BAB
VI
KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR
Pada bagian ini akan dikemukakan keterampilam-keterampilan dasar
mengajar yang harus dikuasai calon guru sebelum menjadi guru yang sesungguhnya
di lapangan. Keterampialan dasar mengajar harus dilatihkan kepada calon guru
melalui micro-teaching sebelum
melaksanakan praktek pengalaman lapangan (PPL) atau KKP terintegrasi PPL di
lembaga pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan keguruan.
Ada delapan
keterampilan dasar mengajar, yaitu:
(1)
keterampilan bertanya
(2)
keterampilan memberikan
penguatan
(3)
keterampilan mengadakan variasi
(4)
keterampilan menjelaskan
(5)
keterampilan membuka dan
menutup pelajaran
(6)
keterampilan membimbing diskusi
kelompok kecil
(7)
keterampilan mengelola kelas
(8)
keterampilan mengajar kelompok
kecil dan perseorangan.
Untuk jelasnya ke delapan keterampilan dasar
mengajar tersebut dapat dilihat pada uraian berikut ini.
A. Keterampilan Bertanya
Bertanya
merupakan ucapan verbal yang meminta respon dari seseorang. yang dikenal. Respon yang di berikan dapat
berupa pengetahuan sampai dengan hal-hal yang merupakan hasil pertimbangan.
Jadi bertanya merupakan stimulus efektif yang mendorong kemampuan berpikir.
Dalam proses pembelajaran,
bertanya memainkan peranan penting sebab pertanyaan yang tersusun dengan baik
dan teknik pelontaran yang tepat akan memberikan dampak positif.
Pertanyaan yang
baik di bagi manjadi empat yaitu:
a.
Pertanyaan permintaan yakni
pertanyaan yang mengharapkan agar siswa mematuhi perintah yang diucapkan dalam
bentuk pertanyaan.
b.
Pertanyaan retoris yaitu
pertanyaan yang tidak mengendaki jawaban, tetapi dijawab sendiri oleh
guru.
c.
Pertanyaan mengarahkan atau
menuntun (prompting question), yaitu pertanyaan yang diajukan untuk memberi
arah kepada siswa dalam proses berpikirnya. Hal ini dilakukan oleh guru agar
siswa memperhatiknn dengan saksama bagian tertentu atau pokok inti pelajaran
yang dianggap pentig. Dari sisi lain, jika siswa tidak dapat atau salah
menjawab pertanyaan guru maka guru dapat
memberikan pertanyaan lanjutan yang akan mengarahkan atau menuntun proses
berpikir siswa sehingga pada akhirnya siswa dapat menjawab pertanyaan pertama
tadi.
d.
Pertanyaan menggali yaitu
pertanyaan lanjutan yang akan mendorong siswa untuk lebih mendalami jawabannya
terhadap pertanyaan yang pertama. Melalui pertanyaan yang sifatnya menggali,
siswa didorong untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas jawaban yang diberikan
pada pertanyaan sebelumnya.
Untuk
meningkatkan partisipasi siswa dalam proses belajar mengajar, guru perlu
menunjukkan sikap yang baik pada waktu mengajukan pertanyaan maupun ketika
menerima jawaban siswa. Sikap dan gaya guru termasuk suara, ekspresi wajah,
gerakan dan posisi badan menunjukan ada tidaknya kehangatan dan keantusiasan. Guru
harus menghindari kebiasaan seperti: menjawab pertanyaan sendiri, mengulang
jawaban siswa, mengulang pertanyaan sendiri, mengajukan pertanyaan dengan
jawaban serentak, menentukan siswa yang harus menjawab sebelum bertanya dan
mengajukan pertanyaan ganda.
Dalam proses
pembelajaran setiap pertanyaan, baik berupa kalimat tanya atau suruhan yang
menuntut respons siswa sehingga dapat menambah pengetahuan dan meningkatkan
kemampuan berpikir siswa, di masukkan dalam golongan pertanyaan.
Ketrampilan
bertanya di bedakan atas ketrampilan bertanya dasar dan ketrampilan bertanya
lanjut. Ketrampilan bertanya dasar mempunyai beberapa komponen dasar yang perlu
diterapkan dalam mengajukan segala jenis pertanyaan. Komponen-komponen yang di
maksud adalah: pengungkapan pertanyaan secara jelas dan singakat, pemberian
acuan, pemusatan, pemindah giliran, penyebaran, pmberian waktu berpikir dan
pemberian tuntunan.
Sedangkan
ketrampilan bertanya lanjut merupakan lanjutan dari ketrampilan bertanya dasar
yang lebih mengutamakan usaha mengembangkan kemampuan berpikir siswa,
memperbesar pertisipasi dan mendorong siswa agar dapat berinisiatif sendiri.
Ketrampilan bertanya lanjut di bentuk di atas landasan penguasaan komponen-komponen
bertanya dasar. Karena itu, semua komponen bertanya dasar masih dipakai dalam
penerapan ketrampilan bertanya lanjut. Adapun komponen-komponen bertanya lanjut
itu adalah: pengubahan susunan tingkat kognitif dalam menjawab pertanyaan, pengaturan
urutan pertanyaan, penggunaan pertanyaan pelacak dan peningkatan terjadinya
interaksi.
B. Keterampilan Memberi Penguatan
Penguatan
(reinforcement) adalah segala bentuk respons, apakah bersifat verbal ataupun
non verbal, yang merupakan bagian dari modifikasi tingkah laku guru terhadap
tingkah laku siswa, yang bertujuan memberikan informasi atau umpan balik (feed
back) bagi si penerima atas perbuatannya sebagai suatu dorongan atau koreksi.
Penguatan juga merupakan respon terhadap suatu tingkah laku yang dapat
meningkatkan kemungkinan berulangnya kembali tingkah laku tersebut.
1. Tujuan Pemberian Penguatan
Penggunaan
penguatan dalam kelas dapat mencapai atau mempunyai pengaruh sikap positif
terhadap proses belajar siswa dan bertujuan untuk:
a.
Meningkatkan perhatian siswa
terhadap pelajaran.
b.
Merangsang dan meningkatkan
motivasi belajar.
c.
Meningkatkan kegiatan belajar
serta membina tingkah laku siswa yang produktif.
2. Janis-Jenis Penguatan
Ketrampilan
memberikan penguatan terdiri dari 2 (dua) jenis, yaitu penguatan verbal dan
penguatan non verbal. Kedua jenis penguatan ini harus dikuasai oleh mahasiswa
calon guru agar dapat memberikan penguatan secara bijaksana dan sistematis.
a.
Penguatan verbal, biasanya diungkapkan dengan menggunakan kata-kata
pujian, penghargaan, persetujuan dan sebagainya, misalnya: bagus, pintar atau
yang lainnya.
b.
Penguatan non-verbal, terdiri
dari beberapa penguatan:
1)
Penguatan berupa mimik dan
gerakan badan, misalnya dengan anggukan atau gelengan kepala, senyuman, kerutan
kening, acungan jempol, sorot mata yang cerah dan bersahabat, dan sebagainya.
2)
Penguatan dengan cara
mendekati, guru mendekati siswa untuk menyatakan perhatian dan kesenangannya
terhadap pelajaran, tingkahlaku atau penampilan siswa. Misalnya guru berdiri di
samping siswa, berjalan menuju siswa atau kelompok siswa.
3)
Penguatan dengan sentuhan
(contact), guru dapat menyatakan persetujuan dan penghargaan terhadap usaha dan
penampilan siswa dengan cara menepuk bahu atau pundak siswa, berjabat tangan
dan sebagainya.
4)
Penguatan dengan kegiatan yang
menyenangkan, misalnya seorang siswa yang menunjukan kemajuan dalam mata
pelajaran matematika ditunjuk sebagai ketua kelompok dalam belajar kelompok
matematika.
5)
Penguatan berupa simbol atau
benda. Penguatan ini dilakukan dengan cara menggunakan berbagai symbol berupa
benda seperti kartu bergambar, komentar tertulis pada buku siswa, bintang
plastic, lencana dan lain-lain.
6)
Penguatan tak penuh, misalnya bila
seorang siswa hanya memberikan sebagian jawaban benar, sebaiknya guru
mengatakan: “ jawabanmu sudah benar, tapi masih perlu disempurnakan”, sehingga
siswa mengetahui bahwa jawabannya tidak semuanya salah dan mendapat dorongan
untuk menyempurnakannya.
3. Prinsip Penggunaan Penguatan
Pada saat memberikan penguatan secara efektif
harus memperhatikan tiga hal berikut:
a.
Kehangatan dan keantusiasan.
Sikap dan gaya guru, termasuk suara, mimik dan gerak badan akan menunjukan
adanya kehangatan dan keantusiasan dalam memberikan penguatan.
b.
Kebermaknaan. Penguatan
hendaknya diberikan sesuai dengan tingkahlaku dan penampilan siswa sehingga
siswa mengerti dan yakin bahwa ia patut diberi penguatan. Dengan demikian,
penguatan itu bermakna bagi siswa yang bersangkutan.
c.
Menghindari penggunaan respons yang negatif.
C. Keterampilan Mengadakan Variasi
Variasi adalah
suatu kegiatan guru dalam konteks proses interaksi pembelajaran yang di tujukan
untuk mengatasi kebosanan siswa sehingga dalam situasi pembelajaran, siswa senantiasa menunjukkan
ketekunan, serta penuh partisipasi.
Variasi dalam
kegiatan pembelajaran dimaksudkan sebagai proses perubahan dalam pengajaran,
yang dapat di kelompokkan ke dalam tiga kelompok atau komponen, yaitu : -
Variasi dalam cara mengajar guru, meliputi : penggunaan variasi suara (teacher
voice), Pemusatan perhatian siswa (focusing), kesenyapan atau kebisuan guru
(teacher silence), mengadakan kontak pandang dan gerak (eye contact and
movement), gerakan badan mimik: variasi dalam ekspresi wajah guru, dan
pergantian posisi guru dalam kelas dan gerak guru ( teachers movement).
Variasi dalam
penggunaan media dan alat pengajaran. Media dan alat pengajaran bila ditinjau
dari indera yang digunakan dapat digolongkan ke dalam tiga bagian, yakni dapat
didengar, dilihat, dan diraba. Adapun variasi penggunaan alat antara lain
adalah sebagai berikut: variasi alat atau bahan yang dapat dilihat (visual
aids), variasi alat atau bahan yang dapat didengart (auditif aids), variasi
alat atau bahan yang dapat diraba (motorik), dan variasi alat atau bahan yang
dapat didengar, dilihat dan diraba (audio visual aids). - Variasi pola
interaksi dan kegiatan siswa.
Pola interaksi
guru dengan murid dalam kegiatan belajar mengajar sangat beraneka ragam
coraknya. Penggunaan variasi pola interaksi dimaksudkan agar tidak menimbulkan
kebosanan, kejemuan, serta untuk menghidupkan suasana kelas demi keberhasilan
siswa dalam mencapai tujuan.
D. Keterampilan Menjelaskan
Ketrampilan
menjelaskan adalah penyajian informasi secara lisan yang diorganisasikan secara
sistematik untuk menunjukkan adanya hubungan yang satu dengan yang lainnya.
Secara garis besar komponen-komponen ketrampilan menjelaskan terbagi dua, yaitu
: Merencanakan, hal ini mencakup penganalisaan masalah secara keseluruhan,
penentuan jenis hubungan yang ada diantara unsur-unsur yang dikaitkan dengan
penggunaan hukum, rumus, atau generalisasi yang sesuai dengan hubungan yang
telah ditentukan. Dan penyajian suatu penjelasan, dengan memperhatikan hal-hal
sebagai berikut : kejelasan, penggunaan contoh dan ilustrasi, pemberian
tekanan, dan penggunaan balikan.
E. Keterampilan Membuka
Dan Menutup Pelajaran
1. Tujuan
Kegiatan membuka dan menutup pelajran yang
dilakukan dengan baik akan berpengaruh positif terhadap proses dan hasil
belajar-mengajar. Oleh sebab itu maka tujuan kegiatan membuka dan menutup
pelajaran adalah untuk: (a) menumbuhkan perhatian
dan motivasi siswa untuk menghadapi tugas yang akan dikerjakan; (b) mengetahui
batas tugas yang akan dikerjakan; (c) memberikan gambaran yang jelas tentang
pendekatan-pendekatan yang mungkin digunakan dalam mempelajari bagian-bagian
dari suatu materi matematika; (d) mengetahui hubungan antara
pengalaman-pengalaman yang telah dikuasai dengan hal-hal baru yang akan
dipelajari; (e) menghubungkan konsep,
fakta, ketrampilan atau konsep yang tercakup dalam suatu materi matematika yang
diajarkan; (f) mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi
tertentu, sedangkan guru dapat mengetahui tingkat keberhasilannya dalam
mengajar.
2. Prinsip Penggunaan
Sebagaimana
keterampilan mengajar lainnya, ada prinsip-prinsip yang mendasari penggunaan
komponen keterampilan membuka dan menutup pelajaran yang harus dipertimbangkan
oleh guru. Prinsip-prinsip penggunaan keterampilan membuka dan menutup
pelajaran adalah:
a.
Bermakna: dalam usaha menarik
perhatian atau dalam memotivasi, guru hendaknya memilih yang relevan dengan isi
dan tujuan pelajaran dan cara atau uasaha yang sifatnya dicari-cari atau
dibuat-buat hendaknya dihindari.
b.
Berurutan dan berkesinambungan: aktivitas yang
ditempuh guru dalam memperkenalkan dan merangkum kembali pokok-pokok penting
pelajaran hendaknya merupakan bagian dari kesatuan yang utuh. Dalam mewujudkan
prinsip berurutan dan berkesinambungan ini perlu diusahakan suatu susunan yang
tepat, berhubungan dengan minat siswa, ada kaitan yang jelas antara satu bagian dengan bagian yang
lainnya, atau ada kaitannya dengan pengalaman
dan
pengetahuan yang telah dimiliki siswa.
3. Komponen-Komponen Keterampilan Membuka dan
Menutup Pelajaran
A.
Membuka
Pelajaran
Komponen keterampilan membuka pelajaran
meliputi : menarik perhatian siswa, membangkitkan motivasi, memberi acuan dan membuat kaitan.
a.
Menarik Perhatian Siswa, Cara yang dapat
dipergunakan:
1.
Gaya mengajar guru: Perhatian
siswa dapat ditimbulkan dengan memvariasikan gaya mengajar guru. Contoh: guru
memilih posisi di kelas dan memilih kegiatan yang berbeda dari biasanya dia
kerjakan dalam membuka pelajaran. Kali ini guru berdiri di tengah-tengah kelas
untuk bercerita atau menyampaikan informasi awal mengenai materi yang akan
diajarkan, pada kesempatan lain mungkin guru berdiri di belakang atau di muka
kelas lalu bercerita dengan ekspresi wajah yang meyakinkan.
2.
Penggunaan alat bantu mengajar:
Guru dapat menggunakan alat-alat bantu mengajar seperti gambar, model, skema,
dan sebagainya untuk menarik perhatian siswa. Dengan digunakannya alat-alat
bantu mengajar itu, disamping dapat menarik perhatian siswa, dapat pula
menimbulkan motivasi dan memungkinkan terjadi kaitan antara hal yang telah
diketahui dengan hal baru yang akan dipelajari.
3.
Pola Interaksi Yang Bervariasi:
Variasi pola interaksi guru-siswa yang biasa, seperti guru menerangkan siswa
mendengarkan atau guru bertanya siswa menjawab, hanya dapat menimbulkan
rangsangan permulaan saja. Siswa belum sepenuhnya dapat memusatkan perhatiannya
kepada hal-hal yang akan dipelajari. Oleh karena itu agar siswa dapat tertarik
perhatiannya guru hendaknya mengadakan pola interaksi yang bervariasi dalam
menyelenggarakan proses belajar-mengajar. Seperti misalnya, guru memberi
perintah siswa mengerjakan perintah itu, siswa berinteraksi dengan siswa
lainnya dalam diskusi kelompok kecil atau dalam suatu eksperimen, guru
mengemukakan masalah yang menarik ke seluruh kelas lalu siswa diminta
mengemukakan pendapat mereka, atau guru menunjukkan barang yang bisa ditonton
seperti model-model yang ada manfaatnya lalu
siswa diminta untuk melihatnya
secara bergiliran baik secara berkelompok atau sendiri-sendiri.
b. Membangkitkan Motivasi.
Sedikitnya
ada 4 cara untuk membangkitkan motivasi siswa, yaitu:
1.
Dengan hangat dan antusias. Guru
hendaknya bersikap ramah, antusias, bersahabat dan hangat. Sebab sikap yang
demikian itu dapat menimbulkan faktor-faktor dari dalam yang mendorong tingkah
laku dan kesenangan dalam mengerjakan tugas sehingga motivasi siswa akan
timbul.
2.
Membangkitkan rasa ingin tahu.
Guru dapat meningkatkan motivasi siswa dengan cara membangkitkan rasa ingin
tahu dan keheranan pada siswa. Misalnya, dengan menceritakan pada siswa sejarah
Phytagoras yang dapat menimbulkan pertanyaan, menunjukkan suatu gambar atau
mendemonstrasikan suatu peristiwa. Kemudian guru mengajukan
pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan cerita, gambar, atau peristiwa
tersebut. Cara-cari ini sangat baik untuk menimbulkan motivasi siswa.
3.
Mengemukakan ide yang
bertentangan. Untuk membangkitkan motivasi siswa, guru dapat melontarkan ide
yang bertentangan dengan mengajukan masalah atau kondisi yang terjadi sehari-hari.
Contohnya: kita ketahui bahwa segitiga
merupakan bangun datar yang dibatasi oleh tiga sisi, kemudian dilontarkan
pertanyaan kepada siswa, mengapa tower seluler dibangun oleh kumpulan
segitiga-segitiga?
4.
Memperhatikan minat siswa. Guru
hendaknya menyesuaikan topik pelajaran dengan minat siswa.
c.
Memberi Acuan.
Memberi
acuan yaitu usaha untuk mengemukakan secara spesifik dan singkat serangkaian
alternatif yang memungkinkan siswa memperoleh gambaran yang jelas mengenai
hal-hal yang akan dipelajari dan cara yang hendak ditempuh dalam mempelajari
materi pelajaran tersebut. Untuk itu cara yang dilakukan adalah mengemukakan
tujuan dan batas tugas. Guru hendaknya terlebih dahulu mengemukakan tujuan
pelajaran dan batas-batas tugas yang harus dikerjakan oleh siswa agar mereka
memperoleh gambaran yang jelas tentang ruang lingkup materi pelajaran yang akan
dipelajari serta tugas-tugas yang harus dikerjakan. Contoh : ada tiga gambar segitiga siku-siku dengan posisi sisi
miring yang berbeda di tiap segitiga. Siswa disuruh mengamati ketiga gambar
segitiga tersbut dan menyimpulkan apa yang dilihatnya.
d. Membuat Kaitan.
Jika guru
akan mengajarkan materi matematika yang baru perlu menghubungkan dengan materi
yang telah dipelajari siswa atau hal yang sudah dikenal, pengalaman sebelumnya,
minat siswa. Contoh : Usaha guru untuk
membuat kaitan:
1)
Permulaan pelajaran guru
meninjau kembali sejauhmana materi sebelumnya telah dipahami siswa dengan
mengajukan pertanyaan atau rangkuman inti materi pelajaran sebelumnya secara
singkat.
2)
Guru membandingkan atau
mempertentangkan dengan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang telah
diketahui. Hal ini dilakukan jika pengetahuan baru erat kaitanya dengan
pengetahuan lama yang telah dikuasai.
Contoh : Guru lebih dahulu mengajukan pertanyaan untuk mengetahui pemahaman siswa tentang pengurangan sebelum mengerjakan pembagian.
Contoh : Guru lebih dahulu mengajukan pertanyaan untuk mengetahui pemahaman siswa tentang pengurangan sebelum mengerjakan pembagian.
3)
Guru menjelaskan konsepnya atau
pengertiannya lebih dahulu sebelum mengerjakan bahan secara terperinci. Hal ini
dilakukan karena bahan pelajaran yang akan dijelaskan sama sekali baru. Contoh:
guru lebih dahulu menjelaskan
pengertian turunan dari suatu fungsi sebelum guru menjelaskan hal-hal yang berhubungan dengan integral.
pengertian turunan dari suatu fungsi sebelum guru menjelaskan hal-hal yang berhubungan dengan integral.
B. Menutup Pelajaran
Menjelang akhir pelajaran atau akhir setiap
penggal kegiatan guru harus melakukan kegiatan menutup pelajaran, agar siswa
memperoleh gambaran yang utuh tentang pokok materi pelajaran yang telah
dipelajari. Cara yang dapat dilakukan adalah :
1.
Meninjau Kembali
Akhir kegiatan guru
harus meninjau kembali apakah inti pelajaran yang diajarkan sudah dipahami oleh
siswa, kegiatan ini meliput: (a)
merangkum inti pelajaran, misalnya : siswa diminta membuat rangkuman secara lisan tentang pelajaran yang beru dipelajarinya, jika rangkuman yang dibuat siswa salah atau kurang sempurna, guru harus membenarkan rumusan tersebut; (b)
membuat ringkasan (dimaksudkan dengan adanya ringkasan siswa yang tidak memiliki buku atau yang terlambat bisa mempelajarinya kembali). misalnya : setelah siswa mempelajari secara individual tentang kubus, guru meminta siswa menyebutkan inti materi yang dipelajari. Sementara itu guru menuliskan inti materi pelajaran yang ditemukan siswa-siswa di papan tulis.
merangkum inti pelajaran, misalnya : siswa diminta membuat rangkuman secara lisan tentang pelajaran yang beru dipelajarinya, jika rangkuman yang dibuat siswa salah atau kurang sempurna, guru harus membenarkan rumusan tersebut; (b)
membuat ringkasan (dimaksudkan dengan adanya ringkasan siswa yang tidak memiliki buku atau yang terlambat bisa mempelajarinya kembali). misalnya : setelah siswa mempelajari secara individual tentang kubus, guru meminta siswa menyebutkan inti materi yang dipelajari. Sementara itu guru menuliskan inti materi pelajaran yang ditemukan siswa-siswa di papan tulis.
2. Mengevaluasi
Salah satu upaya
untuk mengetahui apakah siswa sudah mendapatkan pemahaman yang utuh terhadap
konsep yang dijelaskan adalah dengan evaluasi.
Bentuk-bentuk evaluasii meliputi:
Bentuk-bentuk evaluasii meliputi:
Ø
Mendemonstrasikan ketrampilan, contoh : misalnya
setelah siswa membuat kerangka kubus, guru dapat meminta siswa untuk
menjelaskan komponen yang ada dalam kubus tersebut.
Ø
mengaplikasikan ide baru pada
situasi lain, contoh : setelah guru menerangkan; persamaan kuadrat siswa
disuruh menyelesaikan soal persamaan.
Ø
mengekpresikan pendapat siswa
sendiri guru dapat meminta komentar tentang keefektifan suatu demontrasi yang
dilakukan guru atau siswa lain,
contoh : misalnya, setelah penje;asan seorang siswa mendemonstrasikan sisi miring di depan kelas, lalu siswa lain diminta untuk mengemukakan pendapat mereka tentang sisi miring yang sudah dijelaskan tadi.
contoh : misalnya, setelah penje;asan seorang siswa mendemonstrasikan sisi miring di depan kelas, lalu siswa lain diminta untuk mengemukakan pendapat mereka tentang sisi miring yang sudah dijelaskan tadi.
Ø
soal-soal tertulis guru dapat
memberikan soal-soal tertulis untuk dikerjakan siswa. Soal-soal tertulis itu dapat
berbentuk uraian maupun tes objektif, dan melengkapi lembaran kerja.
F.Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil
Pengertian dan Tujuan Diskusi
kelompok kecil merupakan salah satu bentuk kegiatan belajar- mengajar yang
penggunaannya cukup sering diperlukan. Ciri-ciri diskusi kelompok kecil
adalah :
Ø
Melibatkan 3-9 orang peserta.
Ø
Berlangsung dalam interaksi
tatp muka yang informal, artinya setiap anggota dapat berkomunikasi langsung
dengan anggota lainnya.
Ø
Mempunyai tujuan yang dicapai
dengan kerja sama antar anggota lainnya.
Ø
Berlangsung menurut proses yang
sistematis.
Diskusi
kelompok kecil memungkinkan siswa :
v
Berbagi informasi dan
pengalaman dalam memecahkan masalah.
v
Meningkatkan pemahaman atas
masalah penting.
v
Meningkatkan keterlibatan dalam
perencanaan dan pengambilan keputusan.
v
Mengembangkan kemampuan
berfikir dan berkomunikasi.
v
Membina kerja sama yang sehat ,
kelompok yang kohesif, dan bertanggung jawab.
a.
Komponen Keterampilan
Komponen keterampilan yang perlu dimiliki
oleh pemimpin diskusi kelompok kecil adalah sebagai berikut :
1)
Memusatkan perhatian, yang dapat
dilakukan dengan cara:
Ø merumuskan tujuan diskusi secara jelas.
Ø merumuskan kembali masalah, jika terjadi penyimpangan.
Ø menandai hal-hal yang tidak relevan jika terjadi penyimpangan.
Ø merangkum hasil pembicaraan pada saat-saat tertentu.
2)
Memperjelas masalah atau urunan
pendapat, dengan cara :
Ø menguraikan kembali atau merangkum urunan pendapat peserta.
Ø mengajukan pertanyaan pada anggota kelompok tentang pendapat anggota
lain.
Ø menguraikan gagasan anggota kelompok dengan tambahan informasi.
3)
Menganalisis pandangan siswa
dengan cara :
Ø meneliti apakah alasan yang dikemukan punya dasar yang kuat.
Ø memperjelas hal-hal yang disepakati dan yang tidak disepakati.
4)
Meningkatkan urunan siswa,
dengan cara :
Ø mengajukan pertanyaan kunci yang menantang mereka untuk berfikir.
Ø memberi contoh pada saat yang tepat.
Ø menghangatkan suasana dengan mengajukan pertanyaan yang mengundang
perbedaan pendapat.
Ø memberikan waktu untuk berfikir.
Ø mendengarkan dengan penuh perhatian.
5)
Menyebarkan kesempatan berpartisipasi,
dengan cara :
Ø memancing pendapat peserta yang enggan berpartisipasi.
Ø memberikan kesempatan pertama pada peserta yang enggan
berpartisipasi.
Ø mencegah secara bijaksana peserta yang suka memonopoli pembicaraan.
Ø mendorong siswa untuk mengomentari pendapat temannya.
Ø meminta pendapat siswa jika terjadi jalan buntu.
6)
Menutup diskusi yang dapat dilakukan
dengan cara :
Ø merangkum hasil diskusi.
Ø memberikan gambaran tindak lanjut.
Ø mengajak para siswa menilai proses diskusi yang telah berlangsung
Dalam pelaksanaan diskusi, perlu diperhatikan hal-hal berikut :
Dalam pelaksanaan diskusi, perlu diperhatikan hal-hal berikut :
a.
Diskusi hendaknya berlangsung
dalam iklim terbuka.
b.
Diskusi yang efektif selalu
didahului oleh perencanaan yang matang, yang mencakup :
o topik yang sesuai.
o persiapan atau pemberian informasi pendahuluan.
o menyiapkan diri sebagai pemimpin diskusi.
o pembentukan kelompok diskusi.
o pengaturan tempat duduk yang memungkinkan semua anggota kelompok
bertatap muka
G. KeterampilanMengelola Kelas
1. Pengertian dan Tujuan
1. Pengertian dan Tujuan
Keterampilan mengelola kelas
adalah keterampilan dalam menciptakan dan mempertahankan kondisi kelas yang
optimal guna terjadinya proses pembelajaran yang serasi dan efektif. Guru perlu
menguasai keterampilan mengelola kelas agar dapat:
a.
Mendorong siswa mengem- bangkan
tanggung jawab individu maupun klasikal dalam perilaku yang sesuai dengan tata
tertib serta aktivitas yang sedang berlangsung.
b.
Menyadari kebutuhan siswa.
c.
Member respon yang efektif
terhadap perilaku siswa.
2. Komponen Keterampilan Mengelola Kelas
a. Keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal, dapat dilakukan dengan cara berikut:
1). menunjukkan sikap
tanggap dengan cara : memandang secara seksama, mendekati, memberikan
pernyataan atau memeberi reaksi terhadap gangguan dalam kelas.
2)
membagi perhatian secara visual
dan verbal.
3)
memusatkan perhatian kelompok
dengan cara menyiapkan siswa dan menuntut tanggung jawab siswa.
4)
memberi petunuk yang jelas.
5)
menegur secara bijaksana, yaitu
secara jelas dan tegas, bukan berupa peringatan
atau ocehan, serta membuat aturan.
6)
memberikan penguatan bila
perlu.
b. Keterampilan yang
berhubungan dengan pengendalian kondisi belajar yang optimal.
Keterampilan ini berkaitan dengan respon guru terhadap respon
negatif siswa yang berkelanjutan. Untuk mengatasi hal ini guru dapat
menggunakan tiga jemis strategi yaitu : modifikasi tingkah laku, pengelolaan
(proses) kelompok, serta menemukan dan mengatasi perilaku siswa yang
menyimpang.
Modifikasi Tingkah Laku. Dalam
strstegi ini, ada tiga hal yang harus dikuasai
guru, yaitu: (a) mengajarkan tingkah laku yang baru yang diinginkan dengan cara
memberi contoh dan bimbingan: (b) meningkatkan munculnya tingkah laku siswa
yang baik dengan memberikan penguatan; (c) mengurangi munculnya tingkah laku
yang kurang baik dengan memberi hukuman. Ketiga hal ini harus dilakukan guru
dengan catatan bahwa: pelaksanaan dilakukan segera setelah perilaku terjadi dan hukuman harus diberikan secara pribadi dan tersendiri, hanya bila diperlukan.
Pengelolaan/Proses Kelompok. Dalam strategi ini, kelompok dimanfaatkan dalam memecahkan masalah-masalah pengelolaan kelas yang muncul, terutama melalui diskusi. Dua hal yang perlu dilakukan guru adalah: (a) memperlancar tugas-tugas dengan cara mengusahakan terjadinya kerjasama dan memantapkan standar serta prosedur kerja; (b) memelihara kegiatan kelompok, dengan cara memelihara dan memulihkan semangat, menangani konflik yang timbul, serta memperkecil masalah yang timbul.
Pengelolaan/Proses Kelompok. Dalam strategi ini, kelompok dimanfaatkan dalam memecahkan masalah-masalah pengelolaan kelas yang muncul, terutama melalui diskusi. Dua hal yang perlu dilakukan guru adalah: (a) memperlancar tugas-tugas dengan cara mengusahakan terjadinya kerjasama dan memantapkan standar serta prosedur kerja; (b) memelihara kegiatan kelompok, dengan cara memelihara dan memulihkan semangat, menangani konflik yang timbul, serta memperkecil masalah yang timbul.
Menemukan dan mengatasi
tingkah laku yang menimbulkan masalah. Dalam strategi ini perlu ditekankan
bahwa setiap tinglah laku yang keliru merupakan gejala dari suatu sebab. Untuk
mengatasinya, ada berbagai teknik yang dapat diterapkan sesuai dengan hakikat
tersebut, yaitu sebagai berikut: (a) pengabaian yang direncanakan; (b) campur
tangan dengan isyarat; (c) mengawasi dari dekat; (d) mengakui perasaan negatif
siswa; (e) mendorong kesadaran siswa untuk mengungkapkan perasaannya; (f)
menjauhkan benda-benada yang bersifat mengganggu; (g) menyusun kembali program
belajar; (h) menghilangkan ketegangan dengan humor; (i)
menghilangkan penyebab gangguan.
3. Prinsip Penggunaan
Dalam menerapkan keterampilan mengelola kelas, perlu diingat enam prinsip berikut:
Dalam menerapkan keterampilan mengelola kelas, perlu diingat enam prinsip berikut:
a.
Kehangatan dan keantusiasan
dalam mengajar, yang dapat menciptakan iklim kelas yang menyenangkan.
b.
Menggunakan kata-kata atau tindakan
yang dapat menantang siswa berfikir.
c.
Menggunakan berbagai variasi
yang dapat menghilangkan kebosanan.
d.
Keluwesan guru dalam
pelaksanaan tugas.
e.
Penekanan pada hal-hal yang
bersifat positif.
f.
Penanaman disiplin diri sendiri.
Selanjutnya dalam mengelola kelas, guru
hendaknya menghindari hal-hal berikut:
a.
Campur tangan yang berlebihan.
b.
Kelenyapan atau penghentian
suatu pembicaraan/kegiatan karena ketidak siapan guru.
c.
Ketidak tepatan memulai dan
mengakhiri pelajaran.
d.
Penyimpangan, terutama yang
berkaitan dengan disiplin diri.
e.
Bertele-tele.
f.
Pengulangan penjelasan yang tak
diperlukan
H. Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil dan
Perorangan
1. Pengertian dan Tujuan
1. Pengertian dan Tujuan
Mengajar kelompok kecil dan perorangan,
terjadi dalam konteks pengajaran klasikal. Di dalam kelas, seorang guru
menghadapi banyak kelompok kecil serta banyak siswa yang masing-masing diberi
kesempatan belajar secara kelompok maupun perorangan.
Penguasaan keterampilan mengajar kelompok
kecil dan perorangan memungkinkan guru mengelola kegiatan jenis ini secara
efektif dan efisien serta memainkan perannya sebagai:
(1) organisator kegiatan belajar mengajar.
(2) sumber
informasi bagi siswa.
(3) pendorong
bagi siswa untuk belajar.
(4) penyedia
materi dan kesempatan belajar bagi siswa.
(5) pendiagnosa dan pemberi
bantuan kepada siswa sesuai dengan
kebutuhannya.
(6) Peserta kegiatan yang punya hak dan kewajiban seperti peserta
lainnya.
2. Komponen Keterampilan
Pengajaran kelompok kecil dan perorangan
masing-masing memerlukan keterampilan yang berkaitan dengan penanganan siswa
dan penanganan tugas. Ada empat kelompok keterampilan yang perlu dikuasai oleh
guru dalam kaitan hal ini, yaitu:
a.
Keterampilan mengadakan
pendekatan secara pribadi, yang dapat ditunjukkan dengan cara: (1) kehangatan
dan kepekaan terhadap kebutuhan siswa; (2) mendengarkan secara simpatik gagasan
yang dikemukakan siswa; (3) memberikan respon positif terhadap gagasan siswa;
(4) membangun hubungan saling mempercayai: (5) menunjukkan kesiapan untuk
membantu siswa tanpa kecenderungan mendominasi; (6) menerima perasaan siswa
dengan penuh pengertian dan keterbukaan; (7) mengen- dalikan situasi agar siswa merasa aman.
b.
Keterampilan mengorganisasikan,
yang ditampilkan dengan cara:
(1) memberi orientasi umum; (2) memvariasikan kegiatan; (3) membentuk kelompok yang tepat; (4) mengkoordinasi kegiatan; (5) membagi perhatian dalam berbagai tugas; (6) mengakhiri dengan kulminasi berupa laporan atau kesepakatan.
(1) memberi orientasi umum; (2) memvariasikan kegiatan; (3) membentuk kelompok yang tepat; (4) mengkoordinasi kegiatan; (5) membagi perhatian dalam berbagai tugas; (6) mengakhiri dengan kulminasi berupa laporan atau kesepakatan.
c.
Keterampilan membimbing dan
memudahkan belajar, yang dapat ditampilkan dalam bentuk: (1) mengembangkan supervise
proses awal yang mencakup sikap tanggap terhadap keadaan siswa; (2) mengadakan
supervise proses lanjut, yang berupa bantuan yang diberikan secara selektif,
berupa: pelajaran tambahan bila perlu, melibatkan diri sebagai peserta diskusi,
memimpin diskusi jika perlu, bertindak sebagai katalisator, mengadakan supervisi pemaduan, dengan cara
mendekati setiap kelompok/ perorangan agar mereka siap untuk mengikuti kegiatan
akhir.
d.
Keterampilan merencanakan dan
melaksanakan kegiatan belajar mengajar, yang meliputi hal-hal berikut: (1) menetapkan
tujuan pelajaran; (2) merencanakan
kegiatan belajar; (3) berperan sebagai penasihat; (4) membantu siswa menilai
kemajuan sendiri.
3. Prinsip Penggunaan
a.
Variasi pengorganisasian kelas
besar, kelompok, perorangan disesuaikan dengan tujuan yang hendak dicapai,
kemampuan siswa, ketersediaan fasilitas,
waktu, serta kemampuan guru.
b.
Tidak semua topik dipelajari
secara efektif dalam kelompok kecil dan per- orangan. Informasi umum sebaiknya
disampaikan secara klasikal.
c.
Pengajaran kelompok kecil yang
efektif selalu diakhiri dengan suatu kulminasi berupa rangkuman, pemantapan,
kesepakatan, laporan, dan sebagainya.
d.
Guru perlu mengenal siswa
secara perorangan (individual) agar dapat mengatur kondisi belajar dengan
tepat.
e.
Dalam kegiatan belajar
perorangan, siswa dapat bekerja secara bebas dengan menggunakan bahan
yang disiapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Fareid Wadjdi, Praktik Mengajar
“modul Diklat Calon Widyaiswaraâ€Â. Jakarta; LAN, 2005 , Pedoman
Microteaching. Jakarta: UNJ; 2007
Moh. Uzer Usman. Menjadi Guru
Profesional. PT. Remaja Rosdakarya Baru Bandung: 1990.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar