Tipe-Tipe
Pembelajaran Kooperatif
1. TGT (Team Game Tournament)
Pembelajaran Kooperatif sangat beragam jenisnya. Salah
satunya adalah model pembelajaran TGT (Teams Games Tournament). Menurut
Kurniasari (2006), model pembelajaran TGT merupakan model pembelajaran
kooperatif dengan membentuk kelompok-kelompok kecil dalam kelas yang terdiri
atas 3-5 siswa yang heterogen, baik dalam hal akademik, jenis kelamin, ras,
maupun etnis. Inti dari model ini adalah adanya game dan turnamen
akademik.
Menurut Slavin (2001:166-167), langkah-langkah model
pembelajaran TGT ada lima tahap, yaitu: tahap presentasi di kelas, tim, game,
turnamen, dan rekognisi tim. Uraian selengkapnya sebagai berikut:
Presentasi
di kelas
Penyajian materi dalam TGT
diperkenalkan melalui presentasi kelas. Presentasi kelas dilakukan oleh guru
pada saat awal pembelajaran. Selain menyajikan materi, pada tahap ini guru juga
menyampaikan tujuan, tugas, atau kegiatan yang harus dilakukan siswa, serta
memberikan motivasi.
Pada saat
penyajian materi, siswa harus benar-benar memperhatikan serta berusaha untuk
memahami materi sebaik mungkin, karena akan membantu siswa bekerja lebih baik
pada saat kerja kelompok, game dan saat turnamen akademik. Selain itu,
siswa dituntut berpartisipasi aktif dalam pembelajaran seperti mengajukan
pertanyaan, menjawab pertanyaan yang diajukan guru, dan mempresentasikan
jawaban di depan kelas.
Tim/kelompok
Setelah penyajian materi oleh
guru, siswa kemudian berkumpul berdasarkan kelompok yang sudah dibagi guru.
Setiap tim atau kelompok terdiri dari 3 sampai 5 siswa yang anggotanya
heterogen. Guru kemudian memberikan LKS untuk dikerjakan. Siswa lalu
mencocokkan jawabannya dengan jawaban teman sekelompok. Bila ada siswa yang
mengajukan pertanyaan, teman sekelompoknya bertanggung jawab untuk menjawab dan
menjelaskan pertanyaan tersebut. Apabila teman sekelompoknya tidak ada yang
bisa menjawabnya, maka pertanyaan tersebut bisa diajukan kepada guru.
Game (permainan)
Apabila siswa telah selesai
mengerjakan LKS bersama anggota kelompoknya, tugas siswa selanjutnya adalah
melakukan game. Game dimainkan oleh perwakilan dari tiap-tiap kelompok
pada meja yang telah dipersiapkan. Di meja tersebut terdapat kartu bernomor
yang berhubungan dengan nomor pertanyaan-pertanyaan pada lembar permainan yang
harus dikerjakan peserta. Siswa yang tidak bermain juga berkewajiban
mengerjakan soal-soal game beserta teman sekelompoknya.
Tournament (turnamen)
Turnamen biasanya dilakukan
tiap akhir pekan atau akhir subbab. Turnamen diikuti oleh semua siswa.
Tiap-tiap siswa akan ditempatkan di meja turnamen dengan siswa dari kelompok
lain yang kemampuan akademiknya setara. Jadi, dalam satu meja turnamen akan
diisi oleh siswa-siswa homogen (kemampuan setara) yang berasal dari kelompok
yang berbeda.
Setelah siswa ditempatkan
dalam meja turnamen, maka turnamen dimulai dengan memperhatikan
aturan-aturannya. Aturan-aturan turnamen TGT yaitu:
(1) cara memulai permainan
Untuk memulai permainan,
terlebih dahulu ditentukan pembaca pertama. Cara menentukan siswa yang menjadi
pembaca pertama adalah dengan menarik kartu bernomor. Siswa yang menarik nomor
tertinggi adalah pembaca pertama.
(2)
Kocok dan ambil kartu bernomor dan carilah soal yang berhubungan dengan nomor
tersebut pada lembar permainan.
(3) Tantang atau lewati
Apabila penantang I berniat
menantang jawaban pembaca, maka penantang I memberikan jawaban yang berbeda
dengan jawaban pembaca. Jika penantang I melewatinya, penantang II boleh
menantang atau melewatinya pula. Begitu seterusnya sampai semua penantang
menentukan akan menantang atau melewati.
(4) Memulai putaran selanjutnya
Untuk memulai putaran
selanjutnya, semua posisi bergeser satu posisi kekiri. Siswa yang tadinya
menjadi penantang I berganti posisi menjadi pembaca, penantang II menjadi
penantang I, dan pembaca menjadi penantang yang terakhir. Setelah itu, turnamen
berlanjut sampai kartu habis atau sampai waktu yang ditentukan guru.
(5) Perhitungan poin
Apabila turnamen telah berakhir, siswa mencatat nomor yang telah meraka
menangkan pada lembar skor permainan. Pemberian poin turnamen selanjutnya
dilakukan oleh guru.
Rekognisi
tim (penghargaan tim)
Penghargaan kelompok diberikan
berdasarkan rerata skor kelompok. Penghargaan kelompok diberikan sesuai
kriteria berikut.
Kriteria
(rata-rata tim)
|
Penghargaan
|
40
45
50
|
Tim baik
Tim sangat baik
Tim super
|
(http://ModelPembelajaranKooperatifTipeTGT(Teams-Games-Tournament).htm) diakses pada tanggal 06/10/2014 18:36
2. TPS (Think Pairs Share)
Model
pembelajaran Think-Pairs-Share dikembangkan oleh Frank Lyman dan kawan-kawan
dari Universitas Maryland tahun 1985. Think-Pairs-Share merupakan salah satu
model pembelajaran kooperatif sederhana yang memberi kesempatan kepada siswa
untuk bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang lain. Keunggulan model
pembelajaran ini, yaitu mampu mengoptimalkan partisipasi siswa (Lie, 2004:57).
Adapun langkah-langkah dalam
pembelajaran Think-Pairs-Share adalah:
1. Guru membagi
siswa dalam kelompok berempat dan memberikan tugas kepada semua kelompok.
2. Setiap siswa
memikirkan dan mengerjakan tugas sendiri.
3. Siswa
berpasangan dengan salah satu rekan dalam kelompok dan berdiskusi dengan
pasangannya.
4. Kedua
pasangan bertemu kembali dalam kelompok berempat. Siswa berkesempatan
untuk membagikan hasil kerjanya kepada kelompok berempat (Lie, 2004:58).
Think-Paire-Share
memiliki prosedur yang ditetapkan secara eksplisit untuk memberi siswa waktu
lebih banyak untuk berpikir, menjawab, dan saling membantu (Nurhadi dkk,
2003:66). Setelah guru menyajikan suatu topik atau setelah siswa membaca suatu
tugas, selanjutnya guru meminta siswa untuk memikirkan permasalahan yang ada
dalam topik atau bacaan tersebut. Dalam model ini siswa memikirkan suatu topik,
berpasangan dengan siswa lain dan mendiskusikannya, kemudian berbagi ide dengan
seluruh kelas.
Tahap utama dalam pembelajaran
Think-Pairs-Share menurut Ibrahim (2000:26-27) adalah sebagai berikut:
Tahap 1. Thinking (berpikir)
Guru
mengajukan pertanyaan yang berhubungan dengan materi pelajaran. Kemudian siswa
diminta memikirkan pertanyaan atau isu tersebut secara mandiri untuk beberapa
saat.
Tahap 2. Pairing (berpasangan)
Guru meminta
siswa berpasangan dengan siswa lain untuk mendiskusikan apa yang telah
dipikirkannya pada tahap pertama. Dalam tahap ini, setiap anggota pada kelompok
membandingkan jawaban atau hasil pemikiran mereka dengan merumuskan jawaban
yang dianggap paling benar atau paling meyakinkan.
Tahap 3. Sharing (berbagi)
Pada tahap
akhir, guru meminta kepada pasangan untuk berbagi dengan seluruh kelas tentang
apa yang telah mereka bicarakan, keterampilan berbagi dalam seluruh kelas dapat
dilakukan dengan menunjuk pasangan yang secara sukarela bersedia melapirkan
hasil kerja kelompoknya atau bergiliran dengan pasangan hingga sekitar
seperempat pasangan telah mendapat kesempatan untuk melaporkan.
Ø Kelebihan
model pembelajaran kooperatif tipe TPS adalah:
a.
Memungkinkan siswa untuk merumuskan dan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan mengenai materi yang diajarkan karena secara tidak
langsung memperoleh contoh pertanyaan yang diajukan oleh guru, serta memperoleh
kesempatan untuk memikirkan materi yang diajarkan.
b.
Siswa akan terlatih menerapkan konsep karena bertukar
pendapat dan pemikiran dengan temannya untuk mendapatkan kesepakatan dalam
memecahkan masalah.
c.
Siswa lebih aktif dalam pembelajaran karena menyelesaikan
tugasnya dalam kelompok, dimana tiap kelompok hanya terdiri dari 2 orang.
d.
Siswa memperoleh kesempatan untuk mempersentasikan
hasil diskusinya dengan seluruh siswa sehingga ide yang ada menyebar.
e.
Memungkinkan guru untuk lebih banyak memantau siswa dalam
proses pembelajaran (Hartina, 2008: 12).
Adapun kelemahan model pembelajaran
kooperatif tipe TPS adalah sangat sulit diterapkan di sekolah yang rata-rata
kemampuan siswanya rendah dan waktu yang terbatas, sedangkan jumlah kelompok
yang terbentuk banyak (Hartina, 2008: 12). Menurut Lie (2005: 46), kekurangan
dari kelompok berpasangan (kelompok yang terdiri dari 2 orang siswa) adalah:
1.Banyak kelompok yang melapor dan perlu dimonitor
2. Lebih sedikit ide yang muncul, dan
3. Tidak ada penengah jika terjadi perselisihan dalam kelompok.
1.Banyak kelompok yang melapor dan perlu dimonitor
2. Lebih sedikit ide yang muncul, dan
3. Tidak ada penengah jika terjadi perselisihan dalam kelompok.
(http://ModelPembelajaranKooperatif_TipeThink-Pairs-ShareTuan-Guru.htm)
diakses pada tanggal 06/10/2014 18:42
3.
Snowball
Throwing (Melempar Bola Salju)
a)
Pengertian model pembelajaran Snowball
Throwing
Snowball secara etimologi berarti
bola salju, sedangkan throwing artinya melempar. Snowball Throwing secara keseluruhan dapat diartikan melempar bola
salju. Menurut Saminanto, metode
pembelajaran Snowball Throwing
disebut juga metode pembelajaran gelundungan bola salju. Metode
pembelajaran ini melatih siswa untuk lebih tanggap menerima pesan dari siswa
lain dalam bentuk bola salju yang terbuat dari kertas, dan menyampaikan pesan tersebut
kepada temannya dalam satu kelompok. Sedangkan
menurut Kisworo metode pembelajaran snowball
throwing adalah suatu metode
pembelajaran yang diawali dengan pembentukan kelompok yang diwakili ketua
kelompok untuk mendapat tugas dari guru kemudian masing-masing siswa membuat
pertanyaan yang dibentuk seperti bola (kertas pertanyaan) lalu dilempar ke
siswa lain yang masing-masing siswa menjawab pertanyaan dari bola yang
diperoleh.
b)
Langkah-langkah pelaksanaan Snowball
Throwing
Menurut Suprijono dan Saminanto, langkah-langkah pembelajaran model pembelajaran snowball throwing adalah:
1) Guru menyampaikan
materi yang akan disajikan dan KD yang ingin dicapai.
2) Guru membentuk siswa berkelompok, lalu memanggil masing-masing ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang
materi.
3) Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing,
kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada
temannya.
4) Kemudian masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas kerja,
untuk menuliskan satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah
dijelaskan oleh ketua kelompok.
5) Kemudian kertas yang
berisi pertanyaan tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu siswa ke
siswa yang lain selama ± 5 menit.
6) Setelah siswa dapat satu
bola/satu pertanyaan diberikan kesempatan kepada siswa untuk menjawab
pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara
bergantian.
7) Evaluasi.
8) Penutup.
c) Kelebihan dan kelemahan model pembelajaran Snowball Throwing
Ø Kelebihan
model pembelajaran Snowball Throwing
adalah
1. Suasana pembelajaran menjadi
menyenangkan karena siswa seperti bermain dengan melempar bola kertas kepada
siswa lain.
2. Siswa mendapat kesempatan untuk
mengembangkan kemampuan berpikir karena diberikesempatan utk membuat soal dan
diberikan pada siswa lain.
3. Membuat siswa siap dengan
berbagai kemungkinan karena siswa tidak tahu soal yang dibuat temannya seperti
apa.
4. Siswa terlibat aktif
dalam pembelajaran.
5. Pendidik tidak
terlalu repot membuat media karena siswa terjun langsung dalam praktek.
6. Pembelajaran
menjadi lebih efektif.
7. Ketiga aspek yaitu
aspek koknitif, afektif dan psikomotor dapat tercapai.
Ø Kelemahan
model pembelajaran Snowball Throwing
adalah
1. Sangat
bergantung pada kemampuan siswa dalam memahami materi sehingga apa
yang dikuasai siswa hanya sedikit. Hal ini dapat dilihat dari soal yang dibuat
siswa biasanya hanya seputar materi yang sudah dijelaskan atau seperti contoh
soal yang telah diberikan.
2. Ketua kelompok yang tidak
mampu menjelaskan dengan baik tentu menjadi
penghambat bagi anggota lain untuk memahami materi sehingga
diperlukan waktu yang tidak sedikit untuk siswa mendiskusikan
materi pelajaran.
3. Tidak ada kuis individu maupun
penghargaan kelompok sehingga siswa saat berkelompok kurang
termotivasi untuk bekerjasama. tapi tidak menutup kemungkinan bagi guru
untuk menambahkan pemberiaan kuis individu dan penghargaan kelompok.
4. Memerlukan waktu yang
panjang.
5. Murid yang
nakal cenderung untuk berbuat onar.
6. Kelas sering
kali gaduh karena kelompok dibuat oleh murid.
4.
Talking
Stick
a)
Pengertian Model Pembelajaran Talking Stick
Model pembelajaran Talking Stik adalah
suatu model pembelajaran kelompok dengan bantuan tongkat, kelompok yang
memegang tongkat terlebih dahulu wajib menjawab pertanyaan dari guru setelah
siswa mempelajari materi pokoknya, selanjutnya kegiatan tersebut diulang
terus-menerus sampai semua kelompok mendapat giliran untuk menjawab pertanyaan
dari guru.
Dalam penerapan model pembelajaran
Kooperatif Tipe Talking Stik ini, guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok
dengan anggota 5 atau 6 orang yang heterogen. Kelompok dibentuk dengan
mempertimbangkan keakraban, persahabatan atau minat, yang dalam topik
selanjutnya menyiapkan dan mempersentasekan laporannya kepada seluruh kelas.
b) Langkah-langkah
Model Pembelajaran Talking Stick
Adapun
Langkah-langkah Model Pembelajaran Talking Stick adalah sebagi berikut :
1) Guru menyiapkan sebuah tongkat
yang panjangnya 20 cm.
2) Guru menyampaikan materi pokok yang akan
dipelajari,kemudian memberikan kesempatan
para kelompok untuk membaca dan mempelajari materi pelajaran.
3) Siswa berdiskusi membahas masalah yang terdapat di dalam wacana.
4) Setelah siswa selesai membaca materi pelajaran dan
mempelajari isinya, guru mempersilahkan siswa untuk menutup isi bacaan.
5) Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada salah satu siswa,
setelah itu guru memberikan pertanyaan dan siswa yang memegang tongkat tersebut
harus menjawabnya, demikian sampai sebagian besar siswa mendapat bagian untuk
menjawab setiap pertanyaan dari guru.
6) Guru memberikan kesimpulan.
7) Guru memberikan evaluasi/penilaian.
8) Guru menutup pembelajaran.
c) Kelebihan
dan kekurangan Model pembelajaran Talking Stick
Adapun kelebihan model
pembelajaran Talking Stick adalah sebagai berikut :
1) Menguji kesiapan siswa.
1) Menguji kesiapan siswa.
2) Melatih membaca dan memahami
dengan cepat.
3) Agar lebih giat dalam belajar.
Sedangkan kekurangannya model pembelajaran Talking Stick adalah sebagai berikut :
1) Membuat siswa senam jantung.
(http://ModelPembelajaranTalkingStick-Jaul's-MobileBlog(AndroidFullDownload)
ACEH.htm ) diakses pada tanggal 06/10/2014 18:58
DAFTAR PUSTAKA
Ardha.2014.Model Pembelajaran Snowball Throwing.(http://ModelPembelajaranSnowball-Throwing-ArdhaSite's.htm)
Anonim.2014.Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT(Teams Games Tournament) (http://ModelPembelajaranKooperatifTipeTGT(Teams-Games-Tournament).htm)
Anonim.2014.Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pairs Share. (http://ModelPembelajaranKooperatif_TipeThink-Pairs-ShareTuan-Guru.htm)
Anonim.2014.Model Pembelajaran Talking Stick.(http://ModelPembelajaranTalkingStick-Jaul's-MobileBlog(AndroidFullDownload)
ACEH.htm )
Tugas
“Strategi
Pembelajaran”
Tipe-Tipe
Pembelajaran Kooperatif
(TGT,TPS,Snowball
Throwing,Talking Stick)
Oleh :
NAMA : RAHMA SARI PUTRI
STAMBUK : A1C1 13 048
PROGRAM STUDI : PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HALU
OLEO
KENDARI
2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar