan.
Oleh karena itu, wajar apabila kurikulum senantiasa
bertalian erat dengan filsafat pendidikan, karena filsafat menentukan tujuan
yang hendak dicapai dengan alat yang disebut kurikulum.
2)
Asas
psikologis
Asas ini berkenaan dengan perilaku manusia.Sehubungan
dengan pengembangan kurikulum dan pengajaran, perilaku manusia yang menjadi
landasan dengan psikologi belajar dan psikologi anak. Hal ini meliputi
teori-teori yang berhubungan dengan individu dalam proses belajar serta
perkembangannya.
Teori yang kita anut mengenai perkembangan anak dan
proses belajar dapat turut menentukan bahan pelajaran yang disajikan, juga
metode mengajarkannya seperti penyusunan bahan pelajaran yang konkret ke yang
lebih abstrak, dan sebagainya. Sedangkan dalam psikologi anak, sekolah diberi
wewenang untuk memberi situasi-situasi belajar kepada anak-anak agar mereka
dapat mengembangkan bakatnya.Oleh karena itu, sudah sewajarnyalah anak itu
sendiri merupakan factor yang tak dapat diabaikan dalam pengembangan kurikulum.
3)
Asas
sosiologis
Asas ini berkenaan dengan penyampaian kebudayaan,
proses sosialisasi individu, dan rekonstruksi masyarakat. Dalam membina
kurikulum, kita seringkali menemui kesulitan tentang kesulitan-kesulitan
kebudayaan mana yang patut disampaikan serta kea rah mana proses sosialisasi
tersebut ingin direkontruksi sesuai dengan tuntutan masyarakat.
Landasan social budaya ternyata tidak hanya semata-mata digunakan dalam
mengembangkan kurikulum pada tingkat nasional, melainkan juga bagi guru dalam
pembinaan kurikulum tingkat sekolah atau bahkan tingkat pengajaran. Terutama
dalam menghadapi situasi pendidikan dewasa ini, di mana tuntutan masyarakat
akan hasil pendidikan lebih tinggi. Dengan demikian, masyarakat lebih
menginginkan agar hasil pendidikan lebih baik.
4)
Asas
organisatoris
Asas ini berkenaan dengan organisasi kurikulum.
Dilihat dari organisasinya, ada tiga kemungkinan tipe/bentuk kurikulum:
a.
Kurikulum
yang berisi sejumlah mata pelajaran yang terpisah-pisah
b.
Kurikulum
yang berisi sejumlah mata pelajaran yang sejenis dihubung-hubungkan
c.
Kurikulum
yang terdiri dari peleburan semua/hampir semua mata pelajaran
Prinsip-Prinsip
yang Dianut dalam Pengembangan Kurikulum
a)
Berorientasi
pada tujuan, kurikulum dikembangkan untuk mencapai tujuan-tujuan yang
dirumuskan secara jelas.
b)
Kontuinitas,
kurikulum berbagai tingkat kelas dan jenjang pendidikan disisn secara
berkesinambungan.
c)
Fleksibilitas,
disamping berisi program yang berlaku untuk semua anak, terdapat pula
kesempatan bagi anak mengambil program-program pilihan.
d)
Integritas,
kurikulum hendaknya memperhatikan hubungan antara berbagai program pendidikan
dalam langkah pembentukan kepribadian yang terpakai.
Tingkatan
dalam Pengembangan Kurikulum
1)
Pengembangan
Tingkat Instusional
Pengembangankurikulum
pada tingkat konstisional meliputi kegiatan pengembangan tujuan-tujuan
institusional dan struktur program.Dengan pengembangan tujuan konstitusional
dimaksudkan adalah pengembangan tujuan lembaga pendidikan yang bersangkutan,
misalnya tujuan pendidikan dasar. Dengan pengembangan struktur program yang
dimaksud ialah pengembangan jenis-jenis program pendidikan (program inti,
program pilihan), jenis-jenis mata pelajaran bidang studi, sembarang
masing-masing bidang studi pada berbagai tingkat kelas, dan alokasi waktu untuk
setiap bidang studi.
2)
Pengembangan
Tingkat Bidang Studi Mata Pelajaran
Beberapa langkah yang dapat ditempuh dalam
pengembangan tingkat bidang studi mata pelajaran :
a)
Menerapkan
tujuan-tujuan kurikuler dan tujuan instruksional umum pada tiap bidang studi.
b)
Mengidentifikasi
topic-topik atau pokok bahasan yang diperkirakan menjadi bahan untuk dipelajari
oleh murid agar yang telah dirumuskan akan tercapai. Cara mengidentifikasi
topic-topik yang hendak dijadikan bahan adalah;
-
Menganilisis
setiap tujuan dari topic pelajaran yang akan diberikan.
-
Mengedintifikasikan
topic yang kira-kira dapat dijadikan bahan untuk mencapai tujuan.
c)
Memilih
topic-topik yang paling relevan, fungsional, efektif dan komprehensif bagi
pencapaian tujuan yang telah diidentifikasi.
d)
Menetapkan
metode dan sumber belajar untuk tiap kelompok pokok bahasan.
3)
Pengembangan
Tingkat Operasional Kelas
Dalam proses pengembangan ini akan terlihat betapa
penguasaan terhadap konsep-konsep dan generalisasi atau prinsip yang terdapat
di dalam bidang studi sangat diperlukan. Uraian tentang pengembangan tingkat
operasional kelas lebih ditekankan kepada usaha guru dalam mengembangkan lebih
lanjut garis-garis besar program pengajaran (GBPP) .
C.
PENGEMBANGAN
BAHAN PELAJARAN MUATAN LOKAL
Dalam pengembangan bahan ajar tentang muatan lokal,
ada 3 pola yang terkait dengan mata pelajaran ini. Yaitu sebagai berikut:
Lingkungan Alam, adalah limgkungan
hidup dan tidak hidup yang mencakup komponen binatang dan tanaman beserta
dengan tempat tinggalnya dan hubungan timbal balik antar komponen tersebut.
Jadi dalam lingkungan alam terdapat ekosistem antara lain, kolam, tambak,
sungai, hutan, tanah kebun, lapangan rumput, sawah, keindahan alam, beserta
isinya.
Lingkungan sosial, adalah lingkungan yang
mencakup hubungan timbal balik (interaksi) antara manusia satu dengan lainnya
sesuai dengan peraturan-peraturan yang berlaku di lingkungan tersebut. Contoh;
interaksi antarmanusia yang terdapat dalam lingkungan sekolah, lingkungan
desa/kelurahan, Rukun Tetangga, Rukun Warga, dan lembaga-lembaga formal
seperti: Koperasi Unit Desa, Puskesmas, dan posyandu, serta lembaga-lembaga
informal seperti: Subak di Bali dan sejenisnya.
Lingkungan budaya, adalah lingkungan
yang mencakup segenap unsur budaya yang dimiliki masyarakat di suatu daerah
tertentu.Termasuk di dalamnya kepercayaan, kebiasaan-kebiasaan, adat istiadat,
aturan-aturan yang umumnya tidak tertulis (seperti; tata karma dan tata cara
pergaulan dengan orang tua sendiri maupun dengan orang lain yang usianya lebih
tua, teman sebaya, dan tetangga), nilai-nilai, serta penampilan
perlambang-perlambang yang menyatakan perasaan, yang antara lain terdapat dalam
upacara adat/tradisional, bahasa daerah (sastra, tutur kata, dan rasa bahasa
daerah), dan kesenian daerah(termasuk tari-tarian daerah).
Keterpaduan ketiga pola tersebut pada hakikatnya
membentuk suatu kehidupan yang memiliki ciri tertentu yang dinamakan pola kehidupan.Jadi, pola kehidupan
masyarakat mencakup interaksi antar anggota masyarakat berkenaan dengan
kehidupan mereka sehari-hari.Pada kenyataannya, pola kehidupan satu masyarakat
dapat berbeda dengan masyarakat lain. Ini disebabkan oleh kondisi lingkungan
alamnya dan sejarah perkembangan budayanya.
1)
Muatan
Lokal dan Kurikulum Sekolah Dasar
Muatan
lokal adalah salah satu dari banyak program pendidikan yang mengandung
unsur-unsur lingkungan alam, lingkungan social, dan lingkungan budaya yang khas
daerah, yang keseluruhannya dipelajari dan dikuasai secara mantap oleh murid di
daerah tersebut.
Muatan Lokal sebagai
Komponen Kurikulum
Peraturan Pemerintah RI no.28 Tahun 1990 tentang
Pendidikan Dasar pasal 14 ayat (3)
menyebutkan bahwa:
“satuan
pendidikan dasar dapat menambah mata pelajaran sesuai dengan keadaan lingkungan
dan ciri khas satuan pendidikan yang bersangkutan dengan tidak mengurangi
kurikulum yang secara nasional dan tidak menyimpang dari tujuan pendidikan
nasional.”
Sedangkan, pasal 14 ayat (4) menyebutkan bahwa ;
“Satuan
pendidikan dasar dapat menjabarkan dan menambah bahan kajian dari mata
pelajaran sesuai dengan kebutuhan setempat.”
Jadi, dilihat dari komponen kurikulum, muatan lokal
merupakan isi kurikulum, yaitu dari suatu bahan kajian dari mata pelajaran yang
sesuai keadaan dan kebutuhan lingkungan setempat.Misalnya, di daerah yang
berpola kehidupan perkebunan, bahan kajian yang dianggap penting untuk sekolah
dasar adalah pengelolaan kedelai dan manfaatnya bagi kehidupan, dan masih
banyak lagi contoh lainnya.
Untuk dapat mempelajari dan mengembangkan muatan
lokal diperlukan sumber bacaan atau narasumber yang memahami bahan kajiannya.Sumber
bacaan yang di tulis oleh orang ahli dan narasumber yang berasal dari daerah
serta sumber belajar lainnya yang ada atau tersedia di lingkungan sekitar
merupakan media penyampaian bahan muatan lokal.Krena itu, dipandang dari
komponen kurikulum, muatan lokal dapat berupa isi kurikulum dan media
penyampaian.
Kedudukan
Muatan Lokal dalam Kurikulum
Muatan lokal dalam kurikulum dapat
merupakan mata pelajaran yang berdiri sendiri atau bahan kajian suatu mata
pelajaran yang telah ada.Sebagai mata pelajaran yang berdiri sendiri, muatan
lokal mempunyai alokasi waktu tersendiri. Tetapi sebagai bahan kajian mata
pelajaran, muatan lokal dapat sebagai tambahan bahan kajian dari mata pelajaran
yang telah ada atau disampaikan secara terpadu dengan bahan kajian lain yang
telah ada. Karena itu, untuk muatan lokal dapat dan tidak dapat diberikan
alokasi waktu tersendiri.Sebagai bahan kajian tambahan dari bahan kajian yang
telah ada atau sebagai satu atau lebih pokok bahasan dapat diberikan alokasi
waktu. Tetapi muatan lokal sebagai bahan kajian yang merupakan penjabaran yang
lebih mendalam dari pokok bahasan atau sub pokok bahasan yang telah ada sukar
untuk diberikan alokasi jam pelajaran.
Fungsi Muatan Lokal
dalam Kurikulum
-
Fungsi
penyesuaian
Sekolah
berada dalam lingkungan masyarakat.Karena itu program-program sekolah harus
disesuaikan dengan lingkungan.Demikian pula pribadi-pribadi yang ada dalam
sekolah hidup dalam lingkungan, sehingga perlu diupayakan agar pribadi dapat
menyesuaikan diri dan akrab dengan lingkungannya.
-
Fungsi
integrasi
Murid
merupakan ntegrasi dari masyarakat, karena itu muatan lokal harus merupakan
program pendidikan yang berfungsi untuk mendidik pribadi-pribadi yang akan
memberikan sumbangan kepada masyarakat atau berfungsi untuk membentuk dan
mengintrgrasikan pribadi kepada masyarakat.
-
Fungsi
perbedaan
Pengakuan atas perbedaan berarti memberi kesempatan
bagi pribadi untuk memilih apa yang di inginkannya. Karena itu muatan lokal
harus merupakan program pendidikan yang bersifat luwes, yang dapat memberikan
pelayanan terhadap perbedaan minat dan kemampuan murid.Ini tidak berarti
mendidik pribadi menjadi orang yang individualistik tetapi muatan lokal harus
dapat berfungsi mendorong pribadi kea rah kemajuan sosialnya dalam masyarakat.
2)
Tujuan
Muatan Lokal
Secara
umum tujuan program pendidikan muatan lokal adalah mempersiapkan murid agar
mereka memiliki wawasan yang mantap tentang lingkungannya serta sikap dan
perilaku bersedia melestarikan dan mengembangkan sumber daya alam, kualitas
social, dan kebudayaan yang mendukung pembangunan nasional maupun pembangunan
setempat. Ini tercantum pada SK Mendikbud No.0412/U/1987.
Namun,
tujuan itu dapat dibagi menjadi tujuan langsung dan tidak langsung, berikut
penjabarannya;
a)
Tujuan
langsung
1)
Bahan
pengajaran lebih mudah diserap oleh murid.
2)
Sumber
belajar di daerah dapat lebih dimanfaatkan untuk kepentingan pendidikan.
3)
Murid
dapat menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang dipelajarinya untuk
memecahkan masalah yang ditemukan di sekitarnya.
4)
Murid
lebih mengenal kondisi alam, lingkungan social dan lingkungan budaya yang
terdapat di daerahnya.
b)
Tujuan
tidak langsung
1)
Murid
dapat mengetahui pengetahuan tentang daerahnya.
2)
Murid
diharapkan dapat menolong orang tuanya dan menolong dirinya sendiri dalam
rangka memenuhi kebutuhan hidupnya.
3)
Murid
menjadi akrab dengan lingkungannya dan terhindar dari ketersaingan terhadap
lingkungan sendirinya.
Dengan menggnakan
lingkungan sebagai sumber belajar maka besar kemungkinan murid dapat mengamati,
melakukan percobaan atau kegiatan belajar sendiri.Belajar mencari, mengolah,
menemukan informasi sendiri dan menggunakan informasi untuk memecahkan masalah
yang ada di lingkungannya merupakan pola dasar dari belajar.Belajar tentang
lingkungan dan dalam lingkungan mempunyai daya tarik sendiri bagi seorang anak.
Jean Piaget (1958) telah mengatakan bahwa makin
banyak seorang anak melihat dan mendengar, maka makin ingin ia melihat dan
mendengar. Lingkungan secara keseluruhan mempunyai pengaruh pada cara
belajar seseorang. Benyamin S. Bloom menegaskan bahwa lingkungan sebagai kondisi, daya dan dorongan eksternal dapat
memberikan suatu situasi “kerja” di sekitar murid.Karena itu, lingkungan
secara keseluruhan dapat berfungsi sebagai daya untuk membentuk dan memberi
kekuatan/dorongan eksternal untuk belajar pada seseorang.
3)
Dasar-dasar
Pengembangan Muatan Lokal
Suatugagasan
pada dasarnya harus memiliki landasan-landasan tertentu agar dapat dibina dan
dikembangkan sesuai dengan harapan dari pencetusnya. Gagasan muatan lokal
tersebut memiliki 4 macam landasan, yaitu:
1)
Landasan ideal
Mengingat
muatan lokal merupakan bagian dari kurikulum maka muatan lokal juga harus
dikembangkan berdasarkan Pancasila,UUD 1945 dan ketetapan MPR No.II/MPR/1988
tentang Garis-garis Besar Haluan Negara(GBHN) dalam rangka mewujudkan cita-cita
pembangunan nasional pada umumnya dan tujuan pendidikan nasional pada
khususnya. Disamping itu muatan lokal harus juga dikembangkan berlandaskan UU
RI No.2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan peraturan pemerintah
sebagai akibatnya.
2)
Landasan Hukum
Sesuaiurutan
terbitnya landasan hokum tentang muatan lokal adalah sebagai beikut:
a.
Kep.
Mendikbud No.0412/U/1987 tanggal 11 Juli 1987 tentang Penerapan Muatan Lokal
Kurikulum Pendidikan Dasar.
b.
Kep.
Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah No.173/C/Kep/M/87 tanggal 7 Oktober 1987
tentang Petunjuk Pelaksanaan Penerapan Muatan Lokal Kurikulum Pendidikan Dasar.
c.
UU
No.2 tetang system pendidikan nasional pasal 13 ayat 1, pasal 37. Pasal 38 ayat
1 dan pasal 39 ayat 1.
d.
Peraturan
pemerintah RI No.28 tahun 1998 tentang Pendidikan Dasar pasal 14 ayat (3) dan
(4), dan pasal 27.
3)
Landasan Teoritik
a)
Tingkat
kemampuan berpikirmurid mengharuskan kita menyajikan bahan kajian yang dapat
mengembangkan kemampuan berpikir dari tingkatan konkret sampai dengan tingkatan
abstrak. Pengembangan kemampuan berpikir ini ditunjang oleh teori belajar dari
Ausubel (1969) dan konsep asimilasi dari Jean Piaget (1972) yang intinya bahwa
sesuatu yang baru haruslah dipelajari berdasarkan apa yang telah dimiliki oleh
murid.
b)
Pada
dasarnya anak-anak usia sekolah memiliki rasa ingin tahu yang sangat besar
tentang segala sesuatu yang terjadi di lingkungan sekitarnya. Karena itu,
mereka akan selalu gembira bila dilibatkan secara mental, fisik, dan sosialnya
dalam mempelajari sesuatu.
4)
Landasan Demografik
Keindahan
bangsa dan Negara Indonesia terletak pada keanekaragaman pola kehidupan
beratus-ratus suku bangsa yang tersebut di berpuluh-puluh ribu pulau dari
Sabang sampai Merauke.Kekaguman terhadap bangsa dan Negara Indonesia telah
dinyatakan oleh harapan seluruh bangsa di dunia, karena keanekaragaman tersebut
dapat dipersatukan oleh falsafah hidup bangsa yaitu Pancasila.Keanekaragaman
bukan saja pada budayanya saja tetapi juga pada keadaan alam, flora dan
faunanya, serta kehidupan sosialnya.Semuanya itu merupakan dasar yang sangat
penting dalam mengembangkan muatan lokal.
D.
CARA
MENGEMBANGKAN MUATAN LOKAL
Isi
muatan lokal
Kegiatan mengembangkan muatan lokal dengan
penentuan bahan kajian muatan lokal atau isi muatan lokal.
Pada tahun-tahun yang akan mendatang di setiap
Kantor Depdikbud Wilayah dirancang untuk membentuk jaringan urikulum yaitu
suatu bagian dari nonstructural di bawah Kepala kantor Depdikbud Wilayah yang
terdiri dari para ahli bidang studi dan ahli pendidikan. Salah satu tugas utama
dari jaringan kurikulum ini adalah menjabarkan kurikulum nasional dan
mengembangkan kurikulum yang disesuaikan dengan keadaan dan kebutuhan
lingkungannya.Termasuk didalamnya adalah mengembangkan pedoman tentang cara
pengembangan muatan lokal untuk kurikulum sekolah dasar.
Ada 2 titik yang menjadi titik tolak
pengembangan bahan kajian muatan lokal yaitu pengembangan bahan kajian yaitu;
1)
Garis-garis
Besar Program Pengajaran (GBPP).
2)
Pola
kehidupan masyarakat sekitar murid atau sekolah.
Pengembangan
bahan kajian muatan lokal bertitik tolak dari GBPP
Pengembangan bahan
kajian muatan lokal bertitik tolak dari GBPP, dapat dilakukan dengan mengikuti
langkah-langkah pokok sebagai berikut:
a)
Pelajari
GBPP semua mata pelajaran kecuali mata pelajaran pendidikan Agama, pendidikan
Moral Pancasila, dan pendidikan Sejarah Perjuangan Indonesia.
b)
Catat
semua pokok bahasan atau sub pokok bahasan maupun uraian dalam GBPP yang
mungkin dapat dikaitkan dengan pola kehidupan yang telah ditentukan, misalnya;
pokok bahasan dan sub pokok bahasan dari GBPP Kurikulum 1986 yang mungkin dapat
dikaitkan dengan pola kehidupan perikanan air tawar, dimana kekayaan alam yang
dapat diperbaharui yaitu tanah, pertanian, perikanan, dan peternakan. Perikanan
dapat dirincikan lebih lanjut dalam bentuk hasil perikanan di air payau, air
tawar, dan air laut. Karena perikan air tawar merupakan pola kehidupan yang
dipilih oleh masyarakat. Di daerah tersebut membudidayakan ikan mas sebagai
salah satu mata pencaharian, maka uraian dipusatkan pada budidaya ikan mas.
Bila penting untuk dipelajari oleh murid sekolah dasar, maka bisa dapat dilanjutkan
dengan tuntas.
Pengembangan bahan kajian muatan lokal
bertitik tolak dari pola kehidupan
Dengan pengembangan
ini mula-mula pola kehidupan perl dijabarkan sampai setuntas-tuntasnya. Hasil
penjabaran akan lebih baik apabila dilakukan dengan kerja sama yang baik antara
guru, kepala sekolah, pemilik sekolah, narasumber, dan instansi-instansi yang
terkait.
Acuan rincian pola kehidupan sangat
berguna untuk melakukan rincian bahan kajian muatan lokal secara berurutan dan
sistematis, sehingga diperoleh informasi yang lengkap mengenai pengetahuan dan
penerapannya, kebiasaan-kebiasaannya, adat istiadat, tata karma, tata cara
pergaulan, kegiatan masyarakat, upacara-upacara, peristiwa yang terjadi di
lingkungannya, dan lain-lain. Informasi ini sangat diperlukan oleh guru dalam
memilih dan mengenbangkan isi muatan lokal yang akan dikaitkan dengan kurikulum
(GBPP) yang berlaku.
Salah satu acuan rinci bahan
pelajaran yang digunakan dalam merinci “pola kehidupan yang ada pada daerah
persawahan” (atau disebut dengan pola kehidupan persawahan) adalah :
1)
Persiapan
perencanaan/prakejadian,
2)
Pelaksanaan
kejadian,
3)
Hasil,
4)
Pasca
hasil, dan
5)
Kehidupan
keluarga petani.
` Semuanya itu hendaknya dikaitkan
dengan tata cara, tata karma, adat istiadat, nilai-nilai dan norma, ekspresi
atau penampilan simbolik dan kepercayaan serta ilmu pengetahuan dan teknologi
dalam pola kehidupan yang berada pada daerah pertanian.
1)
Persiapan
perencanaan/prakejadian
Rincian
pola kehidupan yang tercakup dalam acuan atau rujukan ini adalah semua
informasi tentang kegiatan atau peristiwa yang terjadi, tata cara, tata karma,
adat istiadat yang berinci sebagai perwujudan nilai-nilai serta penampilan
simbolik yang ada sebelum melakukan kegiatan.
2)
Pelaksanaan kejadian
Seluruh
informasi tentang kegiatan atau peristiwa yang merupakan tindak lanjut dari
persiapan/perencanaan/prakejadian dalam upaya pencapaian hasil.
3)
Hasil
Seluruh
informasi tentang segala sesuatu yang diperoleh dari tahap pelaksanaan yang
berkaitan dengan bahan pelajaran muatan lokal.
4)
Pasca hasil
Semua
informasi tentang kegiatan pengolahan hasil muatan lokal.
5)
Kehidupan keluarga
petani
Semua
informasi segala akibat yang disebabkan oleh kegiatan persiapan, pelaksanaan,
hasil, dan pasca hasil serta tradisi yang terdapat dalam suatu pola kehidupan
tertentu.
Sesuai
dengan landasan teoritik muatan lokalsuatu kegiatan belajar akan bermakna
apabila murid dapat mengetahui konsep/informasi yang satu dengan informasi yang
lain. Karena bahan kajian yang lengkap itu sebagai sumber informasi bagi
pembentuk jaringan gagasan pokok.
Jaringan
Gagasan Pokok
Dilihat dari pengertian gagasan
dalam kamus besar bahasa Indonesia karangan W.IS Poerwadarminata gagasan adalah
ide. Gagsan adalah suatu rancangan yang tersusun dalam pikiran
manusia.sedangkan rancangan dalam pikiran manusia dapat di timbulkan oleh hasil
pengamatan lingkungan sekitar atau gagasan orang lain.
Kata pokok menunjukkan hal yang
utama, hal yang penting atau asal mula, yang jadi asas atau dasar,.Karena itu,
gagasan pokok berarti hal yang penting dari gagasan yang menjadi asas dari
gagasan itu.
Jadi, gagasan pokok dalam muatan lokal adalah bagian penting dalam muatan
lokal yang dijadikan titik tolak pengembangan bahan kajian selanjutnya oleh
guru.Gagasan pokok dapat disamakan kedudukannya dengan pokok
bahasan.Erbedaannya adalah gagasan pokok timbul dari pengamatan lingkungan
sekitar, baik lingkungan alam, lingkungan social, lingkungan budaya atau pola
kehidupan.
Untuk menjaring gagasan pokok dalam
muatan lokal maka perlu diperhatikan kriteria sebagai berikut:
1)
Berasal
dari hasil pengamatan terhadap lingkungan alam, lingkungan social, dan
lingkungan budaya yang ada di sekitar sekolah.
2)
Mempunyai
cakupan informasi yang luas.
3)
Dekat
dengan anak, dan berguna bagi anak.
Gagasan
pokok dapat dianalogikan dengan pokok bahasan dalam GBPP.Karena itu, gagasan
pokok harus dijabarkan sehingga terlihat kaitannya antara informasi yang satu
dengan informasi yang lainnya. Diagram uraian gagasan pokok yang menunjukkan
kaitan konsep/informasi yang satu dengan informasi yang lain, membentuk suatu diagram dengan gagasan pokok
sebagai intinya. Diagram uraian gagasan pokok inilah yang disebut dengan
“jaringan Gagasan Pokok”.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
` Dari pembahasan diatas
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1)
Kurikulum
dapat diartikan sebagai rencana pembelajaran,pengalaman belajar yang diperoleh
murid dari sekolah dan rencana belajar murid. Kedudukan kurikulum bagi guru
yaitu sebagai panduan dalam pengajaran, dimana langkah-langkah atau proses
pembelajaran yang disesuaikan dengan isi kurikulum tersebut.
2)
Landasan
untuk pengembangan kurikulum secara umum terdapat 4 asas di dalamnya, yaitu:
1)Asas Filosofis yaitu filsafat dan tujuan pendidikan; 2) Asas psikologis
terdiri Psikologi belajar dan Psikologi anak. 3)Asas sosiologi; tentang
masyarakat. 4)Asas organisateris; yaitu bentuk dan organisasi kurikulum. Tingkatan Pengembangan kurikulum itu sendiri
terdapat 3 hal, yaitu pengembangan konstusional, pengembangan bidang studi mata
pelajaran, dan pengembangan operasional kelas.
3)
Muatan
lokal adalah salah satu dari banyak program pendidikan yang mengandung
unsur-unsur lingkungan alam, lingkungan social, dan lingkungan budaya yang khas
daerah, yang keseluruhannya dipelajari dan dikuasai secara mantap oleh murid di
daerah tersebut.
B.
SARAN
Dengan membaca makalah ini, diharapkan pembaca dapat
memahami tentang peneraapan kurikulum dalam tingkatan pendidikan, terkhusus
pada seorang guru.agar dalam proses pengajaran lebkih memahami seperti apa
peran penting kurikulum.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar